Dehumanisasi Bagi Seluruh Rakyat Good Looking

aditamiranti
Adita Miranti, dilahirkan di Jakarta, 28 Juli 1991, adalah Dosen di Jurusan Podi Ilmu Komunikasi Fakultas Bisnis dan Ilmu Sosial Universitas Amikom Purwokerto.
Konten dari Pengguna
30 Maret 2021 14:40 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari aditamiranti tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Woman expressing strong various feelings and emotions. Source: pch.vector/freepik.com
zoom-in-whitePerbesar
Woman expressing strong various feelings and emotions. Source: pch.vector/freepik.com
ADVERTISEMENT
Akhir-akhir ini kita baru saja dihebohkan dengan sebuah pandangan yang menyatakan bahwa keadilan lebih memihak kepada orang-orang dengan tampilan good looking.
ADVERTISEMENT
Salah satu contoh, melalui kasus perundungan Adhisty Zara yang tidak sama dengan kasus perundungan Kekeyi. Melalui kasus Adhisty Zara, lewat potongan video pendeknya dengan sang pacar—atau yang hari ini sudah menjadi mantan, kemudian muncul sebuah wacana yang mengatakan, “Keadilan sosial hanya bagi warga good looking” dengan membawa pula satu nama yang tidak kalah fenomenal, yakni Kekeyi.
Banyak netizen yang menghakimi Adhisty Zara dengan mengatakan bahwa hanya orang cantik saja yang dibela, kalau jelek akan dihujat habis-habisan seperti Kekeyi.
Dari pernyataan di atas ada dua hal ngawur yang dibuat netizen melalui pandangan di atas. Pertama, selain membuat paradoks dari komentar-komentarnya, ada dehumanisasi yang terjadi melalui orang-orang yang dianggap good looking.
ADVERTISEMENT
Yang kedua, wacana yang mereka bangun menjurus pada logical fallacy atau kesalahan dalam berpikir:
Pertama, orang yang memiliki paras good looking secara tersirat mengalami sebuah dehumanisasi.
Mari kita mengenal lebih dalam dehumanisasi sebagai kemampuan tidak memanusiakan manusia yang perlu diwaspadai. Setiap manusia, memiliki keunikan serta kelebihan masing-masing dan derajat yang sama satu dengan yang lainnya. Sayangnya, hingga saat ini banyak peristiwa yang justru menggambarkan ketidakadilan yang terbungkus dalam bentuk “pujian”.
Pujian layaknya sebuah ujian untuk kaum good looking yang sering dianggap mendapatkan privilege lebih dalam di berbagai aspek. Namun secara implisit terjadi sebuah dehumanisasi yang membuat seseorang menjadi tertindas atas perlakuan orang lain, walaupun tidak dengan cara mencaci, namun dengan sebuah eksploitasi.
ADVERTISEMENT
Dehumanisasi menurut KBBI artinya adalah penghilangan harkat manusia. Dehumanisasi adalah kemampuan tidak memanusiakan manusia. Privilege, pujian terhadap kaum good looking disadari atau tidak adalah bentuk dehumanisasi dengan merendahkan manusia lain dengan penilaian yang menjunjung tinggi tampilan fisik dan bentuk tubuh semata.
Parahnya seringkali kaum good looking dimanfaatkan dan dieksploitasi oleh kapitalisme melalui kecantikan, ketampanan, dan bentuk tubuh yang mereka miliki tidak dinilai berdasarkan intelektualitas yang mereka miliki.
Tindakan dehumanisasi yang secara implisit menyerang kaum good looking sering kali tidak disadari dan dianggap sebuah kebaikan karena berbalut pujian dan pengakuan, padahal mungkin tidak semua orang yang dianggap good looking nyaman dengan “pujian” dari orang lain.
Yang kedua logical fallacy atau kesalahan logika dalam wacana keadilan sosial hanya untuk seluruh rakyat good looking, terletak pada seolah-olah seorang yang membela Adhisty Zara membenarkan bahwa Adhisty Zara dibela karena good looking dan Kekeyi dihina karena tidak good looking, dan jika kita membela itu berarti kita bersikap tidak adil kepada Kekeyi.
ADVERTISEMENT
Seperti itulah kiranya interpretasi yang dibangun oleh netizen, padahal jelas telah terjadi logical fallacy atau lebih tepatnya false dilema fallacy.
False dilema fallacy adalah seri dari logical fallacy yang mana membuat anggapan dengan memaksa lawan memilih dua hal yang paralel. Saat kita membela Adhisty Zara, kita dianggap membenarkan klan tersebut. Serta, yang membela Adhisty Zara dianggap membela yang good looking dan tidak peduli pada orang-orang seperti Kekeyi.
Banyak dari kita yang masih terpedaya atas sebuah pujian dan menganggap memiliki bentuk tubuh yang cantik atau tampan adalah sebuah keniscayaan dan sebuah berkah yang berlimpah tanpa mengindahkan motif-motif lain dibalik sebuah pujian yaitu ujian.