Sepenggal Cerita dari Aku untuk kumparan

Konten dari Pengguna
16 Januari 2019 18:12 WIB
comment
5
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Adisty Putri Utami tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sepenggal Cerita dari Aku untuk kumparan
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
Enggak terasa kumparan akan bertambah umur yang kedua. Mungkin angkanya memang kecil, tapi kalau dilihat lebih luas kantor ini sudah berkembang cukup pesat. Benar-benar di luar dugaan sebagai sebuah media baru. Hebat!
ADVERTISEMENT
Di sini aku cuma pegawai biasa. Berawal dari seorang reporter lifestyle, food, lalu menetap di social media specialist. Perpindahan yang cukup singkat dalam jangka waktu satu tahun. Tapi gapapa, dengan begitu aku bisa belajar banyak.
Cerita sedikit soal awal mula aku bergabung di kumparan... Jujur, enggak ada alasan spesial. Waktu itu setelah lulus yang aku pikirkan cuma satu hal: bagaimana caranya aku mendapatkan pekerjaan yang bagus. Mengingat, beberapa saat setelah aku wisuda, ayah memutuskan untuk pensiun dini. Tentu sebagai 'anak sulung' aku punya tanggung jawab lebih untuk memberi 'pemasukan dapur' dan juga menyekolahkan adik-adikku.
Aku juga enggak pernah ada bayangan sama sekali untuk bekerja di media, apalagi jadi reporter. Aku cuma lulusan Ilmu Sejarah, belum punya pengalaman magang di manapun, enggak punya 'orang dalam'. Cuma modal tekat 'nekat'.
ADVERTISEMENT
Takut, iya! Khawatir, jelas! Tapi dengan kekuatan doa orang tua, alhamdulillah lolos.
Selama di kumparan, aku sudah melalui banyaaaak banget hal. Tapi, momen enggak bakal aku lupakan adalah waktu pembagian rapor ODP di Kuningan City (Kuncit). Pembimbingku, Kak Nanda, bilang semua peserta harus sudah stand by di sana pukul enam pagi. Oke, akhirnya aku berangkat dari rumah jam setengah empat subuh.
Bodohnya, H-1 sebelum pembagian rapor aku enggak tidur sama sekali. Malam itu perasaanku campur aduk. Takut, deg-degan, khawatir. Nyampur semua! Singkat cerita setelah sampai di tempat, kondisi ruangan saat itu sangat dingin. Badanku mulai enggak enak. Ada sedikit pusing, badan hangat, dan pandangan kabur.
"Ya sudahlah, terlanjur. Lanjut aja terus," gumamku.
ADVERTISEMENT
1 jam... 5 jam... 7 jam pun lewat. Nah, pas di akhir acara, aku enggak tahan lagi dan akhirnya memutuskan untuk izin pulang duluan naik Go-Car dari Kuncit sampai rumah dengan tarif hampir Rp 300 ribu. Yaaaa, daripada pingsan di jalan kan, hehe.
Selang beberapa hari, aku mulai kerja. So far, kerjaanku memang sesuai dengan ekspektasi yang aku harapkan. Kerja mudah, nyaman, asik, dan lingkungannya friendly. Hingga saat ini aku pun masih ngerasain hal itu. Semua orang yang ada di dalamnya memperlakukan aku seperti teman, bukan atasan dan bawahan.
Walaupun sempat susah beradaptasi karena di-rolling ke tempat yang kurang aku pahami, tapi dengan bimbingan banyak orang, aku jadi bisa bangkit lagi. Dan aku harap seterusnya akan begitu. Aku juga terus berdoa agar kumparan bisa lebih menambah fasilitas untuk para karyawan. Makan siang dan malam gratis misalnya? hehehe.
ADVERTISEMENT
Aku merasa perjalananku bersama kantor ini masih sangat panjang. Masih banyak hal yang belum aku explore, belum kusentuh, dan juga kupelajari. Aku percaya dengan niat yang tulus dariku dan teman-teman, kami bisa menjadikan kumparan bukan sekadar 'kantor', tapi rumah kedua yang nyaman.