Konten dari Pengguna

Apakah Identitas Kita Aman di Media Sosial? Pengalaman Pribadi dan Tinjauan Etis

Adinda Dwi Handayani
Content Creator and Undergraduate Communication Science at Padjadjaran University
9 Desember 2024 17:12 WIB
·
waktu baca 7 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Adinda Dwi Handayani tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi seseorang yang punya akun fake Design Canva by Adinda
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi seseorang yang punya akun fake Design Canva by Adinda
ADVERTISEMENT
Pada zaman Society 5.0, dimana berbagai macam teknologi zaman sekarang ini sudah semakin maju, masyarakat dapat terhubung secara lebih dalam terutama di media sosial. Media sosial adalah sarana identitas masyarakat yang digunakan untuk berkomunikasi dengan orang lain, bersosialisasi, bekerja dan berpacaran, semuanya berbagi cerita hidup di media sosial. Masyarakat di seluruh dunia dapat di katakan sudah melakukan kegiatan ini setiap hari. Kemajuan teknologi di media sosial juga memunculkan fenomena baru. Media sosial tidak hanya digunakan untuk berhubungan dengan orang lain saja, namun juga untuk membentuk kesan yang baik, bahkan untuk melakukan manipulasi. Akibat adanya kebebasan berkomunikasi tersebut, muncul berbagai tindak kejahatan di media sosial. Esai ini berfokus pada pengalaman pribadi saya yang related dengan topik ini yang berjudul “manipulasi identitas di media sosial: pengalaman pribadi dan tinjauan etis”. Manipulasi identitas ditemukan terkait dengan nama, pekerjaan, penampilan, lingkungan sosial, serta foto & video di media sosial. Dengan penjabaran manipulasi identitas diri dalam esai ini diharapkan masyarakat lebih peduli terhadap orang lain.
ADVERTISEMENT
Sebagai seseorang yang aktif di media sosial dan memiliki banyak pengikut, saya bisa di bilang menjadi korban dari sisi gelap perkembangan ini. Bahkan, bukan hanya saya, teman saya yang mempunyai banyak pengikut juga pernah menjadi korban. Beberapa pengikut saya melaporkan adanya akun-akun palsu yang mengatasnamakan saya, menggunakan nama dan foto saya tanpa izin. Bahkan, beberapa akun memanipulasi foto-foto saya secara tidak senonoh, ada pula yang menipu orang lain menggunakan foto saya, mencoreng privasi dan reputasi saya di dunia digital. Fenomena ini tidak hanya merugikan saya secara pribadi, tetapi juga menimbulkan kekhawatiran di kalangan pengikut saya yang merasa tertipu oleh akun-akun tersebut.
Manipulasi identitas seperti ini merupakan salah satu tantangan besar di era digital, di mana batas antara realitas dan rekayasa semakin tidak jelas. Fenomena ini menuntut perhatian serius dari sudut pandang etika, terutama bagaimana kejujuran dan kepercayaan dalam berkomunikasi dapat dipertahankan. Esai ini berfokus pada manipulasi identitas di media sosial, dengan pengalaman pribadi sebagai contoh nyata, dan menggunakan tinjauan etika untuk menganalisis fenomena ini. Dengan pendekatan ini, diharapkan masyarakat dapat lebih memahami pentingnya menjaga integritas komunikasi di era Society 5.0.
ADVERTISEMENT
Manipulasi identitas di media sosial seperti Instagram, Twitter, Tiktok dan yang lainya. terjadi saat seorang memakai nama, foto, atau kabar langsung orang lain tanpa biar buat tujuan tertentu. Ini bisa disebut penipuan, penyebaran kabar palsu, atau penyalahgunaan gambar menggunakan cara yang kurang etis. Berdasarkan pengalaman pribadi saya, manipulasi identitas ini sering terjadi dalam bentuk akun palsu yang mencoba meniru profil saya, mengambil foto saya tanpa izin, dan bahkan mengeditnya dengan cara yang tidak senonoh. Fenomena ini semakin meluas seiring dengan kemajuan teknologi dan mudahnya orang menciptakan akun di berbagai platform media sosial.
Contoh pengalam pribadi saya Sebagai pengguna media sosial dengan jumlah followers yang cukup banyak, saya mulai menerima laporan dari followers saya yang menemukan akun-akun palsu yang menggunakan nama dan foto saya. Beberapa akun tersebut tidak hanya menyamar sebagai saya, tetapi juga mengedit foto saya untuk tujuan yang merusak, seperti mengubah gambar saya menjadi konten yang tidak senonoh. Hal ini membuat saya merasa terancam, karena tidak hanya reputasi saya yang dipertaruhkan, tetapi juga kepercayaan yang telah saya bangun dengan followers saya. Saya merasa harus membuktikan diri saya dan memperingatkan orang-orang tentang akun-akun palsu yang merusak citra saya.
ADVERTISEMENT
Dampak yang saya rasakan sangat besar. Saya jujur merasa risih dan cemas, karena akun-akun palsu ini seakan mengklaim foto-foto saya sebagai milik mereka. Yang paling membuat saya risih adalah ketika tubuh saya diedit dengan cara yang tidak wajar, yang sangat mengganggu dan merusak rasa nyaman saya. Melihat diri saya diperlakukan seperti itu di dunia digital, seakan menghilangkan kontrol saya terhadap identitas saya sendiri. Ini bukan hanya tentang gambar atau foto, tetapi juga tentang siapa saya dan bagaimana saya dihargai sebagai individu.
