Konten dari Pengguna

Mahalnya Tiket Konser K-pop di Indonesia beserta Sejuta Drama Promotor

a fauziah
Hakuna Matata. Sesdilu78
2 Mei 2025 14:03 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari a fauziah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
*Disclaimer: Penulis secara khusus hanya membahas kondisi pertunjukan Korean-pop (K-pop) di Indonesia, walaupun isu yang sama kemungkinan besar dialami berbagai konser musik internasional lainnya. Analisis yang ditulis pun berasal dari pengamatan penulis pada suara penggemar.
ADVERTISEMENT
Minat pendengar Indonesia terhadap penyanyi dan grup musik asal Korea Selatan, nampaknya masih belum surut. Sepanjang tahun 2025 saja, puluhan artis K-pop telah dijadwalkan tampil di Indonesia dan ini belum termasuk fanmeeting aktor-aktor asal Korea Selatan. Akan tetapi, entah mengapa penyelenggaraan konser-konser tersebut, senantiasa diiringi huru-hara antara penggemar, sebagai konsumen, dan promotor, sebagai distributor dan penanggung jawab konser.
Pengguna media sosial, khususnya Instagram dan X, barangkali tidak asing melihat rangkaian thread protes penggemar akibat masalah yang terus berulang ini. Apa saja sih yang sebenarnya dikeluhkan pemirsa konser K-pop?

Tiket mahal tanpa fasilitas dan benefit sebanding

Bukan hal baru kalau suara-suara keluhan biasanya timbul sejak pengumuman awal rencana konser. Saat ini, harga tiket nyaris tidak pernah kurang dari kisaran Rp1 juta (kategori termurah) hingga Rp4 juta atau bahkan lebih. Harga yang diumumkan tentu di luar pajak hiburan 10% dan biaya ticketing platform sekitar 5%.
Fancon Tour Red Velvet <<HAPPINESS : My Dear, ReVe1uv>> tanggal 7 September 2024 di Jakarta oleh promotor iMe Indonesia (Dok. Azkiah N.)
Harga ini setara dengan konser di Singapura, yang merupakan negara terkaya di Asia Tenggara dengan pendapatan per kapita tahun 2024 sebesar Rp1,5 miliar/tahun, jauh di atas Indonesia yang hanya Rp78,6 juta di tahun 2024. Sedangkan di negara asal K-pop sendiri, tiket konsernya malah lebih murah sekitar Rp1,4 juta hingga Rp2,5 juta.
ADVERTISEMENT
Bagi penggemar berkemampuan finansial, tentu lebih menguntungkan menonton di negara tetangga demi mendapatkan kenyamanan, pelayanan dan show experience lebih baik. Ambil contoh negara langganan lainnya seperti Thailand dengan standar harga tiket Rp1,4 juta – Rp 3,2 juta atau Malaysia Rp1,1 juta – Rp4 juta.
Penonton tentunya akan berpandangan positif apabila mendapatkan benefit pertunjukan yang sebanding. Akan tetapi, karena agensi K-pop biasanya cukup pelit fanservice untuk konser-konsernya, tambahan benefit, lazimnya berbentuk sound-check atau sign off singkat dan dihadiri banyak penonton, dirasakan hanya seperti tambahan waktu konser tanpa keistimewaan tertentu.
Konser IU "H.E.R" tanggal 27 - 28 April 2024 di Jakarta oleh promotor CK Star Entertainment (Dok. Almira F.)

