Karena Kartu Pers Saya Bukan Penangkal Corona
Konten dari Pengguna
31 Maret 2020 18:45 WIB
Tulisan dari Aditia Noviansyah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Saya masih mengingat percakapan dengan istri kala virus corona mewabah di Kota Wuhan, China. Saya tanya dia, "Bagaimana ya kalau virus itu mewabah di Indonesia? Apa yang harus kita lakukan?"
ADVERTISEMENT
Istri saya membalas, "Semoga saja virus itu tidak sampai ke Indonesia."
Kekhawatiran timbul karena profesi saya sebagai pewarta foto tidak mungkin dijalani tanpa mendatangi lokasi peliputan. Tidak mungkin fotografi jurnalistik dibuat dari rumah dengan smartphone.
Memang sudah hampir dua tahun saya bekerja di balik layar sebagai Editor Foto kumparan. Tetapi saya sangat paham sekali cara kerja pewarta foto di industri media di Indonesia, baik itu sebagai karyawan atau freelancer.
Pewarta foto profesional akan sangat paham bagaimana menempatkan diri di posisi yang paling aman dan bisa memotret secara baik dengan peliputan yang serbagawat seperti kerusuhan hingga tawuran.
Tapi wabah corona ini bukan situasi seperti kerusuhan atau tawuran. Corona yang sangat berbahaya itu tak bisa dilihat dengan mata telanjang.
ADVERTISEMENT
Saat kasus virus corona COVID-19 mulai mewabah di Indonesia, pewarta foto kumparan tetap memotret di lokasi berbahaya. Waktu itu, RSPI Sulianti Saroso.
Setiap hari tim pewarta foto ini selalu saya tugaskan ke sana, selalu saya ingatkan menggunakan masker yang disediakan oleh kantor.
Hampir setiap hari dan tidak bosan-bosannya saya ingatkan pewarta foto kumparan untuk selalu menjaga kondisi kesehatan dan menggunakan masker serta membawa tisu alkohol atau hand sanitizer.
Kegiatan liputan ini juga saya diskusikan dengan Kepala Peliputan kumparan, Ikhwanul Khabibie. Dia pun menyarankan untuk tetap main aman saat meliput kasus corona, setidaknya memotret gunakan lensa tele saja.
Tanggal 16 Meret 2020 kumparan mengimbau kepada seluruh karyawannya untuk bekerja dari rumah atau work from home (WFH). Saya sangat mengapresiasi dengan keputusan kumparan untuk seluruh karyawannya bekerja dari rumah.
ADVERTISEMENT
Jadwal kerja, rapat pun kini kita lakukan melalu virtual. Sudah hampir minggu ke 3 kita melakukan WFH, semuanya berjalan lancar dengan pekerjaan fotografer diubah menjadi periset foto.
Sampai hari ini saya tetap melakukan kerja dari rumah, saya terus menjalani himbauan dari kantor untuk memutus penyebaran virus corona di Indonesia. Dan yang terpenting harus saya sadari di ego saya, bahwa virus corona tidak akan mempan dengan ID press yang saya miliki.