Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Gizi Seimbang sebagai Solusi Preventif
8 April 2020 5:17 WIB
Tulisan dari Adhita Sri Prabakusuma tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Setelah jagad medsos Indonesia ramai dengan adanya Jamu Jokowi atau Empon-empon Corona, warganet masih digemparkan lagi dengan munculnya jambu biji penguat imun, gerakan berjemur 15 menit, disiplin minum air putih, rutin minum teh hijau, hingga mengkonsumsi telur rebus.
ADVERTISEMENT
Akhir-akhir ini masyarakat mulai menyadari pentingnya kontribusi variasi nutrisi dan pola hidup sehat dalam tindakan preventif melawan Covid-19.
Selain itu, masyarakat juga menjadi terbiasa untuk mencuci tangan dengan sabun dan rajin beraktivitas fisik. Menghindari alkohol, rokok, makanan berlemak, makanan tinggi kandungan garam dan gula, serta selalu menimbang berat badan juga selalu dipraktikkan, khususnya saat masa Work From Home #dirumahaja ini.
Hal ini tentu saja berimplikasi positif terhadap perbaikan status gizi dan peningkatan imunitas tubuh untuk mencegah serangan bakteri, virus, maupun patogen.
Dalam jurnal terbaru Nature Medicine , imunitas ini terbukti menjadi salah satu faktor penting dalam penyembuhan pasien Covid-19. Akhirnya, penerapan gizi seimbang menjadi solusinya.
ADVERTISEMENT
Di China, saat diberlakukan lockdown, kampus-kampus juga menghimbau para pelajar asing untuk lebih meningkatkan konsumsi buah dan sayur. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan imun tubuh, terlebih saat musim winter.
Konsumsi makanan sehat masih rendah
Faktanya, menurut data Survei Sosial Ekonomi Nasional tahun 2018, rerata tingkat konsumsi sayur dan buah masyarakat Indonesia masih di angka 180 gram/kapita/hari.
Sedangkan, standar organisasi kesehatan dunia (WHO) adalah 400 gram/kapita/hari, dimana konsumsi sayuran sebanyak 250 gram (setara dengan 2 mangkuk sayur ukuran sedang) dan buah-buahan sebanyak 150 gram (setara dengan 3 pisang ambon atau 3 jeruk ukuran sedang).
Konsumsi susu pun terbilang masih rendah di ASEAN, yaitu hanya 16,5 liter/kapita/tahun. Jika dibandingkan konsumsi susu di Brunei Darussalam mencapai 129,1 liter, Malaysia 50,9 liter, Singapura 46,1 liter, dan Vietnam 20,1 liter. Lalu, konsumsi daging dan telur juga masih rendah, yaitu masing-masing 12,5 kg/kapita/tahun dan 125 butir/kapita/tahun.
ADVERTISEMENT
Masyarakat mulai banyak belajar melalui internet maupun media sosial tentang manfaat makanan-makanan yang mampu meningkatkan imunitas. Konsumsi makanan bernutrisi tinggi atau functional food dan penerapan gizi seimbang pun mulai digencarkan.
Sayur dan buah meningkatkan imunitas
Dalam publikasi American Journal of Clinical Nutrients disebutkan bahwa, diet kaya buah dan sayur akan meningkatkan perlindungan terhadap penyakit kardiovaskuler, kanker, beberapa penyakit akut, dan meningkatkan imun tubuh.
Sebagai contoh, brokoli, bayam, wortel, tomat, bawang putih, kunyit, buah bit, markisa, mangga, jeruk, stroberi, hingga manggis.
Buah dan sayur mengandung mikronutrien yang kaya karotenoid, flavonoid, betakaroten, polifenol, dan vitamin A, E, C. Kandungan nutrisi dalam superfood ini berfungsi sebagai antioksidan, anti-inflamasi, anti-kanker, anti-hipertensi, mengurangi stres oksidatif, dan immunomodulator.
ADVERTISEMENT
Jangan dilupakan pula, susu sapi khususnya jenis kolostrum dan beta-kasein tipe A2 juga mempunyai kandungan immunoglobulin-G (IgG), lactoferin, lactalbumin, glycoprotein, dan cytokines yang tinggi.
Menurut penelitian Ulfman, dkk yang dipublikasikan dalam Frontiers in Nutrition , kandungan ini juga mendukung peningkatan imunitas. Nah, rupanya banyak ya pilihan makanan penguat imun itu.
Manfaat vitamin D sangat penting
Tidak ketinggalan, telur, tahu, tempe, yogurt, kefir, keju, ikan laut, jamur, maupun serealia juga dapat menjadi alternatif. Makanan-makanan sehat tersebut mengandung vitamin D, khususnya D2.
Di dalam tubuh manusia, vitamin D2 ini akan diserap oleh usus dengan bantuan garam empedu dan disimpan pada jaringan adiposa yang terletak di bawah kulit dalam bentuk senyawa 7-dehidrokolesterol.
ADVERTISEMENT
Dalam buku Dietary Reference Intakes for Calcium and Vitamin D disebutkan bahwa, aktivasi senyawa 7-dehidrokolesterol menjadi vitamin D3 terjadi setelah adanya paparan ultraviolet B dari sinar matahari, kira-kira antara pukul 07-09 pagi selama 10-15 menit.
Vitamin D3 ini seterusnya akan diubah menjadi senyawa kalsitrol yang merupakan bentuk aktif vitamin D dalam tubuh. Vitamin D memainkan peran utama dalam homeostasis, metabolisme kalsium, fungsi otot, sekaligus juga immunomodulator yang berpengaruh terhadap sistem respon imun.
Vitamin D mampu mengubah aktivitas dan jumlah sel darah putih, yang dikenal sebagai T2 killer lymphocytes, yang dapat mengurangi penyebaran bakteri dan virus.
Sebagai informasi tambahan, dalam jurnal Archives of Medical Science disebutkan bahwa, vitamin D ini juga membantu menjaga reduksi telomer pada kromosom yang menjadi biomarker usia biologis manusia. Semakin lambat telomer mengecil, maka penuaan dini pun juga akan melambat.
ADVERTISEMENT
Makanan-makanan yang berfungsi sebagai immunomodulator mampu menstimulasi sistem imun untuk membentuk populasi sel-sel imun (seperti, sel ASCs, sel TFH, sel T CD8+, sel T CD4+).
Sel-sel imun tersebut akan membentuk antibodi dan sitokin, serta memperbaiki fungsi fagosistosis. Semua fungsi tersebut sangat vital untuk melindungi tubuh dari infeksi bakteri, virus, dan patogen.
Agar lebih efektif dalam melawan virus, konsumsi superfood di atas tentunya perlu diimbangi dengan pola hidup sehat, physical distancing, karantina mandiri, manajemen stres, penggunaan masker, serta mendesinfektan semua benda yang dimungkinkan dapat terpapar. [adh]
*) Selain berprofesi sebagai akademisi dan peneliti, Penulis juga aktif sebagai Ketua Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) Kunming dan Wakil Ketua Pimpinan Cabang Istimewa Muhammadiyah Tiongkok.
ADVERTISEMENT