Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.102.2
Konten dari Pengguna
Pengaruh Kecerdasan Buatan terhadap Mobilitas Kerja Sama Internasional
5 Februari 2021 15:20 WIB
Tulisan dari Adito Palendra Rusdianto tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Kecerdasan buatan merupakan kreasi dari perkembangan dan inovasi teknologi yang sangat pesat di era globalisasi ini. Pengaruh sebuah kecerdasan buatan kepada sebuah instansi atau bahkan negara dinilai cukup besar dan secara signifikan menghasilkan manfaat yang dapat semua orang rasakan. Dalam pengembangannya, kecerdasan buatan memerlukan dua hal yakni big data dan computing power.
ADVERTISEMENT
Sebuah kecerdasan buatan atau AI bekerja menggunakan pengolahan data yang sangat masif, data tersebut dinamakan big data, kemudian data tersebut dikonversi menjadi sebuah kecerdasan. Namun dalam memproses jumlah data yang sangat banyak tersebut diperlukan kapasitas komputer atau computing power yang cukup mumpuni. Pada awalnya, pengembangan AI cukup mahal dan dinilai tidak ekonomis, namun seiring perkembangannya waktu, pengumpulan, dan pengolahan data menjadi semakin mudah dan semakin banyak perusahaan atau instansi pemerintah menggunakannya, itulah kenapa AI dapat dirasakan oleh hampir semua orang.
Contoh dari penggunaan AI adalah dalam sektor e-commerce. Sistem yang digunakan oleh kebanyakan e-commerce adalah rekomendasi produk dan filtering. Jadi ketika membuka aplikasi sebuah e-commerce, pengguna dapat melihat produk-produk yang sebelumnya sudah mereka cari, hal ini menguntungkan kedua pihak pelaku jual beli.
ADVERTISEMENT
Pembeli dengan mudah mencari barang apa yang mereka sedang inginkan, dan penjual lebih mudah untuk menjangkau pembeli dalam memilih barang. Fitur lain yang digunakan adalah filtering, yakni fitur pemilihan foto yang dianggap berpotensi penipuan atau foto-foto yang kurang pantas untuk ditampilkan. Kedua fitur tersebut akan selalu berkembang berkat dengan big data dan computing power dari sebuah AI, tanpa data-data dan tanpa kapasitas komputer yang mumpuni, fitur tersebut tidak mungkin bisa berjalan. beberapa contoh di antaranya adalah:
1) Kerja sama Indonesia dengan Belanda
Pengaruh AI sudah mulai masuk ke ranah internasional. Contohnya adalah kerja sama bilateral antara indonesia dengan perusahaan kesehatan belanda yang berfokus kepada pengembangan healthcare bernama Delft Imaging. Kerja sama ini didalangi oleh Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) dan bertujuan untuk membuat program penelitian untuk membantu tenaga kesehatan dalam menangani pasien COVID-19 di Indonesia melalui penerapan AI.
ADVERTISEMENT
Penelitian bernama “Skoring Artificial Intelligence (AI) untuk Pneumonia pada Subjek Terduga dan Terkonfirmasi COVID-19” ini merupakan kolaborasi antara FKUI, Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM), dan Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI) bersama dengan Delft Imaging Belanda. Penelitian ini merupakan penelitian pertama di indonesia yang menggunakan AI atau kecerdasan buatan dalam pelayanan pasien COVID-19 yang melibatkan para ahli dari FKUI hingga RSCM.
Sistem operasi yang digunakan a dalah CAD4COVID (Computer-Aided Detection for COVID-19) dikembangkan oleh Delft Imaging untuk mendeteksi virus COVID-19 melalui foto rontgen. Menurut dr Eric Daniel Tenda, SpPD., FINASIM Chief Investigator Tim Peneliti, studi ini akan dibagi menjadi dua tahap.
Tahap pertama, yaitu melakukan validasi skoring AI untuk pneumonia pada pasien terduga dan terkonfirmasi COVID-19. Lalu tahap kedua adalah studi diagnostik, di mana pembuatan model prediksi berdasarkan pemantauan efektivitas penggunaan AI pada rontgen yang sudah dilakukan di tahap pertama. Selain itu, dalam penanggulangan wabah, penggunaan AI juga sangat diperlukan untuk pelacakan dan isolasi kontak.
ADVERTISEMENT
Tracing atau pelacakan secara manual tidak sudah tidak dapat memenuhi kebutuhan lapangan lagi, karena semakin banyaknya kasus yang ditemukan, akan sangat sulit untuk melacak dengan cara mewawancarai pasien COVID-19 satu-persatu. Oleh karena itu, tracing menggunakan AI jauh lebih efisien dan ekonomis. Salah satu program pemerintah untuk mendukung fitur ini adalah pembuatan aplikasi PeduliLindungi oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika.
Aplikasi ini ditujukan untuk meredam wabah virus COVID-19 dengan menggunakan data lokasi setiap pengguna. Dengan ini, pemerintah berharap dapat memudahkan pelacakan untuk dapat mengurangi kasus COVID-19 di Indonesia.
2) Kerja sama Arab Saudi dengan Amerika serikat dan China
Kerja sama lainnya yang tidak kurang menarik adalah kerja sama antara Arab Saudi dengan tiga perusahaan teknologi yaitu IBM (International Business Machines Corporation) dari Amerika Serikat, Alibaba Cloud, dan Huawei. Kerja sama ini ditujukan untuk mengembangkan teknologi AI di Arab Saudi. Badan Data dan Kecerdasan Buatan Arab Saudi (SDAIA) telah menandatangani nota kesepakatan (MoU) dengan ketiga perusahaan tersebut pada pertemuan puncak.
ADVERTISEMENT
SDAIA dan Alibaba Cloud mengumumkan bahwa MoU yang ditanda tangani adalah kesepakatan kemitraan untuk membantu Arab Saudi dalam mengembangkan smart city melalui kecerdasan buatan. Presiden SDAIA, Abdullah bin Sharaf Alghamdi mengatakan bahwa visi Arab Saudi 2030 memiliki tujuan yang jelas, yaitu untuk mengubah kota kerajaan, menjadi kota yang cerdas dengan membuka nilai data kota sebagai aset nasional.
Kemudian SDAIA dan Huawei juga mengumumkan bahwa kerja sama bilateral yang dijalin oleh mereka berdua adalah untuk menganalisa bahasa arab dan karakternya menggunakan kecanggihan teknologi AI. Hal tersebut juga termasuk ke dalam salah satu visi Arab Saudi tahun 2030, yaitu untuk membebaskan kerajaan dari ketergantungan pada ekspor minyak. Lalu yang terakhir adalah kerja sama antara Arab Saudi dengan IBM. IBM akan membantu mengembangkan kasus real use cases di sektor-sektor seperti energi dan kesehatan.
ADVERTISEMENT
Selain itu, untuk menyiapkan generasi mendatang dalam pengembangan AI, Arab Saudi juga memutuskan untuk melatih sebanyak 20.000 orang selama dekade berikutnya di bidang AI.