Kampung Naga, Kampung Populer Dikalangan Wisatawan

Adinda Nurfaiqoh
Mahasiswi Industri Pariwisata Universitas Pendidikan Indonesia
Konten dari Pengguna
9 April 2024 8:51 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Adinda Nurfaiqoh tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
sumber: gambar asli diambil oleh penulis
zoom-in-whitePerbesar
sumber: gambar asli diambil oleh penulis
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Indonesia dikenal dengan berbagai ragam budayanya dari setiap daerahnya masing-masing. Salah satunya daerah yang masih kental dengan budayanya adalah Kampung Naga. Terletak di daerah Desa Neglasari, Kecamatan Salawu, Kabupaten Tasikmalaya, Provinsi Jawa Barat. Memiliki luas wilayah sekitar 15 hektar dengan struktur rumah penduduk berada di tengah-tengah lembah bukit yang dikelilingi sawah membuat kawasan tersebut tampak asri. Untuk menuju Kampung Naga, pengunjung harus menuruni sekitar 500 meter dengan ratusan anak tangga yang curam namun tidak membahayakan.
ADVERTISEMENT
Dinamakan Kampung Naga ternyata tidak ada sangkut pautnya sama sekali dengan Naga yang disebut-sebut sebagai hewan mitologi. Naga merupakan sebuah singkatan dari orang Sunda yang berasal dari kata "Dina" yang artinya menunjukkan pada suatu tempat yang bersifat sementara dan kata "Gawir" yang artinya lembah atau jurang mengingat letak kampung naga terletak tengah-tengah lembah.
Adapun ciri khas yang masih melekat pada masyarakat kampung Naga yaitu masyarakat masih memegang adat istiadat dari nenek moyang mereka hingga saat ini. Masyarakat juga masih memanfaatkan dan menghormati hasil olahan alam untuk kehidupan sehari-harinya. Mereka juga menolak penggunaan listrik dan teknologi dari rumah ke rumah, karena menurut mereka teknologi dapat menggerus keaslian budaya mereka. Bahkan, sebelum dijadikan wisata edukasi, masyarakat Kampung Naga juga menolak kunjungan dari wisatawan.
ADVERTISEMENT
Keunikan Struktur Rumah Penduduk
Struktur rumah penduduk Kampung Naga berbentuk rumah panggung. Dengan bahan-bahan utamanya mengandalkan dari alam, seperti bambu dan kayu untuk tiang dan dinding rumah, atap yang terbuat oleh ijuk, daun nipah, dan ilalang yang disusun rapi yang dipastikan rumah tidak terasa panas, dan aman dari hujan. Lantai rumah dibuat dengan bambu dan papan kayu, juga dindin yang terbuat dari anyaman bambu dan anyaman sasag. Dapur yang dipakai pun masih menggunakan kayu bakar dan tungku untuk memasak.
sumber: gambar asli diambil oleh penulis
Rumah penduduk tidak menggunakan cat sebagai dekorasi, melainkan menggunakan kapur atau dimeni untuk mencegah rayap. Aturan ini tertulis untuk semua penduduk Kampung Naga.
Selain aturan tidak boleh menggunakan cat untuk rumah, aturan tertulis lainnya adalah tidak boleh menggunakan bahan dasar tembok. Hal ini dikarenakan para pemilik rumah tidak ingin menunjukkan aset mereka yang sudah disepakati bersama oleh semua warga di lingkungan mereka.
ADVERTISEMENT
Yang menjadi keunikan lainnya dari rumah penduduk Kampung Naga adalah semua rumah yang menghadap ke arah Utara atau ke sebelah Selatan yang memanjang ke Barat-Timur. Peneliti Budaya Sunda, Nandang Rusnandar mengatakan arah rumah yang sejalan memanjang Barat-Timur dengan terbit dan terbenamnya matahari.
Adapun bangunan khas yang bisa ditemukan di sana selain rumah penduduk antara lain Bale Patemon (gedung pertemuan), Leuit (Lumbung Padi) dan masigit (mesjid).
Tradisi Yang Masih Ada
Tradisi yang masih dilakukan oleh warga Kampung Naga adalah upacara adat Pedaran yang merupakan upacara sakral yang dilaksanakan setiap satu windu sekali setiap bulan Mulud tahun Alif. Kemudian ada tasyakuran ditengah bulan Jumadil akhir, dan Lebaran Idul Fitri atau Lebaran Idul Adha.
ADVERTISEMENT
Tradisi lainnya adalah panen Raya yang merupakan tradisi yang tidak boleh dilewatkan bagi petani di Kampung Naga, dimana para petani akan melakukan ritus ngukusan atau pembacaan do'a sebelum melaksanakan panen padi. Pembacaan do'a pun harus dipimpin oleh laki-laki, sementara para perempuan hanya menunggu di samping sawah, mengikut proses pembacaan do'a yang diwakili oleh warga yang dituakan.
Eksistensi Kampung Naga bagi Wisatawan
Eksistensi Kampung Naga yang tidak berstatus resmi sebagai desa wisata ternyata masih sering dikunjungi oleh wisatawan domestik maupun mancanegara yang tertarik dengan adat istiadat dan ciri khas yang dikenal dengan kesahajaan penduduknya mempertahankan kearifan lokal dan pesona alamnya.
sumber: gambar asli diambil oleh penulis