Dalam Dialogical Perspective, kejujuran adalah dasar dari komunikasi yang baik dan sehat. Di media sosial, kejujuran sangat penting agar hubungan antara pembuat konten dan audiens dapat terjaga. Manipulasi identitas, seperti akun palsu yang menyamar sebagai saya, merusak komunikasi yang jujur karena menciptakan kebingungan. Ketika orang-orang melihat foto saya digunakan oleh akun yang bukan saya, mereka mulai merasa ragu tentang keaslian informasi yang saya bagikan. Ini membuat mereka sulit untuk mempercayai komunikasi saya, karena mereka tidak tahu mana yang asli dan mana yang palsu. Ketidakjelasan ini merusak hubungan komunikasi yang terbuka dan jujur.
ADVERTISEMENT
Setiap orang yang menggunakan media sosial memiliki tanggung jawab moral untuk tidak merugikan orang lain. Pelaku akun palsu yang menyamar dengan menggunakan foto dan nama saya memiliki kewajiban untuk menghormati identitas orang lain dan tidak menggunakannya untuk tujuan merugikan. Mereka tidak hanya merusak reputasi saya, tetapi juga mengganggu hubungan saya dengan followers yang mempercayai saya.
Selain itu, platform media sosial juga memiliki tanggung jawab moral. Sebagai penyedia ruang untuk berkomunikasi, platform harus memastikan bahwa pengguna tidak menjadi korban manipulasi identitas. Media sosial harus melindungi penggunanya dari akun palsu dan memberikan rasa aman dalam berkomunikasi. Platform harus bertindak cepat untuk menghapus akun yang menyalahgunakan identitas orang lain.
Manipulasi identitas seperti akun palsu menciptakan ketidakpercayaan antara saya dan followers saya. Ketika seseorang mulai meragukan keaslian informasi yang saya bagikan, kepercayaan mereka terhadap saya sebagai pembuat konten mulai hilang. Hal ini merusak Personal branding saya dan orang lain juga seharusnya tidak langsung menilai bahwa akun yang lain itu adalah diri saya. Manipulasi identitas ini mengganggu komunikasi yang sehat dan pandangan yang kurang baik dari orang lain kepada diri saya sendiri.
ADVERTISEMENT
Ada beberapa Solusi yang saya terapkan selama fenomena ini terjadi. Yang pertama Edukasi Pengguna Media Sosial Penting bagi followers saya untuk memahami cara mengenali akun palsu. Biasanya saya screenshot dan share akun palsu tersebut di story Instagram lalu saya berikan caption dan saya beritahu tentang bagaimana membedakan akun asli dan palsu, seperti memeriksa tanda verifikasi atau ciri-ciri akun yang mencurigakan. Dengan edukasi yang tepat, followers bisa lebih berhati-hati dan melaporkan akun palsu yang mereka temui, sehingga membantu mencegah penyebaran manipulasi identitas.
Yang kedua, menurut saya Platform media sosial perlu meningkatkan sistem verifikasi untuk memastikan bahwa akun yang terdaftar benar-benar milik orang yang sah. Misalnya, dengan memperkenalkan verifikasi dua langkah atau sistem verifikasi identitas yang lebih ketat. Dengan sistem yang lebih baik, akun palsu bisa lebih mudah dideteksi dan dihindari.
ADVERTISEMENT
Selain itu, saya juga menyarankan agar media sosial bertindak lebih cepat dalam menghapus akun palsu. Platform harus lebih proaktif dalam memeriksa laporan dan menghapus akun yang menyalahgunakan identitas orang lain. Ini akan membantu menciptakan ruang yang lebih aman bagi semua pengguna untuk berkomunikasi tanpa rasa khawatir akan penyalahgunaan identitas.
Manipulasi identitas, baik melalui akun palsu atau teknologi deepfake, memiliki dampak besar terhadap komunikasi yang jujur di media sosial. Fenomena ini merusak kepercayaan antara pembuat konten dan audiens, karena komunikasi yang awalnya didasarkan pada keterbukaan dan kejujuran kini menjadi penuh kebingungan dan keraguan. Akun palsu dan deepfake menciptakan kebohongan yang mengganggu hubungan yang sehat antara individu di dunia digital.
Untuk mengatasi masalah ini, diperlukan kolaborasi antara individu, masyarakat, dan platform media sosial. Individu harus diberdayakan dengan edukasi agar bisa mengenali dan melaporkan akun palsu. Masyarakat harus mendukung terciptanya lingkungan digital yang lebih aman, sementara platform media sosial memiliki tanggung jawab untuk memastikan identitas penggunanya terlindungi dengan sistem verifikasi yang lebih kuat dan tindakan yang lebih cepat dalam menangani akun palsu.
ADVERTISEMENT
Dengan kolaborasi ini, kita dapat menjaga kepercayaan di era Society 5.0, di mana interaksi digital semakin mendominasi kehidupan kita. Kepercayaan adalah kunci untuk komunikasi yang sehat dan hubungan yang kuat di dunia maya.