Kewirausahaan Sosial Influencer di Tengah Pandemi

Adinda Asyura Fitra
Undergraduate Student of Public Administration in the University of Indonesia.
Konten dari Pengguna
13 Desember 2021 19:53 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Adinda Asyura Fitra tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Pandemi Covid-19 sudah melanda Indonesia hampir dua tahun lamanya. Dampak yang ditimbulkan dari pandemi Covid-19 merugikan banyak pihak dan banyak sektor yang mengalami kerugian bahkan ada yang hampir gulung tikar. Pemerintah Indonesia merespon kondisi pandemi ini dengan menerapkan beberapa kebijakan diantaranya ada PSBB, Social distancing, PPKM, Vaksinasi, hingga kebijakan penganggaran. Namun sayangnya, kebijakan-kebijakan yang dibuat oleh pemerintah tersebut masih belum cukup. Sehingga, pemerintah masih membutuhkan bantuan dari pihak lain, seperti bantuan influencer maupun aktivis kemanusiaan.
ADVERTISEMENT
Influencer biasanya dikenal sebagai orang yang memiliki banyak pengikut di sosial media, seperti instagram, twitter, facebook, dan sosial media lainnya. Influencer dianggap memiliki kemampuan untuk mempengaruhi orang lain, karena influencer berasal dari kata “influence” yang berarti penagruh, sehingga orang yang dikatakan sebagai influencer tersebut memiliki kemampuan untuk mempengaruhi orang lain. Penggunaan influencer juga dapat menarik masyarakat baik pada kegiatan profit oriented maupun non-profit oriented (Safitri et al., 2020).
Saat ini, banyak influencer berprofesi sampingan sebagai pengusaha dan memanfaatkan platform yang ia miliki untuk mengembangkan usahanya tersebut. Keuntungan tersebut digunakan untuk memudahkan pengenalan dan penjualan produknya kepada khalayak banyak. Media sosial influencer pasti memiliki banyak pengikut, sehingga penjualan produk dari influencer tersebut dapat mudah dijangkau oleh masyarakat.
Ilustrasi donas ( sumber : pixabay.com )
Kemampuan influencer mempengaruhi masyarakat berhubungan dengan konsep trustworthiness. Sekilas info mengenai konsep kepercayaan atau trustworthiness, pada umumnya dinilai dari pengguna media sosial yang mengamati perbuatan influencer dalam memberikan pengaruh yang baik kepada pengikutnya.
ADVERTISEMENT
Privilege yang dimiliki influencer dapat dijadikan sebagai strategi marketing dalam menjual produknya. Influencer yang juga berprofesi sebagai pebisnis, istilahnya “sambil menyelam minum air”. Setidaknya, sambil memanfaatkan platformnya untuk menambah pemasukan dari bisnisnya tersebut. Akan tetapi, dengan kondisi pandemi saat ini, banyak influencer yang tergerak memberikan hasil dari penjualannya untuk membantu masyarakat yang terkena dampak akibat pandemi Covid-19 ini. Hal ini dapat dikatakan sebagai bentuk kewirausahaan sosial di tengah pandemi Covid-19.
Sebelumnya, mari kita kenal terlebih dahulu apa itu kewirausahaan sosial, yuk!
Menurut sumber yang penulis baca, kewirausahaan sosial itu salah satu upaya yang dilakukan atas dasar misi sosial dengan memanfaatkan praktik bisnis yang bertujuan untuk kebermanfaatan sosial (Wibowo & Nulhaqim, 2015).
ADVERTISEMENT
Bentuk kewirausahaan sosial yang dilakukan influencer tercermin dari pemberian hasil penjualan bisnis yang dimiliki untuk diberikan kepada masyarakat yang terkena dampak Covid-19 dengan cara berjualan sekaligus berdonasi. Hasil keuntungan influencer tersebut diberikan kepada masyarakat, sepertikepada para tenaga kesehatan, korban pemutusan hubungan kerja (PHK), anak-anak yang kurang mendapatkan fasilitas pendidikan, driver ojek online , dan masyarakat lainnya yang sedang kesulitan di masa pandemi Covid-19.
Ada tiga influencer yang penulis bahas pada bacaan ini, yaitu Angela Bestianti seorang pastry chef, Mohammad Aburizal Zaki seorang influencer instagram di Kediri, dan Claudia Setyohadi seorang influencer fashion and beauty. Ketiga influencer ini tergerak untuk membantu masyarakat melalui hasil jualannya dan berdonasi di masa pandemi.
