Keberlanjutan Praktik Beragama Islam Kejawen di Masa Modernisasi

Adnan Halim Husni
Mahasantri Darus-Sunnah Internasional Institute for hadith science, Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Fakultas Adab dan Humaniora, Jurusan Bahasa dan Sastra Arab.
Konten dari Pengguna
19 Juni 2024 13:04 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Adnan Halim Husni tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Budaya Kejawen. Foto: Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Budaya Kejawen. Foto: Pixabay
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Pada suatu malam yang hening di sebuah desa di Jawa Tengah, suara gamelan pelan-pelan mengalun di udara, mengiringi langkah-langkah warga yang berkumpul di halaman rumah seorang sesepuh. Malam itu, mereka mengadakan selamatan untuk memperingati kelahiran seorang anak, sebuah tradisi yang telah diwariskan dari generasi ke generasi. Di tengah gemuruh perubahan zaman, praktik Islam Kejawen seperti ini masih tetap lestari, menjadi jembatan antara masa lalu dan masa kini.
ADVERTISEMENT
Islam Kejawen, sebuah bentuk sinkretisme yang menggabungkan ajaran Islam dengan tradisi dan kepercayaan lokal Jawa, terus bertahan meski modernisasi dan globalisasi kian mendominasi. Dalam tradisi Islam Kejawen, ritual-ritual Islam seperti sholat dan puasa diintegrasikan dengan praktik-praktik adat Jawa yang sarat dengan nilai-nilai spiritual dan kearifan lokal. Salah satu elemen kunci yang membuat Islam Kejawen tetap relevan adalah konsep “Manunggaling Kawula Gusti,” yang mengajarkan penyatuan antara manusia dengan Tuhan melalui kontemplasi dan tirakat.
Di era modern ini, praktik beragama Islam Kejawen mengalami transformasi, namun esensinya tetap terjaga. Di balik modernitas yang merambah desa-desa di Jawa, nilai-nilai Islam Kejawen tetap hidup dalam keseharian masyarakat. Mereka menjalankan kehidupan beragama dengan harmonis, menggabungkan teknologi modern dengan tradisi leluhur. Smartphone yang mereka gunakan tidak hanya untuk berkomunikasi, tetapi juga untuk mengakses doa-doa dan bacaan-bacaan suci yang diperoleh dari aplikasi Islami.
ADVERTISEMENT

Warisan Walisongo: Praktik Beragama dan Berbudaya

Wali Songo dalam penyebaran Islam di Jawa sangat signifikan dalam membentuk wajah Islam Kejawen. Wali Songo menggunakan pendekatan budaya dalam dakwah mereka, memanfaatkan seni, musik, dan tradisi lokal agar ajaran Islam mudah diterima oleh masyarakat Jawa. Hingga kini, makam-makam Wali Songo seperti Sunan Kalijaga dan Sunan Gunung Jati tetap menjadi tempat ziarah yang ramai dikunjungi, menjadi bukti betapa mendalamnya pengaruh mereka dalam kehidupan masyarakat Jawa.
Ziarah ke makam wali bukan hanya sekadar ritual keagamaan, tetapi juga pengalaman spiritual yang mendalam. Dalam suasana hening dan khusyuk, para peziarah merenung, berdoa, dan berharap berkah. Mereka percaya bahwa dengan mengunjungi makam-makam ini, mereka dapat mendekatkan diri kepada Tuhan dan mendapat tuntunan dalam kehidupan mereka.
ADVERTISEMENT
Meski demikian, Modernisasi membawa tantangan tersendiri bagi keberlanjutan praktik Islam Kejawen. Pengaruh globalisasi dan masuknya budaya-budaya luar mulai menggeser beberapa tradisi lokal. Namun, masyarakat yang memegang teguh ajaran Islam Kejawen berusaha untuk tetap menjaga keseimbangan. Mereka merangkul teknologi dan pengetahuan modern tanpa harus melepaskan identitas budaya dan agama mereka. Sekolah-sekolah dan pesantren yang mengajarkan nilai-nilai Islam Kejawen kini menggunakan metode pengajaran yang lebih modern, menggabungkan kurikulum nasional dengan pelajaran tentang kearifan lokal.

Modrenisasi Praktik Beragama Kejawen

Islam Kejawen, dalam wujudnya yang terus berkembang, menunjukkan bahwa tradisi dan modernitas bisa berjalan berdampingan. Praktik-praktik yang dijalankan dengan tulus dan penuh makna, seperti selamatan, ziarah, dan tirakat, tetap menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, Islam Kejawen tidak hanya sekadar bertahan, tetapi juga berkembang dan menyesuaikan diri dengan dinamika zaman, tanpa kehilangan jati dirinya.
ADVERTISEMENT
Di tengah arus modernisasi yang deras, Islam Kejawen berdiri sebagai bukti bahwa nilai-nilai tradisional dan agama dapat berjalan seiring, memberikan kedamaian dan makna dalam kehidupan modern yang serba cepat. Inilah keberlanjutan Islam Kejawen, sebuah warisan leluhur yang terus hidup dan beradaptasi, menyatu dalam denyut nadi masyarakat Jawa di era modern ini.

Kesimpulan

Dalam era modern ini, Islam Kejawen terus mengalami dinamika dan adaptasi, menghadapi tantangan dari globalisasi dan modernisasi. Meskipun demikian, nilai-nilai inti dari Islam Kejawen, yaitu kesalehan, kedekatan dengan Tuhan, dan penghormatan terhadap tradisi lokal, tetap menjadi fondasi yang kokoh bagi komunitas-komunitas yang menganutnya.
Dengan demikian, Islam Kejawen bukan hanya sekadar bentuk sinkretisme agama, tetapi juga cerminan dari kekayaan budaya Jawa yang selalu berusaha menemukan keseimbangan antara tradisi dan perubahan. Islam Kejawen mengajarkan bahwa spiritualitas yang sejati adalah yang mampu merangkul semua aspek kehidupan, baik yang bersifat religius maupun yang tradisional, untuk mencapai harmoni dan kedamaian.
ADVERTISEMENT