Konten dari Pengguna

Normalisasi di Palestina: Harapan untuk Merdeka Hilang

Adilfalah Abdurrahim
Mahasiswa Hubungan Internasional di Universtitas Islam Indonesia
20 Desember 2020 20:54 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Adilfalah Abdurrahim tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Perjanjian damai antara Bahrein-Israel-UAE di Gedung Putih. (Foto: AFP/ALEX WONG)
zoom-in-whitePerbesar
Perjanjian damai antara Bahrein-Israel-UAE di Gedung Putih. (Foto: AFP/ALEX WONG)
Dinamika Politik Timur Tengah
Di penghujung akhir tahun 2020 telah terjadi dinamika yang sangat signifikan di wilayah Timur Tengah. Di mana negara negara Arab yang tadinya memandang isu Pelastina sebagai masalah yang prominent atau menonjol telah melakukan maneuver politik dengan Israel. Tentunya ini suatu hal yang progresif jika kita melihat dari sudut pandang Israel di politik internasional, karena hamper 40 tahun kebelakang negara negara Arab sangat hostile atau bermusuhan dengan Israel. Tentunya Amerika sebagai negara sekutu ia ikut berkontribusi untuk menghancurkan status quo tersebut yang sudah ada beberapa dekade kebelakang dengan mendorong atau menekan negara-negara arab untuk melakukan normalisasi tersebut.
ADVERTISEMENT
Keunggulan Israel
Bagaimanapun, negara negara Arab melakukan normalisasi bukan karena repressive dari negara lain, akan tetapi mereka melihat peluang yang lebih besar untuk negaranya dengan melakukan hubungan diplomasi dengan negara Israel. Israel dikenal sebagai negara yang innovative dalam perkembangan teknologi Israel juga adalah negara kecil yang memiliki kekuatan militer yang sangat Tangguh. Salah satu alasan negara negara Arab melakukan normalisasi dengan Israel pun diantaranya adalah untuk menghindari serangan nuklir yang bisa saja dilakukan oleh Iran dan juga untuk mengembangkan teknologi mereka. Di samping itu Israel juga mengandalikan sumber daya gas alam yang sangat melimpah, kendati demikian Palestina percaya bahwa sumber daya tersebut adalah milik mereka yang kemudian direbut oleh Israel.
ADVERTISEMENT
Tentunya tidak menutupi kemungkinan bahwa negara negara arab lain akan menyusul melakukan langkah yang sudah dilakukan oleh UAE, Bahrein, Sudan, Mesir, dan beberapa negara arab yang sudah melakukan normalisasi, karena saat ini great power competition sudah mulai ada kembali. Akan tetapi, normalisasi ini sangat tidak dapat diprediksi tentunya perlu diperhatikan secara sequantial atau seksama, dengan memperhatikan perkembangan negara negara Arab secara detail tidak dapat digeneralisasi. Lalu bagaimana nasib Palestina jika negara negara Arab mengikuti untuk melakukan normalisasi?
Sejarah Seputar Palestina dan Israel
Palestina sebagai negara yang tanahnya sudah mulai dikuasai Israel sejak awal abad ke 19 dan setelah diakuinya Israel oleh PBB sejak tahun 1948 kini semakin tersudutkan semenjak adanya normalisasi negara negara Arab dengan Israel, dimana yang awalnya mereka beraliansi untuk tidak mengakui keberdaan Israel tepatnya tahun 1967 saat Liga Arab mengumumkan 3 principal, yaitu untuk tidak berdamai dengan Israel, tidak mengakui keberdaan Israel, dan tidak melakukan hubungan diplomasi dengan Israel justru berkhianat dengan perjanjian tersebut mereka juga berkhianat atas Al Aqsa, dan pengakuan bahwa Yerussalem adalah Ibukota Israel. Palestina awalnya tetap mengharapkan negara mereka merdeka sesuai perbatasan de facto sebelum perang 1967. Akan tetapi karena fakta yang terjadi di dunia politik negara Arab demikian, harapan Palestina pun semakin memudar untuk mengembalikan negara mereka merdeka seutuhnya.
ADVERTISEMENT
Tindakan Dari Palestina
Menaggapi permasalahan normalisasi tentunya Palestina melakukan beberapa protes dan bentuk kekcewaan terhadap negara Arab seperti menarik Duta Besar mereka untuk UAE yang ada di Abu Dhabi. Tidak hanya itu setelah terjadinya normalisasi di bulan September lalu antara UAE dengan Israel, Palestina memutuskan untuk mundur dari kursi ketua pertemuan Liga Arab yang seharusnya mereka memimpin pertemuan Liga Arab selama enam bulan kedepan. Lalu dengan siapa Palestina bisa berharap untuk membantu mereka mengembalikan tanahnya dan bisa merdeka dari jajahan Israel? Bahkan negara negara Arab pun mengkhianati mereka. Bahkan Sudan pun dalam waktu dekat akan melakukan normalisasi dengan Israel. Perlu diingat 3 principal Liga Arab tahun 1967 telah dibuat di Khartoum, Sudan. Arab Peace Initiative yang dibuat tahun 2002 yang diberisikan negara negara Arab dapat berdiplomasi dengan Israel setelah Palestina dan Israel damaipun lenyap begitu saja.
ADVERTISEMENT
Tentunya harapan Palestina kembali menjadi negara yang merdeka seperti sediakala sudah berada di ujung tombak, tidak ada kemungkinan bagi mereka untuk mendapatkan hak mereka seperti dulu. Bahkan Arab Saudi bisa saja melakukan hubungan diplomasi dengan Israel secara diam diam, karena pergerakkan hubungan diplomasi di negara Arab sangat sulit diprediksi. Karena negara Arab bisa lebih bergantung dengan keberadaan Israel ketimbang Palestina, baik dalam hal inovasi teknologi, militer, dan juga ekonomi.