Panen Padi Jerami di Bakar

Adis Setiawan
Mahasiswa S2 Magister Manajemen Pendidikan Islam Universitas Islam An Nur Lampung. Bidang Riset dan Pengembangan Keilmuan IMM Bekasi Raya / Penulis Lepas
Konten dari Pengguna
24 April 2021 21:00 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Adis Setiawan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Jerami di bakar setelah panen padi
zoom-in-whitePerbesar
Jerami di bakar setelah panen padi
ADVERTISEMENT
Sudah seminggu ini penulis sedang pulang kampung, ternyata di kampung sedang mulai panen padi. Tidak terasa dua atau tiga bulan yang lalu ketika pulang kampung persawahan masih hijau terlihat asri, sekarang cuaca panas, banyak debu, dan sawah kelihatan gersang setelah panen.
ADVERTISEMENT
Setelah selesai panen karena menganggap bahwa jerami adalah limbah, maka perlu di musnahkan dengan cara dibakar bahkan dianggap tidak bermanfaat. Kalau sore hari dari awal panen sampai sekarang dua mingguan—karena panen tidak serentak—selalu pada sore hari sampai malam udara bercampur dengan asap.
Rasanya seperti sedang terjadi bencana asap, karena pernafasan terganggu, bahkan mata juga perih. Penulis yang belum terbiasa dengan keadaan seperti ini lama-lama jadi sesak nafas.
Mungkin, kalau di ukur tingkat polusi udara sudah kelewat batas kali. Mulai dari tanah kering berdebu ditambah angin kencang, bahkan ketika memisahkan padi dari tangkainya itu keluar serbuk-serbuk bercampur dengan udara membuat mata kelilipan dan juga nafas jadi terasa kasar di hidung karena udara campur dengan partikel-partikel jerami.
ADVERTISEMENT
Apakah hal itu juga masuk kategori bencana—human error—mungkin banyak yang menganggap suatu yang biasa saja karena cara membakar jerami setelah panen adalah cara dari dulu yang sudah dilakukan turun-temurun. Untuk mengurangi asap hasil bakaran maka perlu untuk memanfaatkan jerami agar lebih berguna.
Manfaat Jerami Padi
Akibat terlalu sering mengandalkan pupuk kimia maka muncul ketergantungan terhadap pupuk kimia. Pupuk kimia memang menyuburkan tanah tetapi di sisi lain juga mengurangi kandungan organik pada tanah. Harusnya sebagai alternatif, jerami bisa dimanfaatkan untuk menyuburkan tanah dan mempertahankan kandungan organik pada tanah.
Para ahli pertanian berpendapat bahwa pupuk buatan—bukan pupuk kimia—apa bila di kembalikan ke sawah sama saja dengan memberikan makanan ke tanah. Tentu kita ketahui bersama bahwa didalam tanah yang subur itu mengandung beberapa mikro organisme, seperti bakteri pengurai bahkan cacing. Indikator tanah yang subur adalah mengandung cacing dan mikro organisme yang lainya.(cybex.pertanian.go.id, 2019)
ADVERTISEMENT
Jerami bisa di gunakan untuk kompos dengan cara di fermentasi selama kurang lebih 20 harian dengan bahan organik lainya tentunya juga membutuhkan dekomposer—bakteri pengurai—untuk mempercepat fermentasi jerami menjadi kompos untuk lebih baik lagi di tambah dengan kotoran sapi atau bahan organik hijau lainya.
Membuat jerami menjadi media tanam jamur. Dalam budidaya jamur merang dan jamur kancing, jerami padi merupakan bahan yang digunakan untuk media tanamnya.
Menggunakan Jerami sebagai mulsa tanaman. Saat memasuki musim kemarau jerami bisa dimanfaatkan sebagi mulsa tanaman yang tujuanya adalah mengurangi penguapan air sehingga tanaman tidak kekeringan saat musim kemarau panjang.(cybex.pertanian.go.id,2019)
Selain itu juga bisa di gunakan sebagai pakan ternak sapi, dalam satu hektare sawah dapat menghasilkan jerami sebanyak 7 Ton, jika sapi selama sehari membutuhkan 30 kg makan jerami tersebut bisa di makan selama 5 bulan.
ADVERTISEMENT
Beberapa Kendala Urusan Jerami
Kenapa jerami dibakar, karena bingung mau di buat apa ? Mungkin, petani tahu untuk apa, akan tetapi kurang kober/sibuk. Panen membutuhkan tenaga yang banyak mulai dari ngarit, terus melepas padi dari batangnya, memasukan ke karung, di bawa pulang di timbang, di jemur, masukan ke gudang masing-masing.
Setelah momen tersebut selesai sudah mikir lagi menanam benih padi—padahal capek belum hilang—apa lagi di suruh ngurus jerami yang mana belum ada yang siap. Belum siap di sini dalam arti: Iya buat pakan sapi, tetapi siapa yang mau menampung jerami? Siapa yang memelihara sapi ? Mayoritas jadi petani padi kok. Apa lagi di jadikan kompos belum punya tempat bahkan pembimbing, takut semakin capek mending beli pupuk kimia tinggal kepyur kan selesai.
ADVERTISEMENT
Ini perlu kehadiran pemerintah, sekarang bukan lagi zaman superman—hebat sendirian—sekarang zaman kolaborasi. Jadi, perlu adanya kolaborasi antara petani yang menghasilkan jerami dengan para peternak sapi atau pemerintah hadir menjalin komunikasi atau menyalurkan kerja sama.
Selain masalah untuk ternak masalah mengelolah jerami menjadi kompos, ini sangat perlu semangat dan pembinaan. Lha bagaimana petani saja menanam padi menggunakan jasa buruh tandur, apalagi meembuat kompos dari jerami bli kieng/males.
Disini perlunya kolaborasi, misalnya, perlunya membuat workshop kompos dan juga tentunya mampu memproduksi sekaligus penjualan. Itu gampang seandainya pemerintah mendukung tinggal di beli saja oleh pemerintah kemudian di bagikan lagi ke petani sebagai pupuk subsidi.