Di kondisi seperti itu, mungkin idealisme pribadi sudah tak ada artinya. Idol dan oshi-nya dihina dikatai plastik, tim bola dicaci maki, tokoh politik dikatai minim empati dan hanya mengejar eksistensi diri, ah, bodo amat. Di perempatan ini, mereka hanya peduli satu hal: lampu merah Cipulir kapan ijonya, anjeng!
Mereka semua yang berkumpul di kemacetan seperti ini, bagai tumbal-tumbal proyek yang nantinya akan dipersembahkan untuk para dewa yang bernama Sang Hyang Konglomerat. Mereka yang saban hari makan daging yang satu porsinya, sama seperti harga tenagamu selama satu minggu lamanya.
Lanjut membaca konten eksklusif ini dengan berlangganan
Keuntungan berlangganan kumparanPLUS
Ribuan konten eksklusif dari kreator terbaik
Bebas iklan mengganggu
Berlangganan ke newsletters kumparanPLUS
Gratis akses ke event spesial kumparan
Bebas akses di web dan aplikasi
Kendala berlangganan hubungi [email protected] atau whatsapp +6281295655814