Konten dari Pengguna

Perekonomian Kurang Ramah Bikin Gen-Z Susah Punya Rumah?

Adinda Gita Aprilia Armin
Mahasiswa Program Studi Sastra Indonesia Fakultas Sastra Universitas Pamulang
10 Februari 2025 13:15 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Adinda Gita Aprilia Armin tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Akhir-akhir ini, Generasi Z sering kali dinilai sebagai generasi yang memiliki banyak masalah. Dimulai dari julukan "mental tempe" karena sedikit-sedikit mengeluh dan mudah merasa tertekan, kurang melek finansial karena lebih memilih menghamburkan uang dengan embel-embel self-reward daripada investasi, dan kini mereka dianggap tidak peduli terhadap masa depan karena membelakangi salah satu kebutuhan primer, rumah sebagai tempat tinggal.
ADVERTISEMENT
Banyak yang menilai bahwa hal tersebut memang layak dijadikan ciri dari Generasi Z belakangan ini. Namun nyatanya, berbagai stereotip tersebut dapat kita bantah, terutama stereotip terakhir yang mengatakan bahwa Generasi Z dianggap tidak peduli terhadap masa depannya karena membelakangi kebutuhan terhadap tempat tinggal pribadi. Hal tersebut dapat dibantah setelah kita melihat bahwa realitanya, banyak Generasi Z yang justru mengkhawatirkan apakah di masa depan mereka mampu membeli rumah sendiri atau tidak. Mereka memiliki keinginan yang cukup tinggi untuk hal itu, namun seakan meragukan diri sendiri karena melihat perekonomian mereka yang mengambang sementara harga rumah kian menjulang.
Ilustrasi Kenaikan Harga Rumah (Sumber Gambar : shutterstock.com)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Kenaikan Harga Rumah (Sumber Gambar : shutterstock.com)
Tidak sedikit dari Generasi Z yang menyadari bahwa mereka tidak bisa selamanya tinggal bersama orang tua dan merasa harus hidup lebih mandiri serta segera mempersiapkan tempat tinggal yang akan dihuninya kelak bersama keluarga kecilnya dari jauh hari. Namun, seiring perkembangan zaman yang kian pesat, mereka pun kian menyadari bahwa ternyata membeli rumah semakin sulit dilakukan oleh sebagian masyarakat, terutama mereka sebagai Generasi Z.
ADVERTISEMENT
Banyak dari mereka yang baru saja lulus kuliah merasa kesulitan mencari kerja. Sekalipun telah mendapatkan pekerjaan, sering kali gaji mereka tidak cukup untuk biaya Kredit Pemilikan Rumah (KPR) dengan bunga besar ditambah jangka waktu yang panjang. Hal ini sering kali menjadi alasan mengapa Generasi Z kesulitan memiliki rumah di usia muda. Selain itu, tak sedikit dari mereka yang masih memiliki hutang cukup besar, serta masih harus menanggung kebutuhan harian orang tua dan keluarga yang kian bertambah (sandwich generation). Mau tidak mau, mereka mesti membagi gaji yang pas-pasan itu untuk kebutuhan hidup keluarganya. Hal ini tentunya semakin mempersempit kesempatan bagi mereka untuk memiliki rumah sendiri di usia muda.
Hal tersebut membuktikan bahwa stereotip yang sudah melekat di masyarakat, khususnya generasi boomer yang terbilang cukup melek finansial, dapat dipatahkan dengan membeberkan fakta-fakta di balik terjadinya hal tersebut. Hal ini juga dapat dibuktikan melalui sebuah penelitian yang dilakukan oleh Pew Research Center pada tahun 2019 yang menunjukkan bahwa Generasi Z menghadapi tantangan besar dalam memiliki rumah. Menurut data dari penelitian tersebut, faktor seperti kenaikan harga properti yang cepat serta hutang Generasi Z yang tinggi membuat mereka kesulitan untuk menabung uang untuk pembayaran uang muka atau memenuhi syarat untuk mendapatkan hipotek.
ADVERTISEMENT

Faktor Kenaikan Harga Properti

Kenaikan harga properti yang pesat ini berarti bahwa harga rumah menjadi semakin tidak terjangkau dari tahun ke tahun. Ketika harga rumah meningkat lebih cepat daripada pendapatan, Generasi Z harus menyisihkan sebagian yang lebih besar dari pendapatan mereka untuk menabung demi uang muka. Sayangnya, ini sering kali menjadi tugas yang hampir mustahil mengingat tingginya biaya hidup dan kebutuhan lainnya.

