Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Membandingkan Diri: Seni Menciptakan Luka
23 Juni 2023 8:38 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari Adhisty Dwiriyani tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Buat kamu yang suka membandingkan diri dengan orang lain hingga menimbulkan dampak negatif terhadap diri—bahkan luka dan gejolak batin—berhentilah mulai sekarang. Sebab, orang yang sering membuat perbandingan sosial dirinya dengan orang lain cenderung mengalami emosi dan perilaku yang lebih destruktif.
ADVERTISEMENT
Hal itu terungkap dari penelitian Frequent Social Comparisons and Destructive Emotions and Behaviors: The Dark Side of Social Comparisons (2006), Judith B. White, Ellen J. Langer, Leeat Yariv, dan John C. Welch IV dengan melibatkan 64 orang dewasa dan 23 polisi.
Memang, membandingkan diri ini tidak selalu berkonotasi negatif. Dalam artian positif, umumnya manusia membandingkan diri dengan orang lain yang menurutnya lebih sempurna untuk menjadi pribadi yang lebih baik lagi.
Tapi, tak jarang ada orang yang membandingkan diri dengan orang lain dan merasa sedih karena tidak bisa seperti kelebihan atau pencapaian orang lain yang justru berdampak negatif.
Yang dilakukan hanya termenung melihat sebuah bakat, kebahagiaan, pencapaian yang dimiliki orang lain. Lalu berpikir: Kenapa aku tidak terlahir dengan kebahagiaan diiringi banyak bakat saja? Kenapa mereka beruntung, sedangkan aku tidak? Pasti seru hidup tanpa ada kekurangan.
ADVERTISEMENT
Padahal suatu bakat yang dilihat belum tentu murni bawaan lahir, bisa jadi melalui usaha, kerja keras, rajin, latihan terus menerus. Karena apapun itu tidak ada yang instan. Jika bawaan lahir, tentu perlu diasah lagi agar bisa menjadi lebih baik.
Belum lagi dengan segala cobaan yang dihadapi ketika sedang berlatih. Kebahagiaan yang didapat pun begitu, melihat sekilas tidak bisa disimpulkan bahwa bahagia, bahkan yang dilihat belum dari setengahnya.
Yang menjadi patokan kehidupan sempurna juga manusia. Orang kaya, orang miskin, orang sederhana. Semuanya memiliki porsinya sendiri dan tidak bisa disimpulkan dalam sekali lihat, mereka memiliki masalahnya masing-masing juga bahagianya masing-masing.
Membandingkan diri artinya tidak memiliki rasa percaya diri pada diri sendiri. Kemampuan diri menjadi tolak ukur dalam menilai kualitas diri. Tentu harus waspada jika terlalu membandingkan diri sendiri. Karena akan memberatkan diri untuk mencapai sebuah kesuksesan.
ADVERTISEMENT
Berkaitan dengan hal tersebut, membandingkan diri sendiri dengan orang lain diikuti pandangan yang negatif akan menekan diri sendiri hingga sibuk membandingkan tanpa memperbaiki.
Berbeda halnya dengan orang yang membandingkan diri bertujuan untuk menjadi pribadi yang lebih baik lagi, orang yang seperti ini akan terus bangkit karena tidak mengenal kata puas. Setiap mencapai tujuannya ia akan terus membandingkan diri sebagai motivasi kalau dirinya masih belum seberapa hingga terciptalah konsisten dan kegigihan yang mampu membuatnya menjadi orang hebat.
Terus membandingkan diri dengan kemampuan orang lain tidak memberikan dampak positif bagi kebanyakan orang. Banyak sekali orang merasa gagal dalam menghadapi sesuatu karena terlalu melihat kesuksesan orang lain dengan pandangan negatif.
Padahal banyak pula orang sukses di luar sana justru mengabaikan apa yang dilakukan orang lain yang kemungkinan berdampak pada penurunan motivasi. Orang-orang hebat tidak pernah berpikir negatif terhadap apa yang dilakukan oleh orang lain pada dirinya dan lebih fokus dengan tujuan masing-masing.
ADVERTISEMENT
Cara Berhenti Membandingkan Diri Sendiri
Jika kamu merasa selalu membandingkan diri dengan orang lain dan merasa iri, maka sudah saatnya untuk berhenti membandingkan diri. Berikut cara agar kamu berhenti membandingkan diri
1. Pahami Bahwa yang Kamu Lihat Belum Setengahnya
Apa yang kamu lihat pada diri seseorang belum dari setengahnya, yang kamu lihat hanya pencapaiannya sekadar bisa atau tidaknya dia. Bukan latar belakangnya seperti keluarga atau bagaimana prosesnya meraih sebuah pencapaian, karena yang dilihat dan dijadikan perbandingan hanya hasil yang diperoleh. Kamu bisa menjadi hebat seperti orang lain, cukup fokus pada kemampuan diri sendiri.
2. Membuat Tujuan Hidup
Dengan adanya tujuan hidup, hidupmu tidak lagi terpaku pada orang lain. Fokus capai tujuan dalam hidup, jika sudah tercapai berilah hadiah untuk dirimu sendiri. Kamu hebat bisa memenuhi tujuan dirimu sendiri!
ADVERTISEMENT
3. Memahami Diri Sendiri, Kamu Juga Manusia
Pemahaman terhadap diri sendiri sangat diperlukan, kamu juga manusia yang memiliki sebuah keterbatasan dalam melakukan sesuatu. Tidak perlu memaksakan diri atau melakukan semuanya sekaligus, cukup melakukan apa yang kamu bisa, kamu sudah keren!
4. Berikan Hadiah untuk Diri Sendiri
Siapa yang tidak bahagia jika diberikan hadiah? Tidak perlu diberikan oleh orang lain, kamu cukup mengapresiasi diri sendiri dengan memberikan hadiah untuk dirimu, tidak perlu mahal-mahal. Dengan ucapan: "Kamu hebat banget bisa sampai sini, makasih ya udah mau bertahan." kamu sudah mengapresiasi diri sendiri, dampaknya kamu akan lebih rajin lagi.
Maka dari itu, jangan membandingkan diri sampai membuat terpuruk lalu tidak bangkit yang paling parah putus asa. Lebih baik bersyukur dengan segala nikmat yang ada, hadapi segala rintangan yang menerjang, percayalah kelak akan ada pelangi yang datang.
ADVERTISEMENT