Konten dari Pengguna

Tantrum pada Anak: Jangan Berteriak, Bicarakan Baik-Baik

Adinda Nurtopani
Mahasiswi Universitas Pamulang, Jurusan Sastra Indonesia.
19 Juni 2023 20:32 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Adinda Nurtopani tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi ibu yang sedang memarahi anaknya. Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi ibu yang sedang memarahi anaknya. Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Tantrum adalah perilaku yang biasanya terjadi pada anak-anak yang berusia dua hingga empat tahun, meskipun juga bisa terjadi pada anak-anak yang lebih tua.
ADVERTISEMENT
Tantrum terjadi ketika anak mengekspresikan ketidakpuasan atau frustrasi secara emosional dengan cara yang intens, seperti menangis, berteriak, meronta, menjatuhkan diri, atau melampiaskan emosi secara fisik.
Beberapa orang tua mungkin menghadapi tantangan dalam mengendalikan emosi ketika berinteraksi dengan anak-anak mereka, terutama dalam situasi semacam ini.
Seringkali jika emosi dan rasa lelah sudah memuncak, orang tua cenderung membentak atau berteriak kepada anak dengan tujuan agar anaknya diam. Tidak jarang juga beberapa orang tua bahkan mengeluarkan kata-kata kasar saat marah.
Menurut penelitian National Institutes of Health, berteriak atau membentak anak dapat membuat anak-anak menjadi lebih agresif, secara fisik dan verbal.
Penting sekali bagi para orang tua untuk menghindari berteriak pada anak saat mereka mengalami tantrum.
ADVERTISEMENT
Berteriak pada anak bukan hanya tidak efektif dalam mengatasi situasi tersebut, tetapi juga dapat memiliki dampak negatif pada perkembangan emosional dan psikologis anak.
Ilustrasi ibu yang sedang memarahi anaknya. Foto: Shutterstock
Berikut beberapa alasan mengapa metode komunikasi dengan membentak atau berteriak tersebut sebaiknya dihindari:
ADVERTISEMENT
Sebagai gantinya, penting untuk mengembangkan cara yang lebih efektif dalam berkomunikasi dengan anak-anak:
Ilustrasi ibu yang sedang memarahi anaknya. Foto: shutterstock
Selalu ingatlah bahwa setiap anak dan situasi tantrum dapat berbeda. Jika tantrum terjadi secara terus-menerus atau jika orang tua menghadapi kesulitan dalam mengelolanya, penting untuk mencari saran dari profesional seperti psikolog anak atau konselor untuk mendapatkan bantuan dan dukungan yang tepat.
ADVERTISEMENT
Intinya, berteriak atau membentak anak ketika tantrum adalah cara dari pola asuh yang salah. Para orang tua seharusnya paham akan hal ini dan tidak boleh menyepelekannya.
Sesungguhnya, karakter dan pola pikir anak bergantung kepada didikan orang tuanya. Jika orang tua mendidik anaknya dengan baik, tentu saja anak akan tumbuh dengan baik pula. Sebaliknya, cara mendidik yang buruk juga akan berdampak buruk kepada anak itu sendiri