Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
1 Tahun Aksi #Reformasidikorupsi, Jadi Apa?
23 September 2020 14:23 WIB
Tulisan dari adrial akbar tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Hari ini tepat satu tahun yang lalu, gedung DPR RI menjadi saksi bisu terjadinya aksi mahasiswa yang bertajuk #Reformasidikorupsi. Sebuah aksi yang disebut sebagai aksi mahasiswa terbesar setelah reformasi. Pada hari itu mahasiswa dari berbagai penjuru datang, dengan tuntutannya, beserta dengan geramnya.
ADVERTISEMENT
Aksi yang dipantik oleh UU KPK yang disahkan secepat kilat dan dianggap dapat melemahkan lembaga tersebut, pemilihan pimpinan KPK yang dianggap bermasalah, rancangan undang-undang yang bermasalah seperti RKUHP, pertanahan, pertambangan, permasyarakatan, ketenagakerjaan, masifnya tindakan militerisme di Papua dan daerah, ditambah penangkapan tahanan politik Papua, mendesak pengesahan RUU PKS, Adanya tindakan kriminalisasi aktivis, pembakaran hutan di Sumatera dan Kalimantan yang dilakukan oleh korporasi.
Dalam melakukan aksi ini, mahasiswa tidak sendiri. Aksi ini didukung oleh banyak pihak. Aktivis, tokoh intelektual, sampai tokoh publik. Salah satu yang menjadi sorotan adalah penggalangan dana yang diinisasi Ananda Badudu. Dana yang berhasil terkumpul digunakan untuk membantu para masa aksi. Mulai dari logistik sampai medis. Banyak juga tokoh – tokoh lain yang ikut membantu dengan caranya masing – masing. Memberikan sinyal kepada para mahasiswa, bahwa tindakan mereka benar.
ADVERTISEMENT
Aksi #Reformasidikorupsi berlangsung di akhir bulan September 2019. Aksi berlangsung berhari-hari, namun aksi yang cukup besar dimulai pada tanggal 23 September 2019.
23 September 2019
Hari pertama aksi. Titik kumpul aksi yang telah disepakati adalah gedung DPR RI, karena sebagai sumber munculnya UU KPK dan RUU yang bermasalah. Mahasiswa dari berbagai macam kampus mulai memadati jalan di depan gedung DPR RI. Siang hari yang terik tidak menjadi halangan. Mereka bersama menyanyikan lagu – lagu khas perlawanan yang berhasil sedikit menambah semangat. Mobil komando pun mulai bersuara, suara dari para mahasiswa yang menyampaikan orasinya. Membantu menambah semangat mahasiswa.
Berbarengan, terdapat masa yang mengatasnamakan mahasiswa, namun dengan tujuan aksi yang berbeda. Walaupun mereka menggunakan almamater kampus, tetap saja terasa kepalsuannya, kepalsuan bahwa mereka bukan mahasiswa. Makin terlihat karena mereka menggunakan almamater tanpa logo kampus. Mungkin memang benar itu mahasiswa, tapi mahasiswa bayaran. Polisi menjaga di tengah – tengah. Memisahkan yang mahasiswa, dan yang yang katanya mahasiswa. Tindakan provokatif juga sering dilancarkan oleh yang katanya mahasiswa tersebut. Berawal dari kalimat – kalimat provokatif sampai lemparan botol ke arah mahasiswa yang cukup membuat mahasiswa merasa geram. Tapi untungnya banyak mahasiswa lainnya yang mencoba menenangkan mahasiswa yang geram. Akhirnya mahasiswa yang geram mulai mereda. Memperlihatkan sebuah aksi yang damai.
ADVERTISEMENT
Hari sudah mulai memasuki malam. Akhirnya sebagian mahasiswa dipersilahkan masuk. Dibawa mereka ke ruangan fraksi salah satu partai. Mahasiswa menolak pemilihan tempat tersebut dengan tegas, dengan alasan tidak ingin aksi mereka dipolitisasi. Akhirnya mereka dibawa untuk bertemu anggota DPR di ruangan yang lain. Mahasiswa hanya bisa bertemu dengan Ketua Badan Legislasi (Baleg) Supratman Andi Atgas dan anggota Komisi III Masinton Pasaribu. Perwakilan mahasiswa menanyakan tentang lembar kesepakatan mereka bersama sekjen DPR RI yang telah dibuat pada tanggal 19 September 2019.
Anggota DPR tersebut tidak mengetahui adanya kesepakatan sebelumnya. Karena kecewa aspirasi mereka tidak tersampaikan, para perwakilan mahasiswa keluar dari ruangan sambil menyatakan ketidakpercayaan mereka terhadap DPR. Sebagian mahasiswa lainnya yang berada diluar tetap menunggu hasil dari perwakilan mahasiswa yang masuk.
ADVERTISEMENT
Hal yang ditunggu akhirnya datang. Perwakilan mahasiswa terlihat mulai keluar dari gedung DPR. Disampaikanlah hasilnya. Hasil yang tidak terlalu memuaskan. Melihat hasil yang kurang memuaskan, mahasiswa memutuskan untuk melakukan aksi lanjutan esok hari. Jumlah masa yang lebih banyak siap dikerahkan, berharap aspirasi mereka dapat didengarkan.
24 September 2019
Sudah memasuki hari kedua aksi. Pada hari itu lelah dan gerah sudah berkawan dengan mereka. Hanya ada satu musuh mereka, yaitu tuntutan mereka yang tak kunjung juga didengarkan oleh pemerintah. Entah berapa jumlah masa pada saat itu. Beberapa media menyebutkan sudah sampai ribuan, bahkan ratusan ribu. Yang jelas mahasiswa mengepung kompleks DPR RI, dari depan, samping, sampai belakang. Bahkan, kerumunan bukan hanya ada di depan kawasan Senayan. Kini, sudah menjalar ke Gatot Subroto dan menuju Slipi. Hingga sore hari mahasiswa terus berdatangan ke lokasi.
ADVERTISEMENT
Memasuki sore hari. Mahasiswa mulai merasa kecewa, karena tuntutannya yang tak kunjung didengarkan. Kerumunan mulai mencoba untuk memasuki gedung DPR RI dengan cara menggoyang – goyangkan gerbang, berharap bisa roboh dan bisa dimasuki. Melihat hal tersebut aparat tak tinggal diam. Aparat terlihat mulai mengambil ancang – ancang untuk menggebuk mundur mahasiswa. Benar saja, tak lama, kendaraan meriam air menyemprot mahasiswa yang terdepan, disusul dengan tembakan gas air mata yang meledak – ledak. Menyiksa mata sekaligus menyesakkan dada. