
Selepas hujan mengguyur sebuah desa di Imogiri, sejumlah mobil truk berhenti dan ramai-ramai menurunkan pekerja. Mereka menenteng sejumlah bendera, pernak-pernik, kemudian mencoba mendirikan sebuah baliho. Warnanya terang, identik dengan salah satu partai.
Terdapat tulisan “calon presiden 2024”. Wajahnya tambun, badannya gempal. Pakaiannya necis berdasi, namun mendaku merakyat. Kopiahnya tampak mahal dengan beludru terbaik. Kerelaannya mengeluarkan banyak uang untuk pasang baliho dan ini itu justru menampilkan jarak antara dirinya dan kelompok rakyat yang ia daku.
Tahun sudah hampir 2024 dan mobil terbang nyata adanya, tapi politikus masih saja mengusung retorika purba bertajuk “kerakyatan” dan jargon-jargon muluk tak masuk akal. Padahal kami tak akan protes meski dia mengaku “orang gedongan” asal kerjanya betul dan tak mempersulit hidup kami demi menambah lipatan-lipatan di lehernya.
Lanjut membaca konten eksklusif ini dengan berlangganan
Keuntungan berlangganan kumparanPLUS
Ribuan konten eksklusif dari kreator terbaik
Bebas iklan mengganggu
Berlangganan ke newsletters kumparanPLUS
Gratis akses ke event spesial kumparan
Bebas akses di web dan aplikasi
Kendala berlangganan hubungi [email protected] atau whatsapp +6281295655814