Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Disrupsi dalam Diplomasi
6 Mei 2018 22:49 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:09 WIB
Tulisan dari Adib Zaidani Abdurrohman tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sumber : https://www.shuttershock.com
Diplomasi merupakan istiliah umum yang dipakai oleh banyak bidang pekerjaan dan kehidupan sosial. Secara umum diplomasi diartikan sebagai suatu seni berbicara untuk memperoleh suatu tujuan yang tidak bisa dicapai dengan cara yang biasa.
ADVERTISEMENT
Merujuk kepada definisi ini, dapat kita lihat bahwa diplomasi sendiri kerap diasosiasikan pada hal-hal yang bersifat non-konvensional atau berpikir di luar kotak. Namun pada kenyataannya, dunia diplomasi luar negeri Indonesia justru sarat dengan protokol dan juga peraturan-peraturan tidak tertulis yang banyak memagari aktivitas diplomasi itu sendiri.
Profesi diplomat Indonesia sangat erat kaitannya dengan pertemuan-pertemuan formal. Keahlian para diplomat Indonesia dalam berbicara, beramah tamah, menguasai lawan bicara, dan bisa menjaga konsistensi posisi serta rahasia menjadi senjata utama dari diplomasi nasional. Di antara berbagai hal lainnya, kemampuan individu dalam memainkan kata-kata ini adalah yang menjadi sandaran ketangguhan diplomasi nasional.
Namun sebagaimana seluruh hal di era millennium ini, disprupsi akan terus merambah dan “menganggu” serta merubah berbagai praktik operasional yang sudah mapan. Dalam dunia militer, keahlian para pasukan khusus kini seakan semakin tidak diperlukan dengan adanya drone yang menganggantikan perannya.
ADVERTISEMENT
Dalam dunia bisnis secara umum saat ini, peran sales harus ditingkatkan menjadi seorang ahli data, karena konsumen sudah mampu memverifikasi segalanya, dan meminta lebih banyak kepastian, atau setidaknya kemungkinan terbesar bahwa produk yang di jual oleh sang penjual adalah sesuai yang diharapkan.
Suka atau tidak suka, dunia diplomasi juga tengah menghadapi disrupsi. Berikut adalah disrupsi-disrupsi besar yang dapat mengubah cara diplomat dan diplomasi bekerja. Disrupsi yang paling besar diihasilkan oleh dua kata, yaitu Machine Learning.
Kecerdasan buatan di dalam praktik diplomasi bagaikan cerita mengenai merambahnya Tenaka Kerja Asing RRT di seluruh dunia. Sukar untuk dibuktikan, namun banyak cerita yang berkembang di dalam ekosistem nasional.
sumber : https://www.straitstimes.com/opinion/hopes-for-deeper-indonesia-singapore-economic-ties
Singapura dan Israel adalah dua negara kecil yang dianggap banyak negara sebagai awal mitos penggunaan kecerdasan buatan. Israel menggunakan deep learning salah satu pengembangan kecerdasan buatan untuk memprediksi pergerakan timur tengah. Sementara Singapura menggunakan machine learning hampir di segala kebijakan, khususnya kebijakan perkonomian.
ADVERTISEMENT
Beberapa algoritma machine learning dapat memprediksi dan membaca pola yang paling komplek sekalipun. Contoh yang kerap digunakan adalah dalam menebak pola dukungan negara-negara pada suatu mosi atau resolusi tertentu. Dengan algoritma probabiltas dan kategorikal seperti K-Means Cluster, Singapura dapat menerapkan model untuk menebak negara mana yang harus didekati bila dirinya ingin menang dalam suatu kandidasi keketuaan.
Fitur yang paling penting dalam machine learning yang sebelumnya harus dilakukan oleh diplomat dalam janga waktu pengamatan yang lama adalah membaca pola tingkah laku dan kebohongan suatu statement. Dengan algoritma Natural Language Processing, dan dilakukan dengan model perkiraan seperti deep neural learning atau supervised learning lainnya, mesin akan dapat memperkirakan tingkat kebohongan atau ketidakbenaran suatu statement, atau bila statement tersebut sebenarnya adalah suatu konsesi untuk menutupi hal yang besar lainnya.
sumber: https://today.line.me/id/pc/article/5+Program+Kecerdasan+Buatan+Masa+Depan+yang+Menakjubkan-r0Ym7j
ADVERTISEMENT
Bayangkan bila Indonesia bertemu secara bilateral dengan Singapura, dan Singapura sudah menebak seluruh posisi Indonesia berdasarkan pola, dan menebak setiap tikungan diplomasinya, dan bahkan menebak langkah mana yang harus diambil di mana Indonesia lemah di dalamnya, hanya dengan melakukan data mining dan kemudian diproses oleh suatu kecerdasan buatan.
Machine Learning, sebagaimana drone, satelit, atau bahkan senjata mitos seperti Meriam partikel adalah hal-hal yang dapat memengaruhi keseimbangan kekuatan (balance of power) dalam dunia hubungan internasional. Oleh karenanya, sudah saatnya Indonesia, khususnya yang bergerak di bidang diplomasi mulai memikirkan untuk membangun arsitektur data yang komprehensif dan kuat, serta mengembangkan model machine learning dalam kaitan pengambilan keputusan dan diplomasi.