Cerpen Asal Asul Nama Wijahan

Aditya Hera Nurmoko
Dosen, Pengamat, Peneliti, Konsultan, Pegiat di Ahli dan Dosen Republik Indonesia (ADRI), Komisaris PT Indo Asia Internasional Solusi, Lead Auditor ISO 9001 2015, Instruktur Pelatihan
Konten dari Pengguna
25 Oktober 2023 7:51 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Aditya Hera Nurmoko tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Situasi perempata wijahan saat ini. Sumber : doc pribadi
zoom-in-whitePerbesar
Situasi perempata wijahan saat ini. Sumber : doc pribadi
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Cerita dimulai dengan kedatangan seorang penjelajah misterius bernama Van Moersidi Breden. Van Moersidi Breden adalah seorang pria berperawakan tinggi yang selalu mengenakan mantel hitam, wajahnya selalu tertutup bayangan tebal. Namun, yang membuatnya paling misterius adalah tongkat kayu sederhana yang ia bawa, yang konon memiliki kekuatan magis. Kedatangannya di desa kecil ini langsung menimbulkan kegaduhan dan tanda tanya.
ADVERTISEMENT
Ketika Van Moersidi Breden tiba di desa, ia langsung menarik perhatian penduduk dengan penampilannya yang tak biasa. Ia adalah seorang keturunan eropa , yang datang ke perempatann Karangjati, di sebuah desa yang dikenal sebagai pusat perdagangan ikan di masa lalu. Van Moersidi Breden adalah sosok yang penuh misteri; ia selalu mengenakan jas resmi berwarna gelap dan selalu menutupi wajahnya dengan topi sederhana.
Ilustrasi Seorang bernama Van Moersidi Breden. Sumber Gambar : Pexel.com
Orang-orang desa, yang jarang melihat sosok sekuat Van Moersidi Breden, tidak tahu apa yang bisa mereka harapkan darinya. Namun, ada sesuatu yang memikat dan menyelinap dari aura kehadirannya, membuat orang-orang merasa bahwa ada hal besar yang akan terjadi.
Van Moersidi Breden menjalani perjalanan ini dengan satu misi, yaitu menemukan cerita di balik nama "Wijahan." Ia adalah seorang pencari misteri yang percaya bahwa sejarah sering kali menyimpan rahasia yang lebih dalam dari yang terlihat oleh mata manusia. Dia ingin tahu apakah ada cerita menarik yang terkait dengan nama ini dan bagaimana itu berkaitan dengan budaya dan sejarah desa ini.
ADVERTISEMENT
Kedatangan Van Moersidi Breden memicu kegaduhan di desa, tetapi itu juga menandai awal dari petualangan yang menantang yang akan mengungkapkan misteri dan filosofi di balik nama "Wijahan."
Rahasia di Balik Nama Wijahan
Kehadiran Van Moersidi Breden dalam desa menjadi titik fokus pembicaraan selama berhari-hari. Semua orang ingin tahu apa yang membawanya ke sini dan mengapa ia begitu tertarik pada nama "Wijahan." Van Moersidi Breden dengan senyum misteriusnya, yang hanya sedikit terlihat dari balik topeng wajahnya, mengundang beberapa warga desa untuk bergabung dalam diskusi.
Kartono, seorang peternak dan pedagang ikan berpengalaman dari Alas Malang, adalah salah satu yang pertama muncul. Dengan wajah penuh kearifan yang tercermin dari mata dan keriputnya, ia menceritakan tentang kehidupan di masa muda dan perjalanan panjangnya sebagai peternak ikan. Kartono adalah seseorang yang memiliki pemahaman mendalam tentang ekosistem sungai dan menjalani hidupnya dengan penuh kehormatan terhadap sumber daya alam.
ADVERTISEMENT
Nyai Noer Gasinah, seorang pedagang dari desa kecila yang bergerak di berbagai pasar tradisional sepanjang jalan raya, juga ikut dalam diskusi. Dengan pakaian warna-warni dan cerita-cerita perjalanannya yang menghibur, ia menceritakan kisah-kisah unik dan perjumpaan menarik yang telah dia alami di perjalanan. Namanya sendiri adalah legenda di kalangan pedagang.
Pak Jadi Braya dari Manggungan adalah pendongeng ulung yang selalu mempesonakan pendengarnya dengan cerita-cerita sejarah. Ia menceritakan tentang legenda desa dan peristiwa-peristiwa penting yang telah mengubah arah sejarah mereka. Kepandaiannya dalam meriwayatkan cerita membuatnya menjadi sorotan di setiap pertemuan komunitas.
Dalam diskusi yang berlangsung, setiap peserta membawa pandangan mereka sendiri tentang nama "Wijahan" dan bagaimana itu terkait dengan sejarah desa. Mereka tertawa, berdebat, dan mengajukan pertanyaan yang sulit. Van Moersidi Breden, dengan cermat mencatat setiap kata yang diucapkan, seperti seorang detektif yang mencari petunjuk dalam cerita-cerita orang lain.
ADVERTISEMENT
Diskusi itu bukan hanya sekedar pembicaraan biasa, melainkan menjadi pertukaran budaya, sejarah, dan filosofi yang mendalam. Ia membawa warga desa lebih dekat satu sama lain, membangun pemahaman yang lebih kuat tentang warisan mereka, dan menegaskan kembali pentingnya menjaga kebijaksanaan dan kebersamaan dalam komunitas. Diskusi ini adalah awal dari perjalanan yang akan mengungkapkan sejarah dan makna sebenarnya di balik nama "Wijahan."