ADVERTISEMENT
Influencer pertama yaitu Angela Bestianti, seorang pastry chef. Angela yang memiliki hobi baking dan memanfaatkan skillnya untuk membantu masyarakat di tengah pandemi. Hal ini dilakukan dengan membuat cookies dan kue dan dijual pada program Bake Sale yang keuntungannya akan didonasikan seluruhnya kepada masyarakat yang terkena dampak Covid-19. Angela merasa tergerak untuk membantu masyarakat yang kesulitan, memberikan hasil jualannya kepada driver ojek online dan tenaga medis.
Selain Angela, seorang influencer dari Kediri juga berempati membantu masyarakat di tengah pandemi yaitu Mohammad Aburizal Zaki, atau dikenal dengan nama Rizal. Ia merasa tergerak dan prihatin dengan kondisi pandemi yang terjadi, khususnya di kota Kediri. Melalui "Kediri bersama dan Peduli", Rizal dan rekannya menjual hasil produksi kaos dengan desain perempuan bermasker dan sepasang sayap dengan tambahan gambar Monumen Simpang Lima Gumul (SLG) di bagian belakang kaos tersebut. Rizal memberikan hasil penjualannya untuk keperluan APD (alat pelindung diri) tenaga medis dan masker yang dibagikan kepada masyarakat kota Kediri. (Nugroho, 2020).
ADVERTISEMENT
Terakhir, Claudia Setyohadi, seorang Influencer yang menggalangkan hasil penjualannya dan berkolaborasi dengan Yayasan Yatim Cinta dan Dhuafa (YCYD). Kolaborasi tersebut berhasil mengumpulkan dana melalui penjualan dari koleksi FAYT X Claudia Setyohadi yang merupakan brand footwear wanita.
Penjualan Claudia tidak disangka-sangka berhasil terkumpul sebanyak Rp.102.650.000 dan dialokasikan untuk fasilitas ruang belajar dan perpustakaan yang di bangun di YCYD. Koleksi kolaborasi yang dijual bertujuan untuk membantu anak-anak di YCYD melalui Act Together dengan memberikan program beasiswa pendidikan dan pemberdayaan anak yatim dan dhuafa. Penjualan tersebut 100 persen diserahkan seluruhnya demi kepentingan dan kebutuhan anak-anak di masa pandemi ini.
Ketiga influencer diatas memberikan cerminan untuk kita agar melakukan kebaikan di masa pandemi ini. Kegiatan tersebut merupakan bentuk kewirausahaan sosial yang dimanfaatkan agar membantu masyarakat yang sedang mengalami kesulitan. Hasil bisnis sampingan yang influencer miliki tidak hanya digunakan untuk kepentingan pribadi, melainkan digunakan untuk berdonasi. Perilaku-perilaku influencer tersebut dapat membangun kepercayaan dari masyarakat karena memberikan contoh yang baik.
ADVERTISEMENT
Disisi lain, influencer juga membantu pemerintah mengatasi permasalahan-permasalahan yang timbul akibat pandemi Covid-19. Pemerintah tidak bisa sepenuhnya memenuhi seluruh kebutuhan masyarakat, sehingga peran dari pihak lain sangat dibutuhkan. Tidak hanya influencer yang harus tergerak untuk membantu pemerintah, seharusnya kita sebagai warga negara biasa juga harus tergerak untuk melakukan perbuatan baik ditengah pandemi ini. Perilaku influencer diatas setidaknya dapat menjadi motivasi bagi kita semua untuk berpartisipasi, bekerjasama, dan membantu satu sama lain.
Referensi
Kemp, S. (2021, February 11). Digital in Indonesia: All the Statistics You Need in 2021 - DataReportal – Global Digital Insights. DataReportal. https://datareportal.com/reports/digital-2021-indonesia.
Nugroho, A. (2020). Prihatin Wabah Korona di Kediri, Donasikan Hasil Jualan Kaus Sekartaji. radarkediri.jawapos.com. https://radarkediri.jawapos.com/read/2020/04/28/191332/prihatin-wabah-korona-di- kediri-donasikan-hasil-jualan-kaus-sekartaji
ADVERTISEMENT
Safitri, R., Sari, L., Syahreva, D., & Prasetyo, D. T. (2020). Menelaah Faktor-Faktor Pada Influencer Dalam Perilaku Donasi Di Masa Pandemi Covid-19. 22(2), 248–257.
Stephanie, C. (2021). Riset Ungkap Lebih dari Separuh Penduduk Indonesia "Melek" Sosial Media. Kompas.Com. https://tekno.kompas.com/read/2021/02/24/08050027/riset-ungkap-lebih-dari-separuh-penduduk-indonesia-melek-media-sosial
Wibowo, H., & Nulhaqim, S. A. (2015). Kewirausahaan Sosial (Merevolusi Pola Pikir Menginisiasi Mitra Pembangunan). In Program Manager.