news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

IRENA dan ESDM: Biaya Energi Terbarukan Lebih Terjangkau Daripada Energi Fosil

Yayasan Indonesia Cerah
Akun resmi Yayasan Indonesia Cerah, organisasi nonprofit yang fokus mendorong transisi dari energi fosil ke energi bersih dan terbarukan.
Konten dari Pengguna
31 Oktober 2022 10:39 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Yayasan Indonesia Cerah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi. Pemandangan udara sel panel surya terapung di danau yang indah. Foto: Valentynsemenov.
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi. Pemandangan udara sel panel surya terapung di danau yang indah. Foto: Valentynsemenov.
ADVERTISEMENT
Biaya pemanfaatan energi terbarukan Indonesia demi memenuhi kenaikan permintaan dinilai lebih terjangkau, daripada terus bergantung pada bahan bakar fosil. Hal ini disebutkan dalam laporan International Renewable Energy Agency (IRENA) dan Kementerian ESDM bertajuk “Indonesia Energy Transition Outlook” yang dirilis pada Jumat (21/10).
ADVERTISEMENT
Selama tiga dekade mendatang, populasi Indonesia diproyeksikan mencapai 335 juta orang. Alhasil, permintaan listrik diperkirakan tumbuh setidaknya lima kali lipat menjadi lebih dari 1.700 terawatt jam (TWh) dari tingkat saat ini. Oleh karena itu, Outlook tersebut merekomendasikan peningkatan sumber daya utama yang terbarukan, seperti surya, bioenergi, dan panas bumi.
Menurut laporan ini, Indonesia menghabiskan US$ 10,7 triliun untuk sistem energi, selama periode hingga tahun 2050 dalam skenario rencana energi. Sementara itu, hanya akan ada pengeluaran antara US$ 10,1 hingga US$ 10,3 triliun, dengan skenario 1,5 derajat (1,5-S). Dengan demikian, perencanaan sistem energi dengan skenario 1,5-S secara keseluruhan menjadi lebih terjangkau. Negara dapat menghemat antara US$ 400 miliar hingga US$ 600 miliar secara kumulatif, sampai tahun 2050.
ADVERTISEMENT
“Pandangan kami menunjukkan bahwa Indonesia dapat menetapkan dirinya pada jalur menuju net-zero emissions dengan biaya lebih rendah daripada alternatif yang ada, asal pemerintah menerapkan langkah-langkah seperti yang direkomendasikan dalam Outlook, dan mendapat dukungan internasional yang dibutuhkan,” kata Direktur Jenderal IRENA, Francesco La Camera.
Outlook ini memuat sejumlah skenario dekarbonisasi sistem energi Indonesia. Secara keseluruhan, setiap skenario menghasilkan biaya sistem energi yang lebih terjangkau daripada skenario energi pemerintah.
“Transisi energi sangat penting bagi Indonesia, dan kami berkomitmen mengurangi emisi gas rumah kaca dan telah berjanji mencapai target Net Zero Emissions (NZE) yang akan dicapai pada 2060 atau lebih cepat,” kata Menteri ESDM Arifin Tasrif.
Biaya Eksternalitas Berkurang
Outlook ini pun mengungkap, transisi dari bahan bakar fosil dapat mengurangi biaya eksternalitas terkait polusi udara dan perubahan iklim. Skenario 1,5 derajat dapat menghindari biaya eksternalitas tahunan antara US$ 200 miliar hingga US$ 635 miliar. Hal ini menyiratkan, Indonesia berpotensi menghemat antara US$ 20 miliar hingga US$ 38 miliar per tahun atau sekitar 2-4% PDB saat ini, apabila bertransisi ke jalur dekarbonisasi pada tahun 2050.
ADVERTISEMENT
Demi mewujudkan penghematan tersebut, laporan ini merekomendasikan sembilan tindakan yang perlu dilakukan pemerintah Indonesia, di antaranya:
Kemudian, terdapat dua rekomendasi lain terkait regulasi dan hukum, yaitu:
“Diberkahi dengan sumber daya energi terbarukan yang melimpah, Indonesia memiliki posisi unik untuk mengembangkan sistem energi berkelanjutan yang dapat mendukung pembangunan sosial-ekonomi, mengatasi perubahan iklim, sekaligus mencapai keamanan dan ketahanan energi,” kata La Camera.
ADVERTISEMENT