Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.1
Video Eksperimen: Mi Instan Dicampur dengan Betadine
8 Agustus 2017 6:58 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:16 WIB
ADVERTISEMENT
Beredar video mi instan yang dicelupkan ke air betadine berubah warna menjadi biru dan ungu pekat yang kabarnya menandakan mi tersebut mengandung racun.
ADVERTISEMENT
Tak hanya mi, sumber karbohidrat lainnya seperti singkong dan beras pun dikatakan beracun jika warnanya berubah saat diberi tetesan betadine.
kumparan (kumparan.com) melakukan eksperimen untuk membuktikan apakah sumber karbohidrat seperti mi instan, singkong, dan beras memang dapat berubah warna jika terkena larutan betadine dan beracun?
Hasil eksperimen memperlihatkan ketika ketiga sumber karbohidrat tersebut dicelupkan ke dalam larutan betadine warna ketiganya berubah menjadi biru keunguan. Namun mi instan terbilang lebih cepat berubah warna ketika terkena betadine ketimbang singkong dan beras.
Kesimpulan: Dari 3 sampel, yakni mi instan, singkong, maupun beras, memang bisa berubah warna ketika terkena larutan betadine.
Namun pernyataan soal berubahnya warna pada ketiga makanan ini menandakan terdapat racun atau bahan campuran berbahaya lain tidaklah benar.
ADVERTISEMENT
Hal ini djelaskan oleh Jansen Ongko, MSc, RD seorang ahli gizi yang mengatakan bahwa semua bahan makanan yang mengandung karbohidrat dan pati apabila ditetesi dengan menggunakan larutan iodine seperti betadine warnanya akan berubah menjadi ungu, biru, merah keunguan atau cokelat.
Kandungan amilopektin pada karbohidrat pati yang bereaksi terhadap iodine seperti betadine akan memberikan efek pewarnaan. Namun sekali lagi reaksi kimiawi ini tidaklah berbahaya.
"Kalau misalnya ditambahkan iodine berubah jadi warna merah, menjadi warna cokelat, ataupun hitam, itu merupakan reaksinya. sehingga kurang tepat kalau misalnya ada yang mengaitkannya dengan makanan tersebut beracun atau ditambahkan zat-zat kimiawi tertentu," kata Jansen saat dihubungi kumparan, Senin (7/8).
Jadi, jangan cepat percaya informasi di media sosial sebelum ada temuan hasil laboratorium yang lebih komprehensif. Waspada boleh saja, tapi tidak berlebihan.
ADVERTISEMENT