Sulit dapat Kerja, Pilih jadi Pengusaha: Solusi atau Pelarian?

Adipura Arya Kangsadewa
Saya adalah seorang Mahasiswa Kupu-Kupu dari Universitas AMIKOM Purwokerto. Manusia, dan paling suka makan Ikan, apalagi Gurame Bakar.
Konten dari Pengguna
8 November 2022 22:10 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Adipura Arya Kangsadewa tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Menjadi seorang Pengusaha, Photo by Sora Shimazaki:, from Pexels.
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Menjadi seorang Pengusaha, Photo by Sora Shimazaki:, from Pexels.
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Pengusaha bukanlah sebuah pekerjaan baru, melainkan sebuah pekerjaan yang telah ada dengan berkembangnya kondisi sosial. Dunia boleh saja berbicara bahwa menjadi seorang Pekerja adalah hal yang pasti dalam menyongsong kehidupan. Akan tetapi, di lapangan berbicara hal lain. Salah satunya berkenaan dengan kondisi saat ini yang sulit untuk mendapatkan pekerjaan.
ADVERTISEMENT
Meski demikian, masih ada kerentanan dalam memulai menjadi seorang Pengusaha. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan presentase jumlah Pengusaha di Indonesia yang hanya sekitar 3% sampai 5% saja. Angka tersebut menunjukkan bahwa menjadi Pengusaha di Indonesia masih belum bisa menjadi pekerjaan utama karena jumlahnya masih sedikit. Perlu diketehaui, hal-hal tersebut merupakan dampak dari tidak tahunya masyarakat dalam memulai profesi Pengusaha secara baik dan benar.
Menjadi Pengusaha: Solusi atau Pelarian?
Menjadi Pengusaha, Solusi atau Pelarian? Photo by Anete Lusina, from Pexels.
Masyarakat kelas bawah dinilai sebagai salah satu sektor yang cepat menanggapi sulitnya mendapatkan pekerjaan dan berani mengajukan diri menjadi Pengusaha. Mereka dinilai sangat tertarik karena tuntutan ekonomi yang memaksa mereka untuk mendapatkan penghasilan selain menjadi pekerja. Tidak sedikit dari mereka berpikir bahwa menjadi Pengusaha adalah langkah yang tepat daripada menjadi seorang Pengangguran.
ADVERTISEMENT
Pada kelas yang lebih tinggi seperti kelas menengah, tidak sedikit juga yang turut menjadi Pengusaha. Hal yang mendasari mereka melakukan itu adalah karena mereka ingin mendapatkan penghasilan tambahan diluar pekerjaannya. Atau, memang telah diwarisi usaha oleh kedua orang tuanya.
Akan tetapi, fenomena di lapangan mengafirmasi adanya kendala yang tidak terelakkan. Hal ini disebabkan oleh banyak sekali Pengusaha baru yang tidak mengerti cara menjadi Pengusaha gigih. Bahkan, terkadang mereka mengalami gulung tikar disaat usahanya sedang mengalami penurunan.
Selain itu, kapabilitas dan kreativitas para Pengusaha baru adalah salah satu tuntutan terbesar dalam memulai suatu usaha. Seperti; ketekunan, keseriusan, dan keunikan merupakan modal yang terkadang dilupakan oleh mereka. Sehingga, usaha yang mereka lakukan tidak dapat berkembang sepenuhnya.
ADVERTISEMENT
Lalu, seberapa efektif pilihan menjadi Pengusaha disaat seseorang kesulitan mendapatkan pekerjaan?
Dari fenomena yang terlihat, intensitas ketertarikan masyarakat untuk menjadi Pengusaha sangatlah besar. Namun, tidak semua masyarakat memiliki pengetahuan memadai tentang arti seorang Pengusaha.
Tidak sedikit masyarakat hanya berfokus kepada bagaimana cara menghasilkan uang yang banyak, dan tidak menyiapkan diri untuk menghadapi hantaman ketika memulai kegiatan usaha. Hantaman yang dimaksud di sini adalah seperti persaingan, kerugian, dan inovasi zaman. Fokus tersebutlah yang seolah menjadi bumerang bagi mereka bahwa arti Pengusaha sesungguhnya bukan hanya tentang menjual produk kemudian mendapatkan uang. Namun, perlu untuk menjaga aliran dana dan membantu banyak orang karena usahanya.
Hemat penulis, menjadi Pengusaha di tengah sulitnya mendapatkan pekerjaan adalah sebuah solusi sekaligus pelarian. Mengapa demikian? Dapat dikatakan solusi jika seseorang telah memberikan input dan output usaha yang menjadi standar penting dalam memenuhi dirinya sebagai Pengusaha yang berhasil.
ADVERTISEMENT
Sementara di lain sisi, dapat dikatakan sebagai pelarian jika pilihan menjadi Pengusaha yang terjadi adalah kegagalan dan tidak berani untuk membangunnya kembali. Hal ini berani diafirmasi karena banyak sekali dari lingkungan penulis yang tidak mau melanjutkan usahanya ketika sedang mengalami kerugian. Padahal, itu semua adalah awal dari keberhasilan.
Hal ini adalah tanggung jawab bersama, baik dari diri sendiri maupun keterlibatan pemerintah didalamnya. Masyarakat yang ingin menjadi Pengusaha perlu untuk memiliki “mental baja” sehingga tidakSyok” ketika usahanya sedang down atau tterjatuh.
Di lain sisi, pemerintah pun perlu untuk turut andil dalam menyikapi hal tersebut karena semakin sedikitnya lapangan pekerjaan diluar sana, mereka perlu memberikan pelatihan kepada masyarakat tentang bagaimana caranya menjadi Pengusaha yang benar. Sehingga, kesejahteraan masyarakat dapat kian meningkat.
ADVERTISEMENT
*Adipura Arya Kangsadewa - Mahasiswa Universitas AMIKOM Purwokerto, Purwokerto, Jawa Tengah.