Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.95.1
Konten dari Pengguna
Bisakah D.I. Yogyakarta Menjaga Stabilitas Inflasi di Tengah Geliat Pariwisata?
26 Januari 2025 10:14 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari ADITYA TEGUH MAULANA tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
D.I. Yogyakarta, sering disebut sebagai “Kota Pelajar” sekaligus pusat budaya dan pariwisata, memiliki daya tarik unik yang menjadi salah satu pilar utama perekonomian daerahnya. Pariwisata, sebagai sektor unggulan, tidak hanya membawa manfaat ekonomi yang signifikan tetapi juga menjadi salah satu faktor utama di balik fluktuasi inflasi yang terjadi. Dalam konteks ini, memahami keterkaitan antara pariwisata dan inflasi adalah kunci untuk menciptakan kebijakan ekonomi yang lebih adaptif dan responsif.
ADVERTISEMENT
Sepanjang tahun 2024, pola inflasi di D.I. Yogyakarta menunjukkan dinamika yang erat kaitannya dengan aktivitas pariwisata. Pada awal tahun, peningkatan kunjungan wisatawan domestik dan mancanegara setelah libur panjang memberikan dorongan signifikan terhadap permintaan barang dan jasa. Tingginya tingkat hunian hotel, kenaikan tarif transportasi, serta lonjakan harga makanan dan minuman di destinasi wisata lokal menjadi pemicu inflasi. Namun, ketika musim liburan berakhir, permintaan tersebut menurun drastis, bahkan menciptakan deflasi di beberapa bulan tertentu.
Fenomena ini menunjukkan pentingnya pariwisata sebagai penggerak utama ekonomi sekaligus tantangan bagi pengendalian inflasi. Sebagai daerah tujuan wisata utama di Indonesia, dinamika inflasi di D.I. Yogyakarta tidak terlepas dari tren musiman dan faktor global. Pandemi COVID-19, misalnya, memberikan dampak besar pada sektor pariwisata dan secara langsung menekan inflasi hingga mencapai titik terendahnya. Kini, di era pemulihan pascapandemi, lonjakan aktivitas pariwisata yang tidak diimbangi dengan kesiapan infrastruktur dan pengendalian harga dapat menciptakan risiko baru terhadap stabilitas harga.
ADVERTISEMENT
Lebih jauh lagi, pola inflasi di masa depan perlu diprediksi secara lebih presisi untuk mendukung perencanaan ekonomi yang lebih baik. Dengan memanfaatkan teknologi dan metode analisis yang semakin canggih, seperti analisis time series dan machine learning, pemerintah dapat mengantisipasi potensi fluktuasi inflasi dan mengambil langkah preventif yang tepat. Langkah ini tidak hanya akan membantu menjaga stabilitas harga tetapi juga memperkuat daya saing sektor pariwisata di D.I. Yogyakarta.
Prediksi inflasi juga penting dalam mendukung penyusunan anggaran dan kebijakan fiskal di tingkat daerah. Misalnya, dengan data prediktif yang akurat, pemerintah dapat menentukan alokasi anggaran yang lebih tepat untuk program subsidi harga komoditas utama, sehingga tekanan inflasi akibat lonjakan permintaan wisatawan dapat diminimalkan. Selain itu, data ini juga menjadi acuan bagi pelaku usaha lokal untuk mempersiapkan strategi bisnis yang lebih matang, terutama pada momen-momen puncak wisata.
ADVERTISEMENT
Untuk memastikan prediksi inflasi yang andal, kolaborasi antara pemerintah daerah, akademisi, dan Badan Pusat Statistik (BPS) menjadi sangat penting. BPS memiliki peran strategis dalam menyajikan data inflasi, pola pengeluaran wisatawan, dan harga komoditas utama yang menjadi dasar pengambilan keputusan. Dengan indikator seperti Indeks Harga Konsumen (IHK) dan Indeks Perkembangan Harga (IPH), pemerintah dapat memiliki alat yang lebih baik dalam memonitor inflasi dan menyusun kebijakan yang berbasis bukti.
Namun, pengendalian inflasi tidak bisa hanya bergantung pada data dan kebijakan. Kesadaran masyarakat untuk mendukung ekosistem pariwisata yang berkelanjutan juga menjadi kunci. Langkah seperti mendukung produk lokal, menggunakan layanan wisata berbasis komunitas, serta menjaga kestabilan harga di destinasi wisata dapat membantu menciptakan keseimbangan antara pertumbuhan ekonomi dan stabilitas inflasi.
ADVERTISEMENT
Pariwisata memang merupakan pedang bermata dua. Di satu sisi, sektor ini membawa kontribusi besar terhadap perekonomian daerah. Namun di sisi lain, dinamika yang tidak terkendali dapat menciptakan tantangan baru, terutama dalam menjaga stabilitas harga barang dan jasa. Dengan pendekatan yang tepat dan kolaborasi antara semua pihak, D.I. Yogyakarta dapat mengoptimalkan potensi sektor pariwisata tanpa mengorbankan stabilitas inflasi.
Pada akhirnya, pertanyaan penting yang perlu dijawab adalah bagaimana D.I. Yogyakarta dapat terus menjaga daya tariknya sebagai destinasi wisata unggulan sembari memastikan inflasi tetap terkendali? Jawabannya terletak pada sinergi antara inovasi teknologi, kebijakan berbasis bukti, dan peran aktif seluruh elemen masyarakat. Dengan komitmen bersama, D.I. Yogyakarta tidak hanya dapat menjaga stabilitas inflasi tetapi juga mempertahankan posisinya sebagai daerah dengan perekonomian yang berdaya saing tinggi.
ADVERTISEMENT
Sumber:
Hartati. (2017). Penggunaan Metode ARIMA dalam Meramal Pergerakan Inflasi. Jurnal Matematika, Saint, Dan Teknologi, 18(1), 1–10.
Friawan, D., & Yazid, E. K. (2021). Pandemi COVID-19 dan Ancaman Inflasi di Indonesia?
Noor, H. S., & Komala, C. (2019). Analisis Indeks Harga Konsumen (IHK) Menurut Kelompok Pengeluaran Nasional 2018. Jurnal Perspektif, 3(2), 110–119.
RB BPS. (2024, January 30). RB Tematik. Reformasi Birokrasi BPS. https://rb.bps.go.id/profil/artikel/157