Konten dari Pengguna

Pengaruh Deepfake terhadap Dunia Jurnalistik: Tantangan dan Peluang

Adinna Islah Perwita
Seorang dosen muda di Universitas Amikom Purwokerto yang tertarik menulis tentang komunikasi, media, gender dan gaya hidup.
13 November 2024 11:15 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Adinna Islah Perwita tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Deepfake. Sumber: Freepik
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Deepfake. Sumber: Freepik
ADVERTISEMENT
Teknologi deepfake, yang memungkinkan pembuatan video atau audio palsu dengan tingkat realisme yang sangat tinggi, telah menjadi sorotan global dalam beberapa tahun terakhir. Di balik kemajuan teknologinya yang pesat, deepfake membawa dampak yang signifikan terhadap dunia jurnalistik. Teknologi ini tidak hanya menawarkan potensi baru dalam produksi konten, tetapi juga menghadirkan tantangan besar terkait keakuratan informasi, etika, dan kepercayaan publik terhadap media.
ADVERTISEMENT
Deepfake merupakan gabungan dari dua kata, yaitu "deep learning" dan "fake". Teknologi ini menggunakan kecerdasan buatan (AI) dan pembelajaran mesin untuk membuat rekaman video atau audio yang tampak sangat realistis, namun sepenuhnya palsu. Biasanya, deepfake digunakan untuk menggantikan wajah atau suara seseorang dengan yang lain, sehingga menghasilkan konten yang bisa menipu mata manusia atau pendengar. Dalam beberapa kasus, teknologi ini dapat digunakan untuk meniru gerakan tubuh atau ekspresi wajah seseorang secara sempurna.
Salah satu dampak terbesar deepfake terhadap dunia jurnalistik adalah kemampuannya untuk menyebarkan disinformasi. Video atau audio yang menggunakan teknologi deepfake bisa dengan mudah diproduksi dan disebarluaskan melalui platform digital, bahkan oleh pihak-pihak yang berniat merusak reputasi atau memanipulasi opini publik. Dalam konteks politik, misalnya, deepfake bisa digunakan untuk menciptakan video palsu yang menunjukkan seorang politisi melakukan sesuatu. Ingat kah video viral Presiden RI ke-7, Jokowi, yang tengah berpidato menggunakan bahasa Mandarin? Nyatanya, dikonfirmasi oleh Kominfo bahwa video tersebut menggunakan deepfake yang mengubah wajah asli dalam video tersebut dengan wajah Pak Presiden.
ADVERTISEMENT
Selain itu, dampaknya juga akan mengarah pada kepercayaan publik terhadap media. Jika publik mulai meragukan keaslian konten yang mereka lihat atau dengar, kepercayaan terhadap media dan jurnalis bisa terkikis. Sebagai contoh, jika masyarakat melihat sebuah video yang tampaknya menunjukkan seorang tokoh terkenal membuat pernyataan kontroversial, mereka mungkin tidak lagi mempercayai bahwa berita yang mereka terima adalah fakta yang akurat, bahkan jika itu berasal dari sumber yang sah.
Deepfake juga berpotensi digunakan sebagai alat dalam perang informasi atau kampanye hitam. Dalam pemilu atau persaingan bisnis, misalnya, pihak tertentu bisa membuat video palsu yang mendiskreditkan lawan mereka. Hal ini tidak hanya merusak individu yang menjadi sasaran, tetapi juga merusak integritas proses demokrasi dan menciptakan ketidakpastian dalam masyarakat.
ADVERTISEMENT
Selain tantangan, berkembangnya teknologi deepfake di tengah-tengah masyarakat juga menghasilkan peluang. Meskipun lebih sering dikaitkan dengan dampak negatif, deepfake juga memiliki potensi positif, terutama dalam bidang kreatif dan pendidikan. Jurnalis dapat memanfaatkan teknologi ini untuk membuat konten multimedia yang lebih menarik, seperti dokumenter atau laporan investigasi yang menggabungkan visualisasi ulang kejadian-kejadian sejarah. Dengan pendekatan yang etis, deepfake bisa menjadi alat yang memperkaya pengalaman informasi tanpa menyesatkan audiens.
Untuk memerangi penyebaran deepfake dan disinformasi, jurnalis harus aktif berperan dalam edukasi publik mengenai bahaya deepfake dan cara mengenali konten yang tidak sah. Literasi media yang baik akan membantu audiens lebih cermat dalam menilai keaslian sebuah informasi. Jurnalis juga perlu menunjukkan transparansi dalam proses peliputan mereka, memberikan sumber yang jelas dan dapat dipertanggungjawabkan, serta membangun reputasi sebagai sumber informasi yang dapat dipercaya.
ADVERTISEMENT
Deepfake tentu membawa dampak yang besar dalam dunia jurnalistik, baik dari sisi tantangan maupun peluang. Meskipun teknologi ini dapat disalahgunakan untuk menyebarkan disinformasi atau merusak reputasi, ada juga potensi untuk memanfaatkannya secara kreatif dan edukatif. Oleh karena itu, media dan jurnalis perlu bekerja lebih keras dalam meningkatkan kemampuan deteksi, memperkuat literasi media, dan menjaga etika jurnalistik agar tetap dapat menjalankan fungsi mereka sebagai pilar demokrasi dan sumber informasi yang dapat dipercaya di era digital ini.