Konten dari Pengguna

Tadi Berjoget Sekarang Menangis

Aditya Kurniawan
Gado-gado Lovers
12 Mei 2017 15:10 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:17 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Aditya Kurniawan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Isak tangis pendukung Ahok (Foto: Dok. Aditya Kurniawan)
zoom-in-whitePerbesar
Isak tangis pendukung Ahok (Foto: Dok. Aditya Kurniawan)
Alunan lagu poco-poco melantun keras. Ratusan massa berbaju kotak-kotak pun berjoget bersama. Gerakannya seirama ke kanan dan ke kiri sesuai arahan instruktur. Sambil berjoget ada yang mengibarkan bendera merah putih dan tak sedikit yang menggenggam sekuntum mawar merah dan putih.
ADVERTISEMENT
Namun setelah hakim membacakan putusan semuanya berubah. Tawa ceria yang sempat menghiasi wajah mereka sirna. Wajah yang sebelumnya basah terkena keringat kini berganti kuyup gara-gara air mata.
Dengan dahi mengerenyit bibir mereka terus bercuap-cuap, "Ini tidak adil, bebaskan Bapak sekarang!" Begitulah secuplik suasana di luar gedung Kementan saat hakim membacakan putusan terhadap Gubernur DKI Jakarta Basuki Cahya Purnama atau Ahok tersangka kasus penistaan agama.
"Bapak hanya korban kerakusan penguasa. Bebaskan bapak sekarang," ujar Robert salah seorang simpatisan Ahok sambil mengelapkan tisu putih ke matanya.
Di bawah sinar matahari yang terasa seperti membakar kulit Robert berujar Ahok sejatinya merupakan pribadi yang tegas dan disiplin. Perkataannya pun sewaktu di Pulau Pramuka tidak bermaksud untuk menistakan agama.
ADVERTISEMENT
"Kami terus mendukung di sini hingga tetes darah penghabisan," kata seorang pekerja swasta itu.
Hal serupa juga dilakukan Hilda massa pendukung lainnya yang membawa beberapa bunga untuk mendukung Ahok. Menurut ibu rumah tangga tersebut ia juga akan membawa bunga jika Ahok dijebloskan ke LP Cipinang, Jakarta Timur.
"Saya ingin keadilan, Ahok tidak bersalah," ujarnya sambil mengelap pipi yang basah terkena tetesan air mata.
Usai berjoget dan larut dalam suasana emosional tiba waktunya makan siang. Kendati sebelumnya sempat terjadi keributan kecil akibat 2 orang provokator, massa yang didominasi kaum tua dan muda itu pun duduk bersama menyantap hidangan dengan menu ala Jepang lengkap dengan nasi putihnya yang pulen.
ADVERTISEMENT