Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Mendalami Pakaian Adat Jawa Tengah
27 Oktober 2022 15:17 WIB
Tulisan dari Adila Sekar Ayuningtyas tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Sebagai negara kepulauan yang terdiri dari banyak pulau-pulau, Indonesia juga memiliki banyak kebudayaan, salah satu diantara budaya tersebut adalah pakaian adat. Salah satu pakaian adat yang kita kenali dan sering digunakan adalah pakaian kebaya yang berasal dari jawa tengah.
ADVERTISEMENT
Konon katanya pakaian adat yang ada di Jawa Tengah ini dipengaruhi oleh beberapa kebudayaan, yaitu kebudayaan hindu buddha yang dahulu berasal dari kerajaan kerajaan hindu buddha yang pernah berkuasa di Jawa.
Setelahnya ada budaya yang dibawa dari pedagang China, India, Arab, hingga Islam yang pada saat itu mempertimbangkan batasan dalam berpakaian salah satunya memperhatikan aurat.
Pakaian yang tidak asing bagi kita dari Jawa Tengah ini adalah pakaian kebaya dan surjan yang khas dengan kain luriknya.
Kebaya sendiri adalah pakaian adat yang digunakan oleh kaum perempuan di Jawa Tengah.
Pada zaman dahulu, kebaya merupakan pakaian yang digunakan oleh perempuan-perempuan di Jawa. Seiring dengan perkembangan zaman, saat ini kebaya dikenakan oleh para perempuan dan tidak terbatas suku dan budaya tertentu saja. Semua orang bisa mengenakan kebaya.
ADVERTISEMENT
Zaman yang semakin maju membuat penggunaan kebaya berubah, dimulai dari status pakaian kebaya yang dikenakan hingga bentuk kebaya itu sendiri. Pada masa kolonial, kebaya yang dikenakan para perempuan menjelaskan status atau kelas dari yang memakainya. Perempuan pada zaman dahulu yang memakai kebaya identik dengan perempuan keturunan bangsawan atau keraton.
Perkembangan kebaya lainnya dapat dilihat sejarah kebaya itu sendiri. Kebaya diyakini mendapat pengaruh dari Islam di mana perempuan diwajibkan untuk menutup aurat dengan menggunakan baju panjang, oleh karena itu kebaya pada masa lalu mirip dengan baju kurung. Namun, kebaya pada masa kini dinilai sebagai pakaian yang tidak islami dikarenakan kebaya yang mengikuti bentuk tubuh pemakainya. Padahal jika dilihat dari sejarahnya, kebaya pada masa lalu justru untuk menutup aurat pemakainya.
ADVERTISEMENT
Kebaya yang mengikuti bentuk tubuh pemakainya diyakini akan membuat perempuan tersebut secara otomatis membuat pergerakan yang mengenakannya menjadi terbatas. Hal ini identik dengan karakter wanita Jawa yang lemah gemulai.
Hampir semua perempuan pada saat ini mengenakan kebaya, memang tidak digunakan dalam kegiatan sehari-hari, namun lebih kepada hari-hari perayaan khusus seperti menikah, wisuda, dan lain-lain yang modelnya pun sudah lebih beragam. Hal ini menandakan busana kebaya masih diminati oleh banyak masyarakat.
Jika perempuan mengenakan kebaya, maka laki-laki di Jawa Tengah akan memakai pakaian yang terbuat dari kain lurik yang biasanya disebut dengan Surjan. Surjan menjadi pakaian adat kedua di daerah Jawa khususnya Yogyakarta. Terlebih jika kita mengunjungi keraton Yogyakarta, maka akan menemukan banyak laki-laki yang mengenakan pakaian surjan ini.
ADVERTISEMENT
Biasanya, dalam memakai surjan ini, pemakai akan melengkapinya dengan kain jarik dan juga blangkon di kepala.
Itulah dua pakaian adat yang berasal dari Jawa Tengah yang masih kita lihat penggunaannya hingga saat ini. Meskipun masih terlihat penggunaannya, bukan berarti tugas kita untuk melestarikan budaya menjadi selesai, kita harus tetap bangga dan melestarikan apa yang menjadi bagian budaya dari Indonesia.