Beban Hutang yang Tinggi

Selain itu, hutang yang tinggi juga menjadi kendala besar bagi Generasi Z. Banyak dari mereka yang lulus dari perguruan tinggi dengan beban hutang pendidikan yang signifikan. Hutang ini mengurangi daya beli mereka dan kemampuan mereka untuk menabung. Dengan hutang pendidikan yang perlu dilunasi, alokasi pendapatan untuk tabungan pembelian rumah menjadi lebih kecil. Hal ini juga mempengaruhi kredit mereka, yang pada gilirannya dapat mempengaruhi kemampuan mereka untuk mendapatkan hipotek dengan syarat yang menguntungkan.
ADVERTISEMENT
Penelitian ini juga menunjukkan bahwa persentase Generasi Z yang memiliki rumah pada usia 25-34 tahun lebih rendah dibandingkan dengan generasi sebelumnya pada usia yang sama. Pada usia ini, generasi sebelumnya seperti Baby Boomers dan Generasi X, memiliki tingkat kepemilikan rumah yang lebih tinggi karena harga properti yang lebih terjangkau dan lebih sedikit beban hutang saat memulai karir mereka. Generasi Z, di sisi lain, menghadapi realitas ekonomi yang berbeda dengan pasar kerja yang lebih kompetitif, pertumbuhan upah yang lambat, dan ketidakpastian ekonomi yang lebih besar.
Faktor-faktor ini menunjukkan bahwa Generasi Z menghadapi tantangan yang unik dan lebih berat dalam mencapai kepemilikan rumah dibandingkan dengan generasi sebelumnya. Ini bukan hanya masalah preferensi atau gaya hidup, tetapi juga masalah struktural yang memerlukan solusi yang komprehensif dan inovatif.
ADVERTISEMENT
Namun, dengan adanya tantangan ini bukan berarti Generasi Z harus menyerah. Sebaliknya, mereka perlu mencari cara-cara kreatif untuk mengatasi hambatan ini. Salah satu langkah yang bisa diambil adalah meningkatkan literasi keuangan sejak dini. Pendidikan tentang manajemen keuangan, investasi, dan perencanaan jangka panjang harus menjadi prioritas, baik di lingkungan keluarga maupun pendidikan formal. Dengan memahami pentingnya pengelolaan keuangan yang baik, Generasi Z dapat lebih siap menghadapi tantangan finansial di masa depan.
Selain itu, pemerintah dan lembaga keuangan perlu bekerja sama dalam menyediakan program-program yang mendukung kepemilikan rumah bagi generasi muda. Subsidi perumahan, bunga KPR yang lebih terjangkau, dan program tabungan rumah khusus untuk Generasi Z dapat menjadi solusi yang efektif. Di sisi lain, Generasi Z juga harus lebih bijak dalam mengelola pengeluaran dan mulai memprioritaskan tabungan untuk rumah.
ADVERTISEMENT
Inovasi di sektor perumahan, seperti pengembangan rumah susun atau apartemen dengan harga yang lebih terjangkau, juga dapat menjadi alternatif yang layak. Hal ini memungkinkan Generasi Z untuk memiliki tempat tinggal sendiri tanpa harus menanggung beban biaya yang terlalu tinggi.
Maka dari itu, dengan kolaborasi antara individu, masyarakat, dan pemerintah, serta peningkatan literasi keuangan dan inovasi di sektor perumahan, impian untuk memiliki rumah di usia muda bukanlah hal yang mustahil. Karena sebagai generasi yang dikenal adaptif dan kreatif, Generasi Z memiliki potensi besar untuk mengatasi hambatan ini dan menciptakan masa depan yang lebih stabil dan sejahtera.