Layangan Baru

Konten dari Pengguna
7 November 2019 13:49 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Adjie Santosoputro tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ilustrasi pasangan suami istri Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
ilustrasi pasangan suami istri Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
Beberapa teman meminta saya berkomentar mengenai kisah “Layangan Putus” yang viral di media sosial. Tentu ada berbagai macam sudut pandang. Sebagai orang yang tidak lebih baik dari orang yang diceritakan di kisah tersebut, dan hanya berdasar sebatas yang saya tahu, berikut sebuah pelajaran yang saya petik, yang tidak mesti terkait persis dengan yang terjadi:
ADVERTISEMENT
Nah kalau misal suatu barang yang saya punya rusak, dan sebenarnya masih bisa diperbaiki. Tapi saya membiasakan diri untuk lebih memilih membeli yang baru.
Mungkin kebiasaan ini akan mempengaruhi cara saya dalam menyelesaikan masalah rumah tangga. Daripada memperbaiki hubungan yang rusak, saya jadi lebih cenderung mudah sekali mengambil pilihan untuk selingkuh, mengganti pasangan lama dengan yang baru.
Bahkan kalau misal suatu barang yang saya punya tidak rusak. Hanya saja barang itu tergerus gerak waktu, sehingga barang itu menjadi barang yang lama. Tapi saya tetap membiasakan diri untuk membeli yang baru, karena saya terkurung ilusi kebahagiaan, yaitu seolah merasa bahagia hanya ketika mendapatkan sesuatu yang baru.
ilustrasi pasangan suami istri Foto: Shutterstock
Mungkin kebiasaan ini pun akan mempengaruhi cara saya dalam membina hubungan rumah tangga. Walau hubungan baik-baik saja, tapi saya berselingkuh, hanya demi mendapatkan sensasi perasaan seolah bahagia mendapatkan pasangan yang baru. Begitu sibuk berusaha mendapatkan yang ingin saya punya, sampai dengan mudahnya melupakan begitu saja yang sudah saya punya.”
ADVERTISEMENT
Jadi, bisa juga disederhanakan, gaya hidup modern beserta bisnis dan konsumerisme yang mengepung kita dari berbagai arah, yang menyulut keinginan kita hingga kian membesar untuk mendapatkan yang baru, yang membuat kita merasa selalu kurang dengan apa yang sudah kita punya, barangkali akan sangat mempengaruhi cara kita dalam menyelesaikan masalah rumah tangga di zaman sekarang ini.
Padahal seringkali bukan pasangan baru yang dibutuhkan, tapi waktu menikmati kebersamaan berdua untuk lebih saling mengenal, mengalah dan memaafkan. Hidup lebih bahagia kalau enggak gampang tergoda dengan yang baru.
---------------------------
Untuk setiap pertanyaan yang kamu punya, kamu bisa kirim pertanyaan kepada saya melalui form di bawah ini, atau klik di sini. Pertanyaan yang saya pilih akan saya jawab di akun kumparan secara berkala.
ADVERTISEMENT