Konten dari Pengguna

Mahasiswa dan Fenomena Jasa "Joki Tugas"

Adinda Angel Aulia
college student
12 Juni 2020 23:57 WIB
comment
3
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Adinda Angel Aulia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi/sisibermutu.blogspot.com
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi/sisibermutu.blogspot.com
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Perkuliahan Jarak Jauh (PJJ) yang sudah diterapkan selama kurang lebih 2 bulan di Indonesia memang menimbulkan banyak dampak bagi dosen maupun mahasiswa. Salah satu dampak yang kerap saya dan teman-teman saya rasakan sebagai mahasiswa adalah tugas-tugas yang menumpuk 2x lipat dari biasanya. Akibatnya, banyak dari kami yang memilih ‘jalan pintas’ untuk tetap menyelesaikan tugas-tugas tersebut tepat waktu, membayar jasa joki tugas misalnya.
ADVERTISEMENT
Saya pun benar-benar menyaksikan sendiri beberapa orang teman saya yang menggunakan jasa tersebut. Dalam salah satu media sosial yang paling sering saya gunakan, Twitter, juga banyak sekali penyedia jasa joki tugas yang berkeliaran menawarkan jasanya. Seperti contoh cuitan yang satu ini, “Hello Buddies! Tugas apa kabar? Yuk guys yg keteteran sama tugasnya & need joki tugas/jasa tugas trusted, berkualitas dan fiturnya lengkap ya dikita ajaa guys!” cuit salah satu akun twitter dengan username @dikita_ajaa. Cukup membayar sejumlah uang, lalu sang mahasiswa tinggal menerima hasil akhir tugas tersebut tanpa perlu susah payah mengerjakannya. Wah, enak banget kan?
Fenomena joki tugas yang saya saksikan agak mengganggu pikiran saya dan membuat saya sedikit berpikir. Satu sisi, saya termasuk mahasiswa yang kewalahan dan banyak mengeluhkan tugas-tugas yang menumpuk dan tidak henti-hentinya berdatangan. Satu tugas selesai, seribu tugas lainnya menunggu! Saya juga mengerti betapa dilemanya mahasiswa ketika harus mempertahankan nilai akademik, tetapi otak dan fisik tidak mendukung karena kewalahan.
ADVERTISEMENT
Akan tetapi, saya sedikit prihatin dengan mahasiswa yang benar-benar mengandalkan joki tugas tiap kali ia merasa lelah dengan tugas. Melihat mereka bersantai-santai ria bermodalkan uang, membuat saya bertanya-tanya, tidakkah sia-sia uang yang mereka keluarkan untuk membayar kuliah tanpa mendapatkan ilmunya? Apalah artinya nilai-nilai akademik jika tidak mendapat ilmu apapun?
Terlebih di masa pandemi ini, mahasiswa cenderung harus berinisiatif untuk belajar dan mendalami materi secara otodidak karena penjelasan dosen pun terbatas dan pembelajaraan tidak seefektif kuliah tatap muka. Salah satu media untuk mempelajari materi lebih dalam adalah lewat tugas-tugas yang diberikan dosen. Lewat tugas, mahasiswa dituntut untuk membaca kembali materi-materi tersebut dan harus mengerti betul agar dapat mengerjakan dengan baik. Dari sanalah ilmu-ilmu bisa didapatkan.
ADVERTISEMENT
Saya mulai berpikir bahwa bukankah joki tugas seperti ini sama saja seperti penipuan? Yang dosen tahu, tugas tersebut adalah hasil kerja keras kita sendiri. Bukankah hal seperti ini berarti penipuan karena mengaku tugas milik sendiri padahal hasil orang lain? Saya pun jadi teringat kata-kata yang sering sekali diucapkan orang tua sejak kita masih kecil, yaitu “lebih baik nilai jelek tapi hasil sendiri, daripada nilai bagus tapi hasil orang lain/menyontek.”
Seperti yang dikutip dari salah satu skripsi berjudul Kejujuran Akademik pada Siswa Laki-Laki dan Perempuan, Tyas Ayu Astrini menyatakan “Gitaniali (Novitasari, 2011) mengemukakan bahwa kecurangan akademis merupakan suatu tindakan penipuan atau ketidakjujuran yang dilakukan secara sengaja pada saat memenuhi atau menyelesaikan persyaratan dan/atau kewajiban akademis. Kecurangan akademis juga didefinisikan sebagai semua perilaku ilegal yang dilakukan oleh peserta didik ataupun pendidik dalam kaitannya dengan tugastugas dan presentasi akademik peserta didik.” (Skripsi, 2015: 4)
ADVERTISEMENT
Menurut pandangan saya, joki tugas merupakan salah satu bentuk kecurangan dalam dunia akademik, karena pelaku dengan sengaja melakukan ketidakjujuran dalam menyelesaikan kewajiban akademik. Selain prihatin akan kecurangan tersebut, saya juga turut prihatin terhadap orang tua yang telah bekerja susah payah membanting tulang untuk memenuhi biaya dan kebutuhan perkuliahan mereka. Bayangkan saja, orang tua telah berkorban untuk kita, tetapi kita tidak mau berkorban juga untuk menuntut ilmu dengan maksimal.
Di depan nanti, makin banyak rintangan-rintangan yang lebih berat yang akan dihadapi oleh mahasiswa-mahasiswa tersebut. Oleh karena itu, kebiasaan menyelesaikan sesuatu dengan uang seperti ini harus dimusnahkan secara perlahan-lahan karena hal ini akan berdampak pada masa depan mereka tentunya.
Jika melihat realita, fenomena ini agak sulit diatasi menimbang bahwa aktifitas pengerjaan tugas dari rumah oleh mahasiswa tidak bisa dipantau secara langsung oleh dosen. Maka dari itu, salah satu cara untuk mengatasi kebiasaan seperti ini adalah dengan menanamkan nilai-nilai kejujuran di dalam diri masing-masing. Menanamkan mindset bahwa sejelek apapun hasil karya kita, kita harus tetap bangga karena itu adalah hasil kerja keras kita, bukan orang lain.
ADVERTISEMENT
REFERENSI
Astrini, Tyas Ayu. 2015. “Kejujuran Akademik pada Siswa Laki-Laki dan Perempuan”. Skripsi. Fakultas Psikologi, Universitas Muhammadiyah Surakarta.