Konten dari Pengguna

Kandidasi Perempuan di Pilkada Ciayumajakuning: Kebetulan atau Peluang?

Adif Rachmat Nugraha
Analis Kebijakan. Fellow di Local Public Sector Alliance. Alumnus Universitas Gadjah Mada.
24 November 2024 17:31 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Adif Rachmat Nugraha tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Bagi Indonesia dengan jumlah Kabupaten dan Kota yang sedemikian banyaknya, dinamika politik lokal di dalamnya selalu menarik untuk disimak. Khususnya pada gelaran Pemilihan Umum Kepala Daerah (Pilkada), ia menjadi laboratorium raksasa untuk mengamati berbagai wacana, tren, maupun strategi politik mutakhir.
ADVERTISEMENT
Dalam kesempatan ini, amatan dapat kita tujukan pada wilayah eks Karesidenan Cirebon, yang mencakup Kota Cirebon, Kabupaten Cirebon, Kabupaten Indramayu, Kabupaten Majalengka, dan Kabupaten Kuningan, atau kerap disingkat 'Ciayumajakuning'.
Keraton Kasepuhan Cirebon, sebelumnya bernama Keraton Pakungwati--dari nama seorang perempuan yakni Nyimas Pakungwati, istri Sunan Gunung Jati (Photo by Maharanita Nugradianti on Unsplash - https://unsplash.com/photos/brown-wooden-house-MYBgf-opmo4)
zoom-in-whitePerbesar
Keraton Kasepuhan Cirebon, sebelumnya bernama Keraton Pakungwati--dari nama seorang perempuan yakni Nyimas Pakungwati, istri Sunan Gunung Jati (Photo by Maharanita Nugradianti on Unsplash - https://unsplash.com/photos/brown-wooden-house-MYBgf-opmo4)
Apa pasal? Pilkada Serentak tahun 2024 kali ini nampaknya menjadi momentum penting kandidasi perempuan sebagai calon kepala daerah atau wakil kepala daerah di Ciayumajakuning, karena kecuali di Majalengka, pada tiap daerah di atas terdapat calon kepala daerah atau calon wakil kepala daerah perempuan.
Di Kota Cirebon, dari tiga pasangan calon Walikota – Wakil Walikota, semuanya melibatkan calon perempuan. Pada nomor urut 1, ada nama Siti Farida Rosmawati sebagai calon wakil Effendi Edo. Pada nomor urut 2, Eti Herawati sebagai kandidat inkumben berpasangan dengan Suhendrik. Lalu pada nomor 3, ada nama Fitria Pamungkaswati sebagai calon wakil Dani Mardani.
ADVERTISEMENT
Sedangkan di Kabupaten Cirebon, dari tiga pasangan calon Bupati – Wakil Bupati, terdapat dua pasangan yang mengusung kandidat perempuan. Ada nama Wahyu Tjiptaningsih dimana sebelumnya menjabat Wakil Bupati Cirebon, yang kini berpasangan dengan Solichin, dan Dia Ramayana sebagai calon wakil dari Mohamad Luthfi.
Lain lagi dengan Kabupaten Indramayu. Nina Agustina yang sebelumnya adalah Bupati Indramayu kembali mencalonkan diri dengan menggandeng Tobroni. Ia menjadi satu-satunya kandidat perempuan dalam gelaran Pilkada Indramayu.
Sama halnya dengan Indramayu, Pilkada Kuningan pun diikuti oleh satu calon perempuan, yakni Tuti Andriani yang menjadi calon wakil dari Dian Rachmat Yanuar.
Ramai-ramai pencalonan perempuan tersebut patut diapresiasi, karena jika dilihat sepanjang sejarah penyelenggaraan Pilkada di wilayah ini, Pilkada Serentak 2024 melibatkan paling banyak perempuan sebagai kandidat, dengan total tujuh orang.
ADVERTISEMENT
Tren serupa juga terjadi di tingkat nasional, dimana berdasarkan data harian Kompas (21/9/2024) setidaknya terdapat 306 orang perempuan dari total 3.036 peserta Pilkada 2024, atau 10 persen dari total peserta yang ada. Persentase tersebut merupakan yang tertinggi sepanjang sejarah penyelenggaraan Pilkada Serentak di Indonesia.

