Konten dari Pengguna

Mengapa Sistem Pendidikan Finlandia Tidak Sepenuhnya Berhasil di Indonesia

Adil Rechoum
Student at Pribadi Depok Highschool
3 Desember 2024 13:09 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Adil Rechoum tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sebuah kelas di Indonesia. Kredit: UNICEF
zoom-in-whitePerbesar
Sebuah kelas di Indonesia. Kredit: UNICEF
ADVERTISEMENT
Pendahuluan
Sistem pendidikan suatu negara merupakan salah satu bagian terpenting dari kesuksesan negara tersebut. Ketika suatu negara memiliki sistem pendidikan yang baik, sebagian besar warganya akan terdidik dengan baik, mampu menemukan pekerjaan yang baik, dan mengangkat negara mereka. Baru-baru ini, ada perhatian terhadap hasil ujian internasional yang digunakan untuk mengukur efektivitas sistem pendidikan negara, salah satunya adalah ujian PISA (Program for International Student Assessment) yang diadakan oleh OECD (Organisasi untuk Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi). Beberapa hasil yang penting adalah Finlandia menempati peringkat ke-10 dari 77 negara yang diuji, sementara Indonesia berada di peringkat ke-71 dari 77 negara, yang merupakan hasil yang sangat rendah. Ini menjadi salah satu alasan utama mengapa pemerintah Indonesia mencoba mengimplementasikan beberapa bagian dari sistem pendidikan Finlandia ke dalam sistem mereka, dengan beberapa perubahan dan hasil yang kontroversial.
ADVERTISEMENT
Badan
Apa yang membuat sistem pendidikan Finlandia unik? Sistem pendidikan Finlandia fokus pada menciptakan pengalaman belajar yang menyenangkan bagi siswa. Sebagian besar anak melihat belajar sebagai kewajiban, namun sistem pendidikan Finlandia mencoba mengubahnya menjadi pengalaman yang menyenangkan. Mereka mendorong siswa untuk bekerja sama, berkolaborasi, dan membuat pembelajaran lebih menyenangkan dengan menggunakan teknologi, kelas yang lebih kecil, serta menjalin kedekatan antara guru dan siswa. Salah satu perubahan terbesar adalah hampir dihilangkannya ujian standar, yang digantikan dengan penilaian berkelanjutan terhadap siswa. Hal ini mengurangi stres yang ditimbulkan oleh ujian yang penuh tekanan, dan membuat siswa dinilai berdasarkan kinerja mereka sepanjang tahun, bukan hanya berdasarkan nilai ujian. Beberapa fitur ini telah diterapkan dalam kurikulum Indonesia, sementara yang lainnya belum.
Sebuah kelas di Saunlahati School di Helsinki, Finlandia. Kelasnya lebih seperti rumah dan terlihat rasa komunitas yang besar. Kredit: Andreas Meichsner/Verstas
Salah satu perubahan besar yang paling menonjol adalah penghapusan ujian nasional (UN) di Indonesia. Ujian ini dihapus pada tahun 2021 sebagai upaya untuk mengurangi stres yang ditimbulkan oleh ujian tersebut dan menjadi lebih memaafkan terhadap siswa. Ujian tersebut digantikan dengan ujian yang diberikan oleh sekolah, yang disusun oleh guru-guru di sekolah masing-masing, namun tetap mengikuti rubrik topik tertentu.
ADVERTISEMENT
Guru-guru diperintahkan untuk lebih memaafkan dalam memberi nilai kepada siswa, dan beberapa perubahan lainnya dilakukan dengan tujuan untuk membuat sistem pendidikan Indonesia lebih mirip dengan sistem pendidikan Finlandia. Lingkungan belajar yang lebih santai, yang lebih memaafkan kesalahan dan mendorong pembelajaran mandiri.
