Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Hari Raya Idul Fitri Sang Perantau
10 Mei 2022 19:36 WIB
Tulisan dari Adinda Tasya Mutiara tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Ramadan sudah berakhir. Suara gema takbir terdengar, saatnya menyambut Hari Raya Idul Fitri 1443 H yang akan dirayakan umat muslim seluruh dunia.
ADVERTISEMENT
Momen hari raya biasa menjadi sarana mudik ke kampung halaman. Orang berbondong-bondong memenuhi kawasan transportasi umum mulai dari pelabuhan, stasiun, terminal, dan bandara. Kota besar seperti Jakarta yang menjadi tempat mata pencaharian dan menuntut ilmu mendadak sepi ditinggal penghuninya.
Namun, berbeda dengan kamu yang sudah merantau jauh. Tahun 2022 ini kamu tidak sempat melepas rindu pulang ke kampung halaman. Raut wajahmu tak karuan karena penantian terbuang sia-sia. Berat hatimu tidak jumpa dengan mereka yang kamu nantikan kira-kira dua tahun lamanya, tetapi apa boleh buat? Keadaan yang harus membuatmu ikhlas.
Sunyi, sepi, dan sedih. Air matamu berlinang sembari makan kue bawang khas Minang buatan Ibumu yang dikirim untuk menemani hari lebaran. Pikiranmu melayang membayangkan kemeriahan di kampung halaman, rumahmu pasti ramai untuk ajang kumpul keluarga yang sibuk menghabiskan waktu masing-masing sesuai kewajiban mereka.
ADVERTISEMENT
Akan tetapi, selalu ada hikmah yang didapat. Kamu lebih merasakan khusyuknya lebaran ketika menyendiri di daerah orang. Setidaknya, kamu mendapat bingkisan ketupat lengkap dengan opor ayam dari tetangga tempatmu tinggal. Cukup menghibur dan menyadarkan bahwa hidup harus peduli akan sesama.
Tanpa banyak berpikir, setelah kamu selesai salat Id dan menyantap semua makanan tersebut, kamu bergegas mengambil smartphone untuk menghubungi keluargamu di kampung. Kamu berbicara kepada Ibumu dengan suara pelan dan lembut sambil berkata, “Ibu, sungguh rindu diri ini ingin pulang ke kampung bertemu denganmu. Selamat Hari Raya Idul Fitri, Ibu. Maafkan semua kesalahan,” ucapmu dengan nada terbata-bata menahan tangis.
Setelah kamu berhasil mengobati rindu dengan Ibumu, mulailah bergantian satu per satu keluargamu ingin pula melihat dan berbicara denganmu melalui video call. Kamu sangat senang pada detik itu, sebab bisa merasakan momen lebaran di kampung halaman walaupun dengan keadaan yang terbatas.
ADVERTISEMENT
Meski tidak bertemu secara langsung, setidaknya kamu dan keluarga bisa saling melepas rindu dan bermaafan. Tidak harus berjabat tangan dan tersungkur di depan kedua orang tua untuk meminta dan memohon maaf. Berlebaran secara virtual pun sudah cukup untuk menghiburmu. Menemani dirimu yang kesepian, jauh dari kampung halaman.
Tentu saja tidak mudah menjalani lebaran tanpa keluarga di tanah rantau, apalagi Jakarta yang sepi saat Hari Raya Idul Fitri lantaran banyak warga yang mudik ke kampung halaman masing-masing.
Kamu, sebagai sang perantau yang mengejar impian di ibu kota, harus terlihat baik-baik saja di hadapan keluargamu. Menahan rindu suasana rumah dan kasih sayang keluarga sudah menjadi hal biasa yang sering dilakukan anak rantau sepertimu.
ADVERTISEMENT
(Adinda Tasya Mutiara/Politeknik Negeri Jakarta)