Konten dari Pengguna

4 Alternatif Strategi Penetrasi Pasar Afrika Selatan

Adib Zaidani Abdurrohman
Diplomasi, Politik Internasional, Ekonomi, Seni Bela Diri, Gadget, Teknologi Informasi, Film dan Musik
5 Maret 2018 20:49 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:11 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Adib Zaidani Abdurrohman tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
4 Alternatif Strategi Penetrasi Pasar Afrika Selatan
zoom-in-whitePerbesar
4 Alternatif Strategi Penetrasi Pasar Afrika Selatan  (1)
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
Sandton City South Africa (sumber: https://www.tsogosun.com/holiday-inn-sandton-rivonia-road)
Presiden Joko Widodo pada berbagai kesempatan telah menyampaikan bahwa Indonesia harus mulai menggarap pasar non-tradisional, khususnya pasar produk Indonesia di benua Afrika. Sebagai manifestasi dari kebijakan ini, pada tanggal 13 Februari 2018, Menteri Luar Negeri, Ibu Retno Marsudi juga menyampaikan pada acara CEO cocktail function bahwa saat ini Duta Besar dan Kepala Perwakilan di benua Afrika sudah diberikan berbagai target untuk meningkatkan intensitas hubungan perekonomian Indonesia dengan negara akreditasi. Dengan jumlah penduduk Afrika dan sub-sahara sebesar 956 juta jiwa, dimana 54% nya adalah populasi usia produktif, pasar Afrika jelas prospektif.
4 Alternatif Strategi Penetrasi Pasar Afrika Selatan  (2)
zoom-in-whitePerbesar
sumber: https://dunia.tempo.co/read/1060475/pemerintah-indonesia-ingin-tingkatkan-ekspor-ke-afrika
ADVERTISEMENT
Namun demikian, perlu disadari bahwa ada dua sisi dalam satu mata uang. Bertentangan dengan potensi pasarnya yang tinggi, berdasarkan laman online Coface, perusahaan konsultan yang bergerak dalam studi bisnis, 90% dari negara-negara di benua Afrika memiliki resiko tinggi dan iklim bisnis yang kurang stabil.
Salah satu negara Afrika yang dinilai memiliki keunggulan ekonomi serta iklim bisnis yang terbilang stabil adalah Afrika Selatan. Dengan populasi penduduk sebanyak 55 juta jiwa dan pendapatan per kapita rata-rata lima tahun terakhir US$ 7300, pasar di Afrika Selatan cukup menggiurkan. Belum lagi, berdasarkan indeks komplementaritas perdagangan (trade complementarity index), negara ini terbukti memiliki tingkat potensi penyerapan yang tinggi terhadap produk ekspor Indonesia.
Lalu bagaimana Indonesia dapat mengakses pasar Afrika Selatan yang prospektif ini, mengingat negara ini cukup dikenal sebagai negara yang sangat melindungi industri dalam negerinya?
ADVERTISEMENT
Pemerintah Republik Indonesia, khususnya Kementerian Perdagangan dan Kementerian Luar Negeri telah berperan aktif melakukan negosiasi tarif perdagangan dengan Afrika Selatan. Namun, sebagaimana upaya birokratif lainnya, proses ini memakan waktu.
Menanggapi hal tersebut, berikut adalah beberapa langkah strategi alternatif yang dapat diambil pemangku kepentingan untuk mengambil manfaat ekonomi dari Afrika Selatan.
1. Melakukan pemecahan alur produksi untuk tarif lebih rendah
4 Alternatif Strategi Penetrasi Pasar Afrika Selatan  (3)
zoom-in-whitePerbesar
(Batik di Afrika Selatan, sumber: http://renaissancemensa.blogspot.co.id/2015/07/fashionweek-samw-day-1-highlights_8.html)
Tercatat bahwa pos tarif tertinggi di Afrika Selatan adalah pada barang jadi, seperti pakaian jadi dan garment pada kisaran 45%. Pengusaha Indonesia dapat memecah alur produksi, contohnya dalam kasus tekstil, memanfaatkan pos tarif fabric daripada garment. Dengan membuka kantor distributor dan produksi akhir di Afrika Selatan, pengusaha tidak hanya dapat mengurangi biaya tarif, tapi juga dapat memanfaatkan fasilitas impor karena membuka lapangan pekerjaan bagi pekerja setempat.