Gambar Bukit pertapan dari atas. Sumber: doc pribadi
Pengungapan Misteri - Tanya Jawab Lucu
Van Moersidi Breden: (dengan serius) " Kartono, bisakah Anda jelaskan lebih lanjut tentang sumber air yang mengalir ke Wijahan? Ini sangat menarik."
Kartono: (dengan antusias) "Tentu, Pak! Ini semua berkat pegunungan Alas Malang, Karangsalam, dan Bukit Pertapaan. Airnya begitu benin, bersih, dan ikan senang dengan air seperti itu!"
ADVERTISEMENT
Nyai Noer Gasinah: (tertawa) "Eh, ikan-ikan itu memang punya selera air yang bagus, Pak. Mereka juga tahu mana yang enak dan mana yang nggak."
Van Moersidi Breden: (terkejut) "Benarkah? Bagaimana ikan tahu mana yang enak?"
Pak Jadi Braya: (sambil berkelakar) "Waduh, Pak Breden, ikan-ikan ini memang cerdas. Mereka udah nggak cuma bisa berenang, tapi juga bisa jadi kritikus kuliner air, tahu ikan mana yang lezat!"
Kartono: (tertawa) "Betul, Pak Breden. Kita memang selalu menjaga keberkahan air ini dan menjaga ikan-iakan tetap bahagia. Itu rahasianya."
Nyai Noer Gasinah: (sambil menggerakkan tangannya) "Tapi ya, ikan-ikan itu nggak minta duit, cuma minta air yang bersih. Hemat bukan?"
Mereka tertawa bersama, dan dalam obrolan yang lucu ini, Van Moersidi Breden merasa lebih dekat dengan penduduk desa. Diskusi menjadi lebih santai, namun tetap mengandung makna filosofis dan memperdalam pemahaman tentang warisan budaya dan lingkungan yang mereka cintai.
Ilustrasi Ikan gurameh di Wijahan. Sumber gambar: doc pribadi
Menemukan Identitas dan Pesan
ADVERTISEMENT
Van Moersidi Breden: (dengan penuh semangat) "Temuan kita mengungkap banyak hal, teman-teman. Sebenarnya, kita telah memecahkan misteri di balik nama 'Wijahan'. Ini adalah simbol pelestarian alam dan keberkahan."
Pak Jadi Braya: (sambil berkelakar) "Eh, Pak Breden, saya punya satu ide. Bagaimana kalau kita ganti namanya jadi 'Tempat Pamijahan Ikan yang Berkah' saja?"
Nyai Noer Gasinah: (tertawa) "Ah, Pak Jadi, itu nama terlalu panjang! Nanti calon pembeli ikannya nggak muat di pamflet!"
Sosro Kartono: (sambil memotong) "Boleh juga, Pak Jadi. Tapi jujur, 'Wijahan' lebih mudah diingat, dan terdengar lebih sejarahis."
Van Moersidi Breden: (sambil memandang ke bukit-bukit yang jauh) "Saya setuju, 'Wijahan' adalah nama yang istimewa. Namun, satu pesan yang harus kita jaga adalah tentang sumber air kehidupan kita di atas sana, di Bukit Karang Salam, Alas Malang, dan Bukit Pertapan. Kita harus menjaga bukit-bukit itu agar tetap hijau, jangan terlalu banyak menebang pohon akar keras atau menggundulinya."
ADVERTISEMENT
Pak Jadi Braya: (serius) "Itu benar, Pak Moer. Pohon-pohon dan akar-akarnya di sana adalah penahan air alami. Mereka membantu mengatur aliran air dan mencegah banjir saat hujan turun."
Nyai Noer Gasinah: (setuju) "Ini pesan yang sangat bagus untuk anak cucu kita di masa depan. Banjir seringkali terjadi di dataran rendah di bawah sini karena kita sering menebang pohon dan menggunduli tanah untuk kepentingan pribadi."
Kartono: (penuh semangat) "Jadi, 'Wijahan' adalah nama yang akan mengingatkan kita tentang kebijaksanaan alam dan pentingnya menjaga sumber air kita. Ini pesan yang perlu kita sampaikan."
Setelah berdiskusi, warga desa sepakat untuk memberi nama tempat pamijahan ikan (jualan ikan) tersebut dengan nama "Wijahan". Nama tersebut diambil dari kata "Wija" yang berarti ikan dan "Han" yang berarti tempat. Sehingga, Wijahan berarti tempat ikan.
ADVERTISEMENT
Dalam obrolan yang penuh canda tawa, mereka semua sepakat bahwa nama 'Wijahan' harus tetap ada, dan pesan tentang menjaga sumber air kehidupan adalah bagian yang tak terpisahkan dari identitas tempat ini. Ini adalah momen yang mengesankan, di mana mereka merayakan penemuan mereka dan meneruskan warisan budaya pelestarian alam serta pesan yang ditemukan dari sejarah mereka untuk generasi mendatang. Cerita ini mengingatkan kita akan kebijaksanaan alam dan pentingnya menjaga sumber daya alam untuk mencegah masalah seperti banjir di zaman sekarang.