Hubungan Teroris Al-Shaabab Terhadap Penyerangan di Kenya

Septya Adiva
Universitas Mulawarman, Mahasiswa
Konten dari Pengguna
26 November 2022 21:47 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Septya Adiva tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Foto edited by Septya
zoom-in-whitePerbesar
Foto edited by Septya
ADVERTISEMENT
Seiring berkembangnya kemajuan teknologi, terorisme juga ikut berkembang sebagai ancaman dari kemajuan peradaban manusia. Benua Afrika, yang sebagian besar negaranya masih memiliki tatanan pemerintahan belum stabil, menjadikan Afrika rawan akan ancaman terorisme, tak terkecuali di Kenya. Pada tahun 1998, serangan teroris di Kenya, pertama yang meledakkan kedutaan besar Amerika Serikat, mengakibatkan ratusan orang cedera dan meninggal. Kemudian, terorisme ini berlanjut pada tahun 2013 bertempat pada pusat perbelanjaan West gate, menghasilkan ratusan sipil meninggal dunia. Dan yang paling terbaru ada pada tahun 2015, berlokasi di daerah Garissa, lebih dari 100 orang kehilangan nyawa di Universitas. Kelompok teroris Al-Shabaab dicurigai merupakan dalang penyerangan tersebut, maka penulis akan mencoba mencari tahu alasan Al-Shabaab melakukan serangan publik di negara Kenya. Serangan terorisme ini membawa banyak dampak negatif bagi Kenya. Sektor pariwisata yang merupakan salah satu sektor terpenting bagi Kenya mengalami gangguan, banyak turis asing tak berani untuk berkunjung ke Kenya akibat serangan dari Al-Shabaab. Kelompok fanatik ini banyak mengincar tempat-tempat publik seperti pusat perbelanjaan, penginapan, dan lain-lain.
ADVERTISEMENT
Al-Shabaab jika diartikan adalah “Pemuda". Pada tahun 2011, mereka berjanji setia kepada Al-Qaeda. Untuk membiayai operasi mereka, Al-Shaabab aktif ikut dalam “Indian Ocean Piracy” dan mendapatkan banyak pendapatan dari sana. Mereka juga mulai menculik orang asing dari Kenya ke Somalia dan mencari tebusan dari mereka. Kegiatan ini mengakibatkan banyak dampak negatif bagi industri pariwisata Kenya. Pemerintah Kenya memilih untuk mengirimkan tentara mereka ke Somalia yang bisa melawan Al-Shaabab dan membantu pemerintah disana. Operasi ini dinamakan “Operation Linda Nchi” yang dipimpin oleh tentara keamanan Kenya. Walaupun perang melawan Al-Shaabab dilakukan oleh tentara gabungan Kenya, Uganda, Rwanda, Ethiopia, Burundi, dan Somalia, negara yang paling banyak terkena dampaknya adalah Kenya itu sendiri. Dalam korelasi penggerak operasi Linda Nchi, Al-Shaabab telah banyak berpengaruh pada serangan-serangan di Kenya pada tahun 2011. Penyerangan ini memaksa pasukan tentara Kenya untuk mundur dari Somalia karena mereka ikut sebagai salah satu anggota kelompok African Union Mission in Somalia atau AMISOM. Berbagai macam penyerangan hingga membuat tentara Kenya mundur ini menunjukkan eksistensi pengaruh yang besar dari Al-Shabaab. Kemudian, apa saja yang melatarbelakangi alasan kelompok tersebut menyerang Kenya?
ADVERTISEMENT
Banyak spekulasi bermunculan tentang alasan Al-Shabaab menyerang Kenya. Pertama, karena masuknya tentara Kenya “Kenya Defence Forces” ke Somalia sebagai tujuan untuk menyerang markas utama Al-Shaabab. Kedua, Kenya merupakan target yang mudah bagi Al-Shaabab karena Kenya diketahui sebagai penghubung antara kesejahteraan keamanan dan ekonomi Afrika Timur. Jika adanya destabilisasi di Kenya kekacauan wilayah Afrika Timur bisa terjadi, hal ini bisa dimanfaatkan para teroris untuk mengambil kendali wilayah Kenya. Ketiga, ada beberapa yang berpendapat jika penyerangan di Kenya adalah dampak dari kasus penyuapan uang imigrasi yang dilakukan oleh para pejabat dan polisi. Mereka dilaporkan dengan mudah membeli paspor Kenya dan melegalisasikan tempat tinggal di Kenya jika punya uang. Terakhir, adanya perbatasan yang panjang dan berporos oleh Kenya dan Somalia.
ADVERTISEMENT