Perubahan-perubahan ini semua tampak baik, karena membuat siswa lebih nyaman dan mengurangi stres yang mereka rasakan, yang tentu saja memiliki manfaat. Namun, perubahan-perubahan ini tidak berjalan dengan baik. Penghapusan ujian nasional mengurangi stres yang dirasakan siswa di akhir sekolah dasar, menengah pertama, dan menengah atas. Namun, hal ini juga berarti tidak ada lagi sistem untuk menahan siswa tinggal kelas kecuali jika sekolah merasa perlu. Banyak siswa yang kurang terdidik mulai melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi, menyebabkan mereka berprestasi buruk. Laporan tentang siswa SMP yang tidak bisa membaca mulai bermunculan, dan banyak nilai siswa yang menjadi terinflasi. Hal ini berujung pada penurunan tingkat kecerdasan siswa secara keseluruhan, meskipun nilai mereka tetap sama atau bahkan lebih tinggi.
ADVERTISEMENT
Meskipun hasil ini bisa dianggap tidak terduga, ada alasan mengapa hal ini terjadi. Kutipan dari Dr Asep Suryadi, Pakar Pendidikan di Universitas Indonesia seperti berikut: "Mengadaptasi sistem pendidikan Finlandia di Indonesia memerlukan penyesuaian yang mendalam. Finlandia memiliki populasi yang jauh lebih kecil, dan dengan konteks sosial serta ekonomi yang berbeda, kita tidak bisa begitu saja meniru pendekatan mereka. Indonesia membutuhkan sistem yang dapat mengakomodasi keragaman besar dalam populasi dan kemampuan akademik siswa.".
Kutipan lain seperti dari Dr. Indra Wijaya, Pengamat Pendidikan di Jakarta: "Penghapusan ujian nasional dapat mengurangi stres siswa, namun perlu ada sistem alternatif untuk memastikan bahwa siswa yang kurang berprestasi tidak melanjutkan ke tingkat pendidikan yang lebih tinggi tanpa dasar yang cukup. Di Finlandia, peran guru sangat besar dalam memastikan kualitas pembelajaran, dan itu sulit diterapkan di Indonesia dengan jumlah guru yang terbatas dan fasilitas yang tidak merata.”
ADVERTISEMENT
Dari kutipan di atas dan kutipan dari ahli, pejabat, guru, dan siswa siswi Indonesia, bisa disimpulkan bahwa penerapan sistem edukasi Finlandia di Indonesia tidak berhasil karena beberapa faktor. Tantangan besar terletak pada perbedaan konteks sosial, ekonomi, dan pendidikan antara kedua negara. Indonesia mempunyai populasi yang lebih besar, sehingga ujian standar harus dilakukan supaya semua siswa dibawa ke satu standar yang cukup. Fasilitas dan guru yang ada di Indonesia tidak cukup untuk melakukan pendekatan seperti di Finlandia. Mengurangi stres itu memang penting, tapi hal itu tidak boleh mengorbankan kualitas pendidikan kita.
Kesimpulan
Masalah dengan sistem pendidikan Indonesia yang baru sangatlah kompleks, dengan banyak faktor yang menyebabkan sistem tersebut tidak berjalan dengan baik. Perbedaan pendidikan, sosial, dan fasilitas semua menyebabkan sistem Finlandia tidak berhasil di Indonesia. Ada hal yang bagus dari penerapan sistem Finlandia, tetapi hal itu tidak boleh ada jika akan mengorbankan kualitas pendidikan kita. Indonesia dan Finlandia adalah dua negara yang berbeda, dan satu sistem pasti tidak bisa berhasil untuk semua negara. Indonesia harus mengimplementasikan perubahan sistem edukasi dengan lebih teliti, dan membuat sebuah sistem edukasi yang bisa mengurangi stres ke siswa, meningkatkan kualitas pendidikan, dan bisa diimplementasi dengan konteks sosial dan ekonomi di Indonesia. Jika Indonesia berhasil membuat sistem pendidikan seperti itu, maka akan bermanfaat banyak untuk Indonesia selamanya.
ADVERTISEMENT