Konten dari Pengguna

Siapkah Indonesia Mengadopsi AI untuk Revolusi Pembelajaran?

Adnan Zulkarnain
Koord. Lab Pengembangan Sistem STIKI Malang
30 Agustus 2024 13:26 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Adnan Zulkarnain tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Penggunaan Artificial Intelligence (AI) dalam dunia pendidikan semakin marak di berbagai negara. AI menghadirkan peluang besar, mulai dari personalisasi pembelajaran hingga peningkatan kualitas evaluasi dan pengelolaan data siswa. Namun, apakah Indonesia siap mengadopsi teknologi pendidikan masa depan ini?
Sumber: unsplash
Realitas Pendidikan di Indonesia
ADVERTISEMENT
Indonesia memiliki tantangan besar dalam pendidikan, termasuk kesenjangan kualitas antara daerah perkotaan dan pedesaan, kekurangan guru berkualitas, dan infrastruktur yang belum merata. Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa sekitar 33% sekolah di Indonesia belum memiliki akses internet yang memadai, sebuah masalah krusial untuk implementasi teknologi berbasis AI yang memerlukan koneksi internet stabil.
Selain itu, data menunjukkan bahwa kemampuan literasi dan numerasi siswa Indonesia masih tertinggal dibandingkan dengan negara lain. Tantangan ini menimbulkan pertanyaan: dapatkah AI menjadi solusi untuk mengatasi masalah ini, atau justru memperlebar kesenjangan?
Peluang AI dalam Pendidikan Indonesia
Meskipun tantangan infrastruktur masih signifikan, potensi AI dalam pendidikan Indonesia sangat besar. AI dapat digunakan untuk personalisasi pembelajaran, yang memungkinkan setiap siswa belajar sesuai dengan kemampuan dan gaya belajar masing-masing. Aplikasi AI juga dapat membantu guru mengidentifikasi siswa yang memerlukan bantuan tambahan, sehingga intervensi dapat dilakukan lebih awal.
ADVERTISEMENT
Selain itu, AI dapat mendukung peningkatan manajemen sekolah, seperti pengelolaan data akademik, absensi, hingga evaluasi. Teknologi AI juga berpotensi mengurangi beban administratif guru, memungkinkan mereka fokus pada pengajaran.
Beberapa platform seperti Ruangguru dan Zenius telah memanfaatkan AI untuk memberikan pengalaman belajar yang lebih interaktif dan adaptif. Penggunaan machine learning untuk memahami pola belajar siswa dan merekomendasikan materi yang sesuai sudah diterapkan, meskipun skalanya masih terbatas.
Fenomena Pemanfaatan AI di Lingkungan Pendidikan
AI kini semakin banyak digunakan untuk membantu siswa dalam berbagai bidang, dari mengerjakan soal matematika hingga membuat esai dan bahkan menulis artikel ilmiah. Aplikasi seperti Photomath dan Socratic dapat memecahkan soal matematika hanya dengan memindai soal melalui kamera. Di sisi lain, AI seperti Grammarly dan Quillbot membantu siswa dalam memperbaiki tata bahasa, gaya penulisan, dan bahkan menyusun ulang esai agar lebih efektif.
ADVERTISEMENT
AI juga mulai diadopsi dalam bidang penulisan ilmiah. Beberapa alat berbasis AI dapat membantu mahasiswa menyusun kerangka penelitian, menganalisis data, hingga menulis draf artikel ilmiah secara otomatis. Misalnya, alat seperti GPT-4, yang dapat menghasilkan teks yang menyerupai tulisan manusia, memberikan kemungkinan bagi mahasiswa untuk mendapatkan bantuan dalam menulis karya ilmiah. Namun, tantangan etis dalam penggunaan AI untuk tugas-tugas akademis juga muncul, karena dapat mendorong plagiarisme dan mengurangi pembelajaran kritis.
Fenomena Global dan Kondisi di Indonesia
Secara global, beberapa negara seperti China dan Amerika Serikat telah mengadopsi AI di bidang pendidikan dengan cepat. China menggunakan teknologi AI untuk memperkuat sektor pendidikan, terutama dalam evaluasi otomatis dan pelatihan berbasis AI. Amerika Serikat pun menggunakan AI dalam pengembangan konten digital dan sistem evaluasi berbasis algoritma.
ADVERTISEMENT
Namun, di Indonesia, adopsi AI dalam pendidikan masih berada pada tahap awal. Meskipun ada beberapa inisiatif dan platform digital, seperti yang disebutkan sebelumnya, skala adopsinya masih jauh dari menyeluruh. Tantangan utama masih terletak pada infrastruktur teknologi yang belum merata dan kesiapan ekosistem pendidikan, termasuk guru, siswa, dan sekolah.
Kebijakan Pemerintah: Dorongan untuk Teknologi Digital
Pemerintah Indonesia sudah mulai menunjukkan keseriusannya dalam memajukan pendidikan berbasis teknologi. Program "Merdeka Belajar" yang dicanangkan oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi bertujuan untuk mendorong inovasi dan kemandirian dalam pembelajaran. Salah satu fokus program ini adalah pemanfaatan teknologi digital dalam pendidikan, terutama selama pandemi COVID-19 yang memaksa percepatan penggunaan platform pembelajaran daring.
Pada tahun 2020, pemerintah juga meluncurkan program Digital Talent Scholarship untuk memberikan pelatihan di bidang teknologi kepada masyarakat, termasuk pelajar dan guru. Meskipun ini adalah langkah positif, perlu lebih banyak kebijakan yang secara spesifik mendukung adopsi AI di pendidikan.
ADVERTISEMENT
Apakah Indonesia Siap?
Jawabannya: belum sepenuhnya siap, namun sedang menuju ke arah tersebut. Infrastruktur teknologi di sekolah-sekolah harus ditingkatkan agar AI dapat berfungsi dengan baik. Di sisi lain, pelatihan bagi guru untuk mengadopsi teknologi ini juga sangat penting agar mereka tidak hanya mampu mengoperasikan, tetapi juga memahami manfaat dan batasan AI dalam proses belajar mengajar.
Selain itu, perlu ada kolaborasi antara pemerintah, penyedia teknologi, dan lembaga pendidikan untuk menciptakan ekosistem yang mendukung penerapan AI secara merata. Pembelajaran berbasis AI tidak hanya membutuhkan perangkat keras dan lunak, tetapi juga perubahan paradigma dalam pengajaran dan pengelolaan pendidikan.
Kesimpulan
Adopsi AI dalam pendidikan di Indonesia adalah langkah yang menjanjikan, namun perlu didukung oleh infrastruktur yang memadai, kesiapan SDM, dan kebijakan yang kuat. Dengan komitmen yang jelas dari pemerintah dan kolaborasi antara sektor swasta dan pendidikan, Indonesia memiliki potensi besar untuk mengadopsi teknologi pendidikan masa depan ini. Namun, tanpa penanganan serius terhadap tantangan infrastruktur dan pendidikan, AI bisa menjadi teknologi yang hanya menguntungkan sebagian kecil siswa di kota besar, sementara siswa di daerah terpencil kembali tertinggal.
ADVERTISEMENT