Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.95.1
Konten dari Pengguna
Inspiratif, Raih Gelar Doktor Saat Usia 25 Tahun Tanpa Biaya di IPB University
29 Juni 2022 10:29 WIB
Tulisan dari Mentari Bresen tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Nitya Ade Santi meraih gelar doktor saat usianya 25 tahun 3 bulan. Nitya, nama panggilannya, berkesempatan melanjutkan studi master dan doktor dengan gratis di IPB University. Ia memperoleh beasiswa Pendidikan Megister Menuju Doktor untuk Sarjana Unggul (PMDSU) dari Kemenristekdikti. Gelar Sarjana ia peroleh dari Departemen Menejemen Hutan, Fakultas Kehutanan IPB pada tahun 2018. Selepas sarjana ia langsung memutuskan untuk mengikuti seleksi beasiswa PMDSU. Nitya memilih Program Studi Ilmu Pengelolaan Hutan, Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB. Lulus program megister dalam waktu 19 bulan di tahun 2019.
ADVERTISEMENT
“saya meyakini ilmu pengetahuan itu seperti darah, jadi ia harus terus mengalir agar manusia tetap hidup” ungkap gadis kelahiran Karanganyar, 17 Februari 1997 ini saat ditanya apa yang menjadi motivasinya kuliah hingga S3. Selama masa studi Nitya dibimbing oleh tiga profesor yang ahli dibidang remote sensing, GIS serta kebakaran hutan, yaitu Prof I Nengah Surati Jaya, Prof Muhamad Buce Saleh, dan Prof Lailan Syaufina.
Baginya sekolah tinggi adalah salah satu cara untuk meningkatkan taraf kehidupan keluarganya. Nitya lahir dari serorang ayah ibu yang berprofesi sebagai buruh pabrik dan guru SD. Awalnya ia berpikir tak akan mampu menempuh studi S2-S3 di salah satu universitas terbaik negeri ini. Namun, ia justru bisa lulus doktor tanpa biaya sama sekali.
ADVERTISEMENT
Tak hanya beasiswa S2-S3 PMDSU yang ia peroleh, Nitya juga berkesempatan keliling eropa dengan dibiayai beasiswa Erasmus+ KeyAction 107. Selama studi ia sering menjadi pembicara pada bidang yang ia teliti, yaitu deteksi perubahan tutupan lahan dilokasi terbakar menggunakan remote sensing. Melalui penelitiannya, Nitya berharap agar dapat memperoleh metode yang mudah, murah, dan cepat dalam mendetaksi area terbakar, keparahan kebakaran, serta perubahan yang terjadi pasca kebakaran. Ia telah mempublikasikan hasil risetnya pada 8 jurnal ilmiah dan seminar bertaraf internasional.
Selain itu, Nitya juga aktif menjadi peneliti di FORCI (Center for Forestry Organizational Capacity and Institutional Studies), tenaga ahli di Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) terkait kegiatan pembuatan peta kebakaran hutan, manual pengendalian kebakaran hutan dan lahan, serta peningkatan cadangan karbon. Hal tersebut ia lakukan sebagai wujud pengabdiannya untuk membantu pemerintah di negeri ini dalam menangani kasus kebakaran hutan dan lahan.
ADVERTISEMENT
Nitya mengatakan ia tak akan berhenti belajar dan akan meneruskan mimpinya untuk meraih cita-cita. “Sewaktu kecil saya ingin menjadi guru, namun setelah mendapat gelar doktor saya bercita-cita menjadi guru besar,” begitu tuturnya. (anu)