Konten dari Pengguna

Jurnalisme Investigasi Penting, Kok Dilarang?

Adinna Islah Perwita
Seorang dosen muda di Universitas Amikom Purwokerto yang tertarik menulis tentang komunikasi, media, gender dan gaya hidup.
26 September 2024 10:53 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Adinna Islah Perwita tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi proses peliputan investigasi. Sumber: Freepik
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi proses peliputan investigasi. Sumber: Freepik
ADVERTISEMENT
Ada anggapan umum bahwa jurnalisme investigasi merupakan kegiatan jurnalistik yang sangat menantang dan berisiko, serta hanya wartawan yang memiliki keberanian tinggi yang mampu melakukannya. Meskipun anggapan ini tidak sepenuhnya salah, namun juga tidak sepenuhnya tepat.
ADVERTISEMENT
Pasalnya, jurnalisme investigasi memiliki karakteristik yang unik. Dalam pelaksanaannya membutuhkan kemampuan untuk melakukan liputan mendalam, menelusuri dokumen, data, cerita, serta sumber-sumber dengan tujuan mengungkap atau membuktikan skandal atau kejahatan terorganisasi. Bidangnya bisa mencakup berbagai isu kriminal seperti narkoba, aborsi, perdagangan manusia serta kejahatan lingkungan, kejahatan keuangan, dan korupsi dalam pemerintahan.
Intinya, jurnalisme investigasi bekerja untuk mengungkap fakta yang sengaja disembunyikan dari publik. Sehingga dengan adanya jurnalisme investigasi justru menjadi penting guna mempertahankan kontrol sosial masyarakat termasuk pihak-pihak yang tidak bertanggungjawab tersebut. Namun, mengapa praktik jurnalisme investigasi dilarang dalam RUU Penyiaran Pasal 50 B ayat 2 huruf C?
Meskipun Indonesia memiliki lembaga pengawas seperti KPK dalam masalah korupsi, Indonesia tetap memerlukan lembaga pengawas eksternal, terutama media massa yang dapat menjangkau masyarakat luas. Dalam media massa, untuk memantau dan mencegah korupsi dapat melalui peliputan investigasi. Sehingga sangat disayangkan apabila praktik jurnalisme investigasi dihilangkan. Hal ini dapat membungkam kebenaran dan memelihara budaya curang dan jahat di kalangan-kalangan tertentu.
ADVERTISEMENT
Menerapkan jurnalistik investigasi memang bukanlah hal yang mudah. Upaya ini harus dimulai dari pemilik dan pengelola media, yang tentunya memerlukan keberanian besar. Media yang dianggap terlalu kritis sering kesulitan mendapatkan iklan, yang merupakan sumber utama pendapatan bagi banyak perusahaan media. Selain itu, liputan investigasi umumnya memerlukan biaya yang cukup tinggi. Hal ini disebabkan tidak hanya oleh waktu/durasi liputan yang panjang, tetapi juga oleh banyaknya sumber yang harus ditelusuri dan cakupan wilayah liputannya yang bisa sangat luas dan jauh. Meski tantangan tersebut terdengar sulit, namun jika jurnalis atau media dapat membongkar kerja mafia yang merugikan banyak orang, rasanya masyarakat tetap dan perlu membutuhkan jenis peliputan ini demi keadilan dan kesejahteraan bersama.
ADVERTISEMENT