news-card-video
10 Ramadhan 1446 HSenin, 10 Maret 2025
Jakarta
chevron-down
imsak04:10
subuh04:25
terbit05:30
dzuhur11:30
ashar14:45
maghrib17:30
isya18:45
Konten dari Pengguna

Bulan Ramadan: Wajah Kekuasaan dan Penegakan Nilai-nilai Konstitusi

Aditya Andela Pratama
Mahasiswa Magister Hukum Fakultas Hukum Universitas Diponegoro/Mahasiswa Hukum Kenegaraan UNDIP
9 Maret 2025 13:07 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Aditya Andela Pratama tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi keutamaan bulan Ramadan yang disebut sebagai bulan keberkahan, sumber foto dari Getty Images/iStockphoto/wing-wing.
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi keutamaan bulan Ramadan yang disebut sebagai bulan keberkahan, sumber foto dari Getty Images/iStockphoto/wing-wing.
ADVERTISEMENT
Di antara kenikmatan yang Allah berikan pada bangsa Indonesia yaitu kemerdekaan lepas dari penjajah, pesan kenikmatan tersebut ditangkap dengan suasana hati yang gembira oleh para pendahulu bangsa. Tidak heran dalam pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dituliskan secara tegas “Atas berkat rahmat Allah yang maha kuasa dan dengan didorongkan oleh keinginan luhur supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas, maka rakyat Indonesia menyatakan dengan ini kemerdekaannya”
ADVERTISEMENT
Kalimat di atas mengandung makna yang begitu mendalam, bahwa kemerdekaan bukan sekadar hasil perjuangan fisik, melainkan juga anugerah Ilahi yang diberikan kepada bangsa Indonesia melalui tetesan darah, air mata, dan doa yang tak henti-hentinya dipanjatkan oleh para pendahulu.
Betapa perihnya masa penjajahan, ketika penderitaan dan penyiksaan menjadi teman sehari-hari bahkan kebebasan menghirup udara kemerdekaan terasa seperti angan yang nyaris mustahil tergapai. Namun, dengan semangat dan keyakinan yang kuat dan lantunan teriakan kata pantang menyerah yang selalu digaungkan, maka bangsa ini akhirnya merasakan manisnya kemerdekaan
Kemerdekaan itu bukan hanya sebuah peristiwa sejarah, tetapi juga sebuah pesan abadi bahwa setiap generasi harus menjaga dan merawatnya dengan penuh kesadaran dan tanggung jawab. Ungkapan "Atas berkat rahmat Allah yang Maha Kuasa" bukan sekadar susunan kata yang membentuk kalimat yang tak bernyawa, melainkan sebuah kalimat yang hidup di dalam ruang kehidupan masyarakat.
ADVERTISEMENT
Pengakuan tulus bahwa tanpa kehendak Allah, kebebasan ini tak akan pernah menjadi nyata. Inilah bentuk syukur yang mendalam, syukur yang harus terus diterjemahkan dalam setiap upaya menjaga keutuhan negeri, merawat persatuan, dan menegakkan nilai-nilai konstitusi yang menjadi fondasi kehidupan berbangsa dan bernegara.
Bulan Ramadan dan Kekuasaan
Bulan Ramadan mengajarkan kedisiplinan dan mendidik hati serta pikiran agar jauh dari rasa kepemilikan. Setiap anak bangsa jangan sampai lupa bahwa proklamasi dikumandangkan pada bulan ini, oleh karenanya spirit dihadirkannya bulan Ramadan selain menata hati serta sarana memperbaiki diri, bulan Ramadan juga mengajarkan tidak ada kekuasaan yang tidak terbatas, semua akan selesai dan kembali pada pemiliknya.
Sudah saatnya seluruh instrumen kekuasaan mengambil setiap hikmah dalam bulan Ramadan. Jangan sampai kekuasaan menyimpang dari jalan yang telah disediakan oleh konstitusi dan jangan menganggap bahwa konstitusi hanya lintasan kalimat seperti dokumen formal lainya.
