Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
Ransomware WannaCry Serang Rumah Sakit Dharmais dan Harapan Kita
13 Mei 2017 20:40 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:17 WIB
ADVERTISEMENT
Dua rumah sakit besar di Jakarta telah terkena serangan ransomware WannaCry yang juga menginfeksi jaringan komputer rumah sakit di dunia. Hal ini dipastikan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia pada Sabtu, (13/5).
Menurut Dirjen Aptika Kemkominfo, Semuel A. Pangerapan, dua rumah sakit yang dimaksud adalah Rumah Sakit Dharmais dan Rumah Sakit Harapan Kita yang berlokasi di Jakarta.
"Upaya mengembalikan server yang terinfeksi sedang dilakukan untuk mencegah ransomware menyebar," ujar Semuel seraya menambahkan bahwa tim teknis Kemkominfo juga tengah bekerja sama dengan pihak lain, termasuk Kementerian Kesehatan, untuk memecahkan masalah ini.
Ransomware yang sedang beredar luas ini adalah jenis Wanna Decryptor atau yang juga dikenal sebagai WannaCry. Seperti ransomware pada umumnya, virus ini akan menyandera dokumen korban dengan algoritma enkripsi khusus. Setiap dokumen yang terkunci oleh peranti lunak ini hanya bisa diakses jika memasukkan kode unik untuk membuka enkripsinya.
Baca juga: Mengenal Ransomware Si Virus Penyandera Dokumen Komputer
ADVERTISEMENT
Si peretas, yang menyandera dan mengenkripsi data di komputer korban, menuntut tebusan sebesar 300 dolar AS (sekitar Rp 4 juta) sampai 600 dolar AS (sekitar Rp 8 juta) untuk memulihkan akses kembali.
Ransomware selama ini juga disebar dengan email pengelabuan (phishing) kepada para korban dalam bentuk email spam, yang isinya bisa berupa tagihan bisnis, tawaran pekerjaan, peringatan keamanan dan berkas sah lainnya.
Direktur Utama Rumah Sakit Dharmais Abdul Kadir berkata, hampir semua komputer di rumah sakit terkena dampaknya. Ransomware berhasil mengunci sistem informasi teknologi (IT), termasuk catatan medis dan tagihan obat pasien.
Rumah sakit saat ini menginstal ulang sistem di komputer dan server cadangan. Ini membuat operasional rumah sakit berjalan lambat karena saat ini rumah sakit beroperasi tanpa IT.
Saat ini di sejumlah negara telah terpengaruh serangan ransomware, baik rumah sakit, perusahaan, hingga universitas. Serangan dilaporkan banyak terjadi di Inggris, di mana rumah sakit dan klinik terpaksa menolak pasien setelah mereka kehilangan akses ke komputer pada Jumat lalu.
Baca juga: Rudiantara Angkat Bicara soal Serangan Ransomware, Warga Diminta Tidak Panik
Menkominfo Rudiantara menyarankan masyarakat untuk tidak panik dengan serangan ransomware yang marak terjadi belakangan ini. Masyarakat diminta untuk segera melakukan backup data-data penting.
"Sebelum menggunakan komputer pada saat masuk kantor, pemerintah, maupun swasta, pastikan komputernya tidak terhubung dengan jaringan Internet data atau Internet. Kalau ada komputer, server atau apa, cabut kabelnya. Matikan Wi-Finya. Lalu, back up data yang penting. Sambil nanti pelan-pelan di-update," ucap Rudiantara kepada kumparan (kumparan.com).
ADVERTISEMENT
Serangan ransomware WannaCry besar telah melumpuhkan sistem jaringan komputer 16 rumah sakit di Inggris dan mempengaruhi sistem antrean atau sistem pembayaran. Operasional rumah sakit memang telah terkena dampak dari ransomware ini, tetapi sejauh ini tidak ada indikasi bahwa data pasien telah terkena dampak dari WannaCry.
Virus jenis WannaCry tercatat telah menyebar ke 45.000 komputer di 74 negara. Rusia juga termasuk yang diserang oleh WannaCry di mana 1.000 komputer di Kementerian Dalam Negeri mereka menjadi korban serangan tersebut, walaupun para pejabatnya bersikeras berkata tak ada data yang hilang.