RS Dharmais Kembali Pakai Kertas Setelah Diserang Ramsonware

14 Mei 2017 15:36 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:17 WIB
comment
5
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
Rudiantara, Menkominfo. (Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Rudiantara, Menkominfo. (Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan)
Program jahat ransomware WannaCry yang mengunci data-data korbannya telah menyerang jaringan dua rumah sakit di Jakarta, RS Harapan Kita dan RS Dharmais. Akibatnya, RS Dharmais sempat mengoperasikan layanannya secara manual.
ADVERTISEMENT
Baca: Berkenalan dengan Isabella, Putri Ikang Fawzi dan Marissa Haque Menteri Komunikasi dan Informatika, Rudiantara, mengatakan dampak serangan ransomware WannaCry ke rumah sakit telah mempengaruhi sistem antrean dan sistem pembayaran. Ini membuat rumah sakit di Jakarta, dan bahkan di Inggris, lumpuh. Mereka harus kembali bekerja pakai kertas (paperworks). "Iya, jadi manual. Di Dharmais jadi manual, di Inggris juga jadi manual. (Operasionalnya) menggunakan kertas lagi. Jadi paperworks," ungkap Rudiantara dalam jumpa pers pencegahan ransomware WannaCry di Cikini, Jakarta, Minggu (14/5).
Baca: Kisah Lorong Bawah Tanah di Ponpes Al-Fatah Ciomas Rudiantara mengaku belum mengetahui target pasti dari virus ini meskipun sejauh ini sebagian besar korbannya adalah bisnis rumah sakit. Namun, menurutnya tidak menutup kemungkinan sektor lain juga bisa terinfeksi WannaCry. "Secara teoritis, ya bisa aja. Tapi saya juga enggak tahu kenapa hanya rumah sakit yang sejauh ini terkena. Mungkin karena di hari libur, kan rumah sakit jalan terus operasionalnya," ujar Rudiantara yang mengaku belum tahu persis instansi lain mana saja yang terkena program jahat ini. Baca juga: Kemkominfo Ungkap Cara Cegah Serangan Ransomware WannaCry Ransomware sendiri disebut sebagai program jahat yang menyandera dokumen korban dengan algoritma enkripsi khusus. Setiap dokumen yang terkunci oleh peranti lunak ini hanya bisa diakses jika memasukkan kode unik untuk membuka enkripsinya. Nah, kode unik itu hanya dimiliki oleh pihak yang membuat ransomware tersebut. Si penjahat siber kerap meminta uang tebusan jika korbannya ingin mendapatkan kode unik untuk membuka kunci enkripsi.
ADVERTISEMENT
Serangan virus komputer rumah sakit Inggris. (Foto: Associated Press)
zoom-in-whitePerbesar
Serangan virus komputer rumah sakit Inggris. (Foto: Associated Press)
Dirjen Aplikasi Teknologi Informasi (Aptika), Semuel Abrijani Pangerapan, mengatakan serangan ransomware WannaCry ini kembali mengingatkan agar perusahaan maupun pemerintahan kembali meningkatkan keamanan sibernya. Dalam konferensi pers ini, Kemkominfo coba memberi edukasi soal langkah apa saja yang harus dilakukan para karyawan ketika nanti masuk kerja di hari Senin besok. Semuel menyarankan agar komputer Windows yang hendak dinyalakan, jangan lansung terhubung lebih dulu ke jaringan Internet atau ke server. Kemkominfo menyarankan agar warga melakukan backup data, dan memperbarui keamanan sistem operasi Windows sesuai panduan dari Microsoft di tautan ini. Baca juga: Microsoft Beri Panduan Cegah Ransomware WannaCry di OS Windows Bagi perusahaan maupun sektor pemerintahan, ada baiknya meningkatkan keamanan dengan melakukan backup data dan memiliki beta system. "Makanya, diharapkan semua perusahaan punya beta system. Makanya itu selalu diberikan edukasi. Jadi diharapkan mereka punya beta system, seperti di RS Dharmais. Dia sudah jalan dengan beta system-nya. Jadi Windowsnya dimatikan, dan jalankan beta system-nya, lalu dia pake OS yang lain," ujar Samuel.
ADVERTISEMENT
Dirjen Aptika Kemkominfo, Semuel A. Pangerapan (Foto: Jofie Yordan/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Dirjen Aptika Kemkominfo, Semuel A. Pangerapan (Foto: Jofie Yordan/kumparan)
Meski data-data yang 'disandera' oleh WannaCry belum bisa dibebaskan, Semuel berkata operasional Dharmais dan Harapan Kita saat ini dijalankan dengan menggunakan beta system. Samuel sendiri belum bisa memastikan data apa saja yang 'disandera' oleh WannaCry. "(Sejauh ini) belum ada yang melakukan pembayaran (uang tebusan) kok," tambah Samuel menegaskan. Pemerintah sendiri menyarankan agar tidak ada warga yang memberi uang tebusan kepada penjahat siber pengelola WannaCry, lantaran tak ada jaminan sama sekali dokumennya bisa kembali setelah memberi uang tebusan. WannaCry sendiri diketahui meminta tebusan sebesar 300 dolar AS dalam bentuk Bitcoin. Pakar keamanan siber percaya justru malah ngelunjak meminta uang tebusan yang lebih besar jika ada korbannya yang memberi bayaran. Baca juga: Pemerintah Sarankan Korban Ransomware WannaCry Tak Beri Uang Tebusan
ADVERTISEMENT