ADVERTISEMENT
Pesona Ramadan yang menghadirkan spirit rutinitas konstitusional. Maka, dalam suasana Ramadan yang mengajarkan kesederhanaan, sudah saatnya kekuasaan kembali menundukkan diri, belajar untuk rendah hati, untuk tidak serakah. Sebab di ujung jalan, tidak ada yang benar-benar memiliki selain Dia yang Maha Kuasa. Kekuasaan akan pergi, jabatan akan pudar, dan nama akan terhapus dari lembaran dunia akan tetapi yang abadi hanyalah amal dan warisan kebajikan yang ditinggalkan untuk negeri ini.
Bulan Ramadan menjadi intropeksi bagi kekuasaan. Ramadan mengajarkan bahwa segala sesuatu memiliki waktu dan tempatnya, ada saat menahan, memberi, menerima, dan ada saat merendah serta ada saat menguatkan. Begitu pula dengan kekuasaan ia bukan sekadar hak untuk memerintah, tetapi juga tanggung jawab moril untuk mengabdi pada masyarakat serta yang terpenting berwatak saling mengasihi. Dalam heningnya malam-malam Ramadan, di sela tarawih yang khusyuk dan untaian doa-doa yang lirih, seharusnya setiap pemegang kekuasaan menyadari bahwa jabatannya bukanlah kepemilikan yang abadi.
ADVERTISEMENT
Kekuasaan bukanlah singgasana yang tak tergoyahkan melainkan titipan yang akan dipertanggungjawabkan. Seperti halnya waktu berbuka yang datang setelah seharian menahan dahaga serta nafsu keduniaan, demikian pula kekuasaan akan sampai pada akhirnya, ketika segala yang melekat padanya harus dilepaskan, dan yang tersisa hanyalah jejak kebajikan atau kesalahan yang akan dikenang oleh sejarah.
Penegakan Nilai-Nilai Konstitusi Pada Bulan Ramadan
Konstitusi bukanlah sekadar untaian kata yang terbingkai dalam lembaran hukum ia adalah Perjalanan suatu bangsa. Tokoh familiar hukum Hans Kalsen mengatakan konstitusi adalah pengantar hikmat, yang artinya mengandung visi dan misi kehidupan ketatanegaraan.
Konstitusi juga mengandung makna suara hati bangsa, janji suci yang harus dijaga oleh mereka yang diberi amanah. Jika kekuasaan khilaf atas pelaksaan konstitusi, itu seperti seorang hamba yang menjalani Ramadhan tanpa memahami esensinya, hanya lapar dan dahaga tanpa makna, hanya ritual tanpa ruh, hanya bangkai berjalan tanpa tujuan.
ADVERTISEMENT
Pertanyaan refleksi pada kekuasaan hari ini adalah apakah kekuasaan telah menegakkan konstitusi seutuhnya? untuk menjawab pertanyaan ini kita harus menghela nafas panjang sembari menyiapkan suasan hati yang tenang.
Dalam sistuasi hari ini kekuasaa tetaplah kekuasaan, dia akan tetap hadir dengan jubah kebesarannya, ia tidak akan tunduk pada mereka yang berseberangan apalagi sampai meminta nasehat , tidak peduli apa yang dilakukan melukai rakyat atau tidak. Kekuasaan akan tetap mengabdi kepada kepentingan sesaat dan jauh dari makna yang hakiki yaitu berwatak kasih sayang yang mengabdi.
Penegakan nilai-nilai konstitusi pada bulan Ramadan merupakan sesuatu yang harus dilakukan secara terus menerus, nilai-nilai konstitusi harus dibiarkan mengalir seperti air. Kekuasaan tidak boleh ingkar janji atas pelaksanaan nilai-nilai konstitusi. Sesuatu yang telah dituangkan dalam konstitusi harus ditegakkan dan dilaksanakan. Watak saling mengasihi dan menyayangi menjadi ciri utama sekaligus hikmat yang tak terhingga, oleh karenanya republik yang megah ini sudah saatnya menegakkan keagungan konstitusi dengan bingkai Ramadan.
ADVERTISEMENT