Konten dari Pengguna

Anak-anak Hanya Butuh Contoh untuk Berubah

Adi Triyanta
Lahir dan besar Di Yogyakarta . Sekarang menjadi Karyawan sebuah Perusahaan Spare part Automotive, PT. CRT Kabelita di Tambun Utara Bekasi
16 April 2021 10:50 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Adi Triyanta tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Reisa Broto Asmoro dan anak-anaknya. Foto: Instagram/@reisabrotoasmoro
zoom-in-whitePerbesar
Reisa Broto Asmoro dan anak-anaknya. Foto: Instagram/@reisabrotoasmoro
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Suatu malam seorang ibu mengeluh kepada suaminya, katanya anak anak susah dibilangin. Susah diatur, susah dimintain tolong. Kalau disuruh, ada saja alasannya. Lagi tanggung main game, lah. Lagi asyik chatting sama teman, lah. Lagi tanggung nonton drama Korea-lah.
ADVERTISEMENT
Sang suami yang baru pulang kerja, sambil tersenyum, menjawab: "Biasa bu, namanya juga anak-anak. Nanti kalau sudah besar juga berubah sendiri."
Itulah anak-anak zaman milenial. Mereka sangat melek teknologi. Dan menjadikan tren teknologi menjadi bagian tidak terpisahkan dari aktivitas kegiatan sehari-harinya. Gadget sudah menjadi napas nya bahkan ada yang sudah menjadi candu (addict).
Baru bangun tidur yang dicari pertama pasti HP. Update status. Live Instagram atau nge-vlog. Kalau belum update status terasa ada yang hilang. Bila tangan belum bermain keypad HP terasa ngilu. Seperti kaku. Dan sering terjadi, seorang anak dipanggil ibunya sampai berkali-kali tidak "mendengar" juga, tapi begitu ada nada dering panggilan HP langsung lari bergegas menghampiri HP yang berbunyi. Saking tingginya ketergantungan mereka kepada gadget .
ADVERTISEMENT
Sama halnya yang terjadi pada zaman bapak atau kakeknya dulu. Tentu dengan situasi yang berbeda, seorang yang suka merokok, kalau belum merokok terasa ada yang hilang. Pahit terasa di lidah. Ada pemeo lebih baik tidak sarapan daripada tidak merokok. Bahkan ada seorang ayah yang rela mengorbankan uang untuk belanja beras demi dua belas batang rokok.
Sementara zaman ibunya lain lagi, kalau pagi-pagi belum ngerumpi dan bergosip sama ibu ibu kompleks waktu belanja sayur terasa ada yang masih kurang. Meski terkadang suami harus mencari ke mana-mana. Atau kalau lagi nonton telenovela dari Amerika Latin, atau drama dari Turki maka tidak boleh diganggu. Tidak mau ketinggalan jalan ceritanya. Jadwal masak untuk makan siang pun harus diundur dulu. Atau harus nunggu jeda iklan baru lanjut nyiapin bumbu lagi.
ADVERTISEMENT
Pepatah mengatakan, "Air cucuran atap jatuhnya ke pelimbahan juga" atau "Buah apel tidak jatuh jauh dari pohonnya" atau pepatah asing "Like father like son" bagaimana orang tua begitu juga anaknya.
Jangan mengharap anak memiliki sifat yang berbeda dari contoh yang diberikan oleh orang tua dalam sehari-harinya. Ayah dan ibu harus bisa menjadi contoh bagi putra dan putrinya. Di sini perlu ditekankan perbedaan antara "memberi contoh" dan "menjadi contoh". Menjadi contoh lebih susah dari sekadar memberi contoh. Karena menjadi contoh perlu konsistensi antara kata dan perbuatan dan perlu proses dan waktu yang lama. Dan menjadi aktivitas yang sehari hari memang dilakukan bukan hanya waktu waktu tertentu saja.
Sementara memberi contoh lebih mudah dan terbatas saat dibutuhkan saja. Seperti memberi contoh cara makan yang baik atau cara sopan santun terhadap orang yang lebih tua. Setelah waktu memberi contoh selesai maka selesai juga tugas, tidak ada kewajiban untuk menjadikan apa yang dicontohkan untuk dilakukan secara terus menerus . Di mana pun dan kapan pun.
ADVERTISEMENT
Inti dari permasalahan berkurangnya respek dan hormat serta kepatuhan anak terhadap orang tua seperti di atas yang pertama adalah tidak adanya contoh. Dari kecil anak itu membiasakan diri dengan apa yang ditemuinya. Kemampuan pertama yang akan dimiliki seorang anak adalah hal-hal yang pertama yang dia lihat. Karena pelajaran yang diambil dari indera penglihatan ketika dia belum bisa bergerak dengan leluasa ketika anak anak masih bayi. Apa yang dia lihat itu yang akan dilakukan. Dari siapa pun yang dilihat di sekitarnya baik dari ibunya atau dari ayahnya. Tanpa disuruh pun bila sehari yang dilakukan orang tua sudah baik maka anak akan mengikutinya. Itulah beratnya tugas orang tua.
Bila anaknya ingin menjadi anak yang penurut maka kedua orang tuanya juga harus memberi contoh sikap penurut juga. Seorang ayah harus penurut dan patuh terhadap setiap perintah kakek dan nenek serta mertua. Seorang ibu juga harus penurut dan patuh kepada ayah atau suami. Tidak mencari alasan untuk menolak atau bahkan menentang perintah. Bila sehari hari seorang anak selalu mendapati contoh yang baik dari ayah dan ibunya, dia juga akan mengikuti. Dan ada perasaan malu bila dia melawan atau melakukan hal hal yang bertentangan dengan yang dilakukan atau dicontohkan kedua orang tua.
ADVERTISEMENT
Yang kedua, pelajaran yang diambil oleh seorang anak tentu contoh dari apa yang di dengar sehari hari .Bila kita berharap anak memiliki sifat yang santun dengan kata-kata yang ramah maka seorang ayah dan ibu juga harus kompak untuk selalu bertutur kata yang halus dan sopan. Tidak mengeluarkan kata-kata yang kasar dan tidak pantas di dengar. Kalau pun ada sesuatu yang harus disampaikan dengan nada yang tinggi dan sedikit kemarahan karena adanya suatu kesalahan, ayah atau ibu harus menyampaikan dengan bijaksana. Pilih tempat dan waktu yang tepat, jangan sampai anak mendengar kata-kata yang tidak pantas.
Berikutnya yang perlu dicontohkan lagi adalah bahwa setiap perbuatan harus dilandasi dengan hati, setiap perintah dilakukan dengan keikhlasan dan ketulusan hati. Karena semua yang dilakukan dengan hati tidak akan menjadi beban justru menjadi tanggung jawab. Apa yang dilakukan dengan hati akan selalu tertanam di hati dan akan bisa membangun komunikasi dari hati ke hati sehingga menjadi ikatan hati. Kalau sudah hati yang bicara maka terkadang kita sudah bisa tahu sebelum bibir bicara dan tangan memohon. Seorang anak laki-laki akan langsung membantu ayahnya yang sedang sibuk memperbaiki pagar rumah yang rusak. Seorang anak perempuan juga akan segera membantu ibunya memasak dan beres-beres di dapur begitu tahu ada saudara mau datang berkunjung. Dalam diri anak sudah muncul rasa empati.
ADVERTISEMENT
Kalau ingin anaknya menjadi anak baik. Orang tua harus bisa menjaga semua yang dilakukan yang dilihat oleh anak-anak harus baik juga. kalau orang tua tidak pernah bisa menjadi contoh yang baik bagi anak-anaknya, tapi berharap anaknya menjadi anak-anak yang baik , itu namanya mengharap keajaiban. Dan keajaiban hanya akan datang kepada orang yang dapat memenuhi syarat-syaratnya. Tidak pernah berbuat salah atau berbuat dosa kepada Tuhan. Sepanjang hidup nya.
Oleh karena itu, untuk mendapatkan generasi atau anak-anak yang baik dan berkualitas memang orang tua harus bekerja ekstra keras, tidak bisa mengharapkan generasi yang luar biasa dengan usaha yang biasa saja. Dan itu tidak akan bisa tercapai bila tidak ada kekompakan dan komitmen bersama antara suami dan istri. Bila hanya istri atau suami saja yang menjadi contoh yang baik maka itu belum cukup. Ibarat burung terbang dengan sebelah sayap. Perintah dengan nada tinggi sampai berkali kali juga bukan solusi. Karena anak-anak justru makin antipati dan akhirnya respect dan hormat terhadap orang tua tiada lagi. Dan sebuah pepatah asing mengatakan, "Action speaks louder than words" sebuah contoh lebih efektif dan membawa dampak dari seribu kata-kata.
ADVERTISEMENT