Perdebatan Clifford Geertz dan Mark R. Woodward terhadap Varian di Jawa

Adnan Halim Husni
Mahasantri Darus-Sunnah Internasional Institute for hadith science, Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Fakultas Adab dan Humaniora, Jurusan Bahasa dan Sastra Arab.
Konten dari Pengguna
29 Mei 2024 13:20 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Adnan Halim Husni tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Varian jawa. Foto: pexels
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Varian jawa. Foto: pexels
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Masyarakat Jawa terkenal dengan kekayaan budayanya yang kompleks, termasuk dalam hal keberagamaan. Dua pakar antropologi ternama, Clifford Geertz dan Mark R. Woodward, telah memberikan kontribusi penting dalam memahami fenomena ini melalui teori-teori mereka tentang varian Abangan, Santri, dan Priyayi. Namun, kedua teori ini tidak luput dari perdebatan dan perbedaan sudut pandang. Artikel ini akan mengkaji perdebatan tersebut dengan fokus pada varian di Jawa.
ADVERTISEMENT

Teori Clifford Geertz

Geertz, dalam bukunya "Religion in Java" (1960), membagi masyarakat Jawa menjadi tiga varian: Abangan, Santri, dan Priyayi. Abangan diidentifikasi dengan sinkretisme antara Islam dan kepercayaan animisme, sedangkan Santri dikaitkan dengan interpretasi Islam yang lebih ortodoks. Priyayi, di sisi lain, digambarkan sebagai kelas elit yang memiliki pengetahuan agama dan budaya Jawa yang mendalam.

Teori Mark R. Woodward

Woodward, dalam disertasinya "Islam in Java: Normative Order and Religious Change" (1985), menantang kategorisasi Geertz. Ia berargumen bahwa varian Abangan dan Santri tidak dapat dipisahkan secara kaku, dan bahwa individu dapat memiliki identitas agama yang kompleks yang menggabungkan keduanya.
Mark R. Woodward, dalam penelitiannya di Yogyakarta, menawarkan perspektif yang berbeda. Ia menekankan dinamika dan fluktuasi dalam praktik keagamaan di Jawa. Woodward melihat varian keberagamaan sebagai spektrum, bukan kategori yang kaku. Woodward juga menekankan peran lokalitas dan dinamika sosial dalam membentuk praktik keagamaan di Jawa.
ADVERTISEMENT
Mark R. Woodward dalam sudut pandangnya membagi menjadi 2 macam, 4 varian yaitu: macam yang pertama islam mistis dan Islam normatif untuk varian pertama dan kedua. Macam kedua aspek batin (mistik) dan ritus buat varian ketiga dan keempat.

Perdebatan dan Perbedaan Sudut Pandang

Perdebatan utama antara Geertz dan Woodward berpusat pada dua poin utama:

Esensi Varian

Geertz melihat Abangan dan Santri sebagai dua sistem kepercayaan yang berbeda, sedangkan Woodward memandangnya sebagai spektrum dengan variasi interpretasi Islam.

Peran Lokalitas

Geertz kurang memperhatikan variasi lokal dalam praktik keagamaan, sedangkan Woodward menekankan dinamika lokal dan pengaruhnya terhadap interpretasi Islam.

Kesimpulan

Berdasarkan perdebatan tersebut, dapat disimpulkan bahwa varian Abangan, Santri, dan Priyayi merupakan konsep yang kompleks dengan berbagai interpretasi. Kategorisasi Geertz memberikan kerangka awal yang berguna, namun perlu diingat bahwa kategorisasi ini tidak selalu mencerminkan realitas yang kompleks di lapangan. Woodward menawarkan perspektif yang lebih fleksibel dengan menekankan spektrum interpretasi Islam dan dinamika lokal.
ADVERTISEMENT
Perdebatan antara Geertz dan Woodward menunjukkan kekayaan dan kompleksitas dalam memahami varian di Jawa. Memahami perdebatan ini membantu kita untuk melihat varian Abangan, Santri, dan Priyayi dengan lebih kritis dan dinamis, serta mempertimbangkan pengaruh lokalitas dan dinamika sosial dalam membentuk praktik keagamaan di Jawa.
Penting untuk dicatat bahwa artikel ini hanya memberikan gambaran sekilas tentang perdebatan Clifford Geertz dan Mark R. Woodward. Kajian yang lebih mendalam tentang varian di Jawa membutuhkan analisis literatur yang lebih luas dan penelitian lapangan yang komprehensif.