Kekerabatan Politik

Hal di atas menunjukkan bahwa peluang kandidasi perempuan dalam Pilkada tetaplah ada, di tengah berbagai ketimpangan akses bagi perempuan di dunia politik praktis.
Namun demikian, hasil penelitian Cakra Wikara Indonesia (2022) mengenai proses kandidasi perempuan dalam Pilkada sejak tahun 2005 menunjukkan bahwa faktor kekerabatan politik masih pekat mewarnai proses rekrutmen dan pencalonan Pilkada yang melibatkan perempuan, atau dalam kata lain, partai politik masih tetap berhitung secara pragmatis atas peluang kemenangan kandidat yang diusungnya.
ADVERTISEMENT
Kembali pada konteks Ciayumajakuning, dalam realitanya memang tak bisa dinafikan bahwa kepemimpinan perempuan pada ranah politik di wilayah ini pun sulit lepas dari bayang-bayang politik kekerabatan, apakah karena faktor suami atau keluarga.
Di Majalengka, ada nama Tutty Hayati Anwar yang menjabat bupati periode 1998 – 2008. Tutty merupakan adik kandung dari Yogie S. Memet, Gubernur Jawa Barat dua periode dan Menteri Dalam Negeri menjelang akhir Orde Baru. Ada nama Anna Sophana, Bupati Indramayu periode 2010 – 2018 yang merupakan istri dari Irianto ‘Yance’ Syafiudin, bupati pada periode sebelumnya. Begitupun di Kuningan, dimana Utje Choeriyah menggantikan suaminya, Aang Hamid Suganda sebagai bupati periode 2013-2016.
Di Cirebon Kabupaten, tersua nama Wahyu Tjiptaningsih (Ayu) sebagai wakil bupati periode 2021 – 2024, istri dari Sunjaya Purwadi, bupati periode 2014 – 2019. Ada pula Nina Agustina, Bupati Indramayu periode 2021-2024 yang merupakan putri dari mantan Kapolri, Jenderal Da’i Bachtiar yang berasal dari Indramayu. Kini, Ayu dan Nina pun bertarung kembali di Pilkada Serentak 2024.
ADVERTISEMENT
Memang kemudian tidak semua pemimpin—maupun calon pemimpin—perempuan di wilayah ini berasal dari latar belakang kekerabatan politik.
Mengambil contoh Pilkada Kota Cirebon 2024, seluruh kandidat perempuan yang ada tidak berasal dari latar belakang kekerabatan politik tertentu. Eti Herawati dan Siti Farida Rosmawati datang dari latar belakang pengusaha, sedangkan Fitria Pamungkaswati meniti karir politik dari bawah, mulai dari kader PDI Perjuangan hingga Wakil Ketua DPRD Kota Cirebon.

Perspektif Perempuan

Beranjak dari gambaran di atas, menarik untuk melihat sejauh mana kepemimpinan perempuan pada ranah politik di Ciayumajakuning membawa dampak positif terhadap perumusan dan implementasi kebijakan berperspektif perempuan, serta terbukanya ruang-ruang bagi perempuan untuk berkiprah di ranah publik.
Dalam hal ini, Indeks Pembangunan Gender (IPG) dan Indeks Pemberdayaan Gender (IDG) yang diukur Badan Pusat Statistik dapat menjadi acuan penting. IPG mengukur ketimpangan antargender dalam pencapaian pembangunan manusia, sedangkan IDG mengukur keberdayaan perempuan dan peran aktif perempuan dalam kehidupan ekonomi serta politik.
ADVERTISEMENT
Jika melihat capaian terakhir IPG di tahun 2023, posisi seluruh Kabupaten dan Kota di Ciayumajakuning, kecuali Kota Cirebon, berada di bawah capaian rerata Provinsi Jawa Barat dengan nilai 90,23. Adapun rinciannya meliputi Kota Cirebon sebesar 95,55, Kabupaten Cirebon sebesar 84,28, Kabupaten Indramayu sebesar 88,81, Kabupaten Majalengka sebesar 87,06, dan Kabupaten Kuningan sebesar 87,31.
Sedangkan pada capaian IDG di tahun 2023, posisi semua Kabupaten dan Kota di Ciayumajakuning, kecuali Majalengka, berada sedikit di atas capaian rerata Provinsi Jawa Barat dengan nilai 71,74, meliputi Kota Cirebon sebesar 77,03, Kabupaten Cirebon sebesar 74,33, Kabupaten Indramayu sebesar 71,84, Kabupaten Majalengka sebesar 57,91, dan Kabupaten Kuningan sebesar 73,47.
Apa arti dari capaian nilai-nilai di atas? Ketimpangan pencapaian pembangunan antara laki-laki dan perempuan di Ciayumajakuning tetap nyata adanya khususnya pada tiga dimensi dasar, yakni umur panjang dan hidup sehat, pengetahuan, dan standar hidup yang layak. Utamanya terkait keberdayaan perempuan dalam kehidupan publik, perlu disadari bahwa belum tercipta arena yang inklusif bagi mereka untuk turut serta terlibat dalam gerak pembangunan.
ADVERTISEMENT
Oleh karenanya, ada dua hal kunci yang perlu terus diadvokasi ke depan.
Pertama, partai politik perlu membuka diri untuk secara inklusif dan transparan menggaet kaum perempuan untuk tidak sekadar aktif berpolitik praktis, melainkan juga untuk terus mengembangkan kapasitas politik-teknokratik guna ‘merebut’ kursi-kursi kepemimpinan politik di daerah.
Kedua, penting bagi seluruh pemimpin di daerah, baik perempuan maupun laki-laki, untuk memiliki visi kuat mengenai berbagai isu perempuan. Upaya instrumental berdimensi regulasi, kultural, dan penguatan kapasitas untuk mendorong pemberdayaan perempuan dan kesetaraan gender perlu sungguh-sungguh diwujudkan di level daerah.
Harapannya, kandidasi perempuan di Pilkada Ciayumajakuning tidak sekadar gimik ataupun kebetulan semata. Ia harus membawa dampak positif bagi perempuan, juga seluruh masyarakat Ciayamajakuning.
ADVERTISEMENT