Sistem ticketing, seat number dan nomor antrian tidak jelas

Pertempuran berlanjut saat pembelian tiket sekitar H-3 – H-1 bulan menjelang konser. Karena itu jamak digunakan istilah ticket war. Memang emosi penggemar dimainkan besar di sini.
ADVERTISEMENT
Promotor profesional tentunya bekerja sama dengan ticketing platform agar penjualan terkendali, transparan dan terbuka untuk semua. Kendati demikian, tetap saja saat penjualan seringkali sejumlah sections tempat duduk menjadi "gaib", istilah bagi area yang sudah sold-out ketika pembeli paling pertama masuk ke situs penjualan. Permasalahannya adalah pada hari-H, section tersebut nyatanya tidak terisi penuh dan bahkan ditempati oleh artis, influencer atau, kecurigaan penonton, "orang dalam". Belum lagi sistem membership promotor berharga mahal dengan manfaat nyaris minimal, sehingga cenderung bersifat scamming.
Konser NCT 127 "Neo City: Jakarta - The Unity" pada 13 - 14 Januari 2024 di Jakarta oleh promotor Dyandra Global (Dok. Almira F.)
Oh iya, antusiasme terhadap konser-konser K-pop jangan serta merta diartikan semua penggemar memiliki kemampuan ekonomi berlebih untuk memenuhi kebutuhan tersier ini ya. Tidak jarang penggemar, khususnya dari kalangan pelajar, sengaja menabung berbulan-bulan hanya untuk menonton grup kesayangannya tampil.
ADVERTISEMENT

Pelayanan pelanggan buruk dari promotor

Persoalan satu ini sebenarnya dapat dibuat menjadi satu dokumen tersendiri. Penonton kerap harus menekan promotor sampai rasa-rasanya seperti mengemis. Padahal posisi konsumen jelas adalah pembeli jasa yang dijual si promotor.
Konser Blackpink "Born Pink" tanggal 11 - 12 Maret 2024 di Jakarta oleh promotor iMe Indonesia (Dok. Azkiah N.)
Hal-hal dasar dimulai dari tidak adanya respon atau feedback saat penggemar menanyakan kejelasan sistem penjualan dan error saat ticketing. Kesalahan sistem tidak ditangani dengan benar akhirnya berakhir dengan kerugian materiil konsumen. Jangan lupakan masih berjangkitnya calo hingga dicurigai keberadaannya dipelihara oleh pihak-pihak pelaksana. Belum lagi kericuhan penukaran tiket fisik. Promotor tidak siap melayani membludaknya antrian penukaran entah disebabkan bingung, tidak antisipatif, tidak peduli atau simply tidak mau rugi mengeluarkan usaha, biaya dan SDM untuk lancarnya pengaturan. Ujung-ujungnya, kerugian tidak hanya dari pihak penonton, tetapi juga masyarakat pengguna fasilitas umum di tempat sama.
ADVERTISEMENT
Layanan mengecewakan tidak berhenti hingga hari-H. Ketiadaan staf atau bahkan volunteer di tempat acara menyebabkan kebingungan penonton, terlebih bagi penggemar dari luar negeri yang sering hadir karena mengikuti grup favoritnya tampil dimanapun. Staf yang bersikap kasar pun awam dihadapi. Belum mulai saja, energi sudah terkuras habis duluan.
Konser Seventeen [RIGHT HERE] World Tour tanggal 8 - 9 Februari 2025 oleh promotor Mecimapro (Dok. Azkiah N.)
Patut juga diangkat adanya insiden pelecehan di salah satu konser K-pop ketika proses body checking sebelum masuk arena. Respon si pemilik perusahaan promotor konser tersebut malah menertawai dan menyalahkan korban. Namun jangan sedih, the notorious promotor sudah lama menjadi “buronan” para penggemar K-pop.
Sebenarnya masih banyak detail gonjang-ganjing yang mengiringi banyak konser K-pop di Indonesia. Tentu banyak promotor mulai berbenah. Tetapi, selama tiadanya rasa saling menghargai, kerja sama dan kesadaran bahwa sebuah pertujukan musik tetaplah transaksi jasa jual beli, dimana pelayanan konsumen harus No. 1, rasa-rasanya “drama” konser K-pop masih akan terus ramai kita lihat dan alami.
ADVERTISEMENT
***