Uber Investigasi Darurat Kasus Pelecehan Seksual Mantan Karyawati

20 Februari 2017 14:10 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Kantor Uber di Queens, New York. (Foto: Brendan McDermid/Reuters)
Masalah seakan tak pernah berhenti menghampiri perusahaan Uber. Bukan saja masalah dari luar, tetapi juga dari dalam. Kali ini, perusahaan penyedia layanan transportasi online ini dilaporkan tersandung kasus pelecehan seksual yang terjadi pada mantan karyawatinya bernama Susan Fowler. Pengakuan Fowler ini menjadi perhatian publik dan media massa karena sampai sekarang masalah itu dinilai belum teratasi. Manajemen Uber mendapat arahan langsung dari sang pendiri sekaligus CEO, Travis Kalanick, untuk segera melakukan "investigasi darurat" untuk menyelesaikan masalah ini. Melalui blog pribadinya, Fowler mengaku bahwa manajernya pernah mengirim pesan yang berisi ajakan untuk melakukan hubungan seksual dengannya. Setelah diadukan ke bagian sumber daya manusia di Uber, ia diberitahu bahwa manajernya tidak akan dihukum karena statusnya sebagai "pemain tinggi di perusahaan". "Manajemen mengatakan kepada saya bahwa ia adalah 'pegawai teladan' (memiliki ulasan kinerja yang baik dari atasannya) dan mereka merasa tidak enak jika menghukumnya atas apa yang diperbuatnya hanya kesalahan yang tak disengaja," tulis Fowler di blognya. Fowler, yang bekerja sebagai pemrogram peranti lunak di Uber sejak akhir 2015, lantas dihadapkan dengan dua pilihan: bertahan atau pindah ke tim lain, dengan kemungkinan konsekuensi mendapatkan penilaian kinerja yang buruk ketika waktu evaluasi dimulai. Kasus pelecehan seksual ini rupanya bukan hanya Fowler saja yang mengalaminya. Sejumlah karyawati lain juga pernah mendapatkan perlakuan serupa, dengan Fowler sebagai orang pertama yang berani melaporkannya. Saat ini Fowler sudah tidak lagi bekerja di Uber. Ketika dirinya pergi, Fowler menyebutkan saat ini di kantor Uber tempat ia bekerja ada sekitar 150 orang pada tim pemrogram peranti lunak yang 3 persen di antaranya adalah perempuan.
CEO Uber, Travis Kalanick. (Foto: Danish Siddiqui/Reuters)
Menyadari ada yang tidak beres, CEO Uber Travis Kalanick langsung bergerak dan mengerahkan timnya untuk menyelidiki kasus yang menimpa mantan pegawainya itu, yang menurutnya bertentangan dengan budaya kerja Uber. "Saya telah menginstruksikan Liane Hornsey, Kepala HRD baru kami, untuk melakukan investigasi darurat atas dugaan ini. Kami berusaha membuat Uber menjadi tempat kerja di mana perilaku semacam itu di Uber -- dan semua orang yang percaya dan berpikir ini tidak apa-apa akan dipecat," ujar Kalanick.
ADVERTISEMENT