ADVERTISEMENT
2. Mengutamakan bernegosiasi dengan pihak pengecer besar
4 Alternatif Strategi Penetrasi Pasar Afrika Selatan  (4)
zoom-in-whitePerbesar
(Pick and Pay, Retailer terbesar di Afrika Selatan, Sumber: https://www.timeslive.co.za/news/south-africa/2017-06-08-the-big-four-retailers-should-not-compete-in-unrelated-markets-says-soweto-entrepreneur/)
Berdasarkan laporan market intelligence yang dibuat oleh KBRI Pretoria pada tahun 2016, diperoleh informasi bahwa 70% pembelian konsumen Afrika Selatan dilakukan pada tiga retailer besar sepertiI Spar, Pick and Pay, dan Shoprite. Selebihnya, barang bergerak di antara toko kelontong informal Asia yang juga banyak melakukan pengimporan langsung. Bernegosiasi dengan pengecer besar akan sulit dan penuh tantangan, namun bila berhasil, jalur distribusi barang akan meluas bahkan hingga ke dua negara terdekat, yaitu Botswana dan Swaziland.
3. Kerjasama perusahaan startup teknologi informasi
Berdasarkan laporan KPMG tahun 2016, Pemerintah Afrika Selatan tengah dengan gencar meningkatkan industri jasa berbasis teknologi informasi. Namun demikian, sektor ini mengalami kendala pertumbuhan karena kurangnya tenaga ahli yang mampu menjalankannya. Banyak tender Pemerintah dibuka terkait sektor ini, namun tidak banyak yang mampu terlibat meski memiliki bendera bisnis.
ADVERTISEMENT
Melalui startup matchmaking, Indonesia dapat mulai menanamkan pengaruhnya untuk menjadi pemain utama di sektor ini. Indonesia dapat mengembangkan perusahaan fintech dan model bisnis lain, sebagai pemain utama dan memiliki kesempatan untuk mengatur arah kebijakan industri yang sesuai dengan kepentingan nasional.
4. Mempertimbangkan pembinaan bisnis inkubasi bagi diaspora maupun WNI di Afrika Selatan
4 Alternatif Strategi Penetrasi Pasar Afrika Selatan  (5)
zoom-in-whitePerbesar
4 Alternatif Strategi Penetrasi Pasar Afrika Selatan  (6)
zoom-in-whitePerbesar
(sumber : Laman Facebook Page Resmi Royalebatik)
Populasi WNI terbesar di Afrika Selatan adalah ekspatriat. Sebagai segmen yang memiliki modal, populasi ini berkesempatan untuk menjadi pull factor bagi ekspor Indonesia. Keduataan Besar Republik Indonesia (KBRI) dan kantor Indonesia Trade Promotion Centre (ITPC) dapat memberikan bimbingan dan jejaring kerja yang dapat mengakselerasi proses pertumbuhan badan usaha para diaspora dan WNI untuk memperoleh mitra, mempercepat perijinan, bahkan riset pasar.
ADVERTISEMENT
Para pengusaha ini dapat dihubungkan dengan supplier dari Indonesia, sehingga terjadi proses ekspor dari Indonesia. Model semacam ini pernah dilakukan KBRI Pretoria dengan perusahaan Royale Batik South Africa. Pengusaha WNI di Afrika Selatan juga dapat memberikan informasi yang akurat mengenai realitas pasar di Afrika Selatan kepada pengusaha yang ada di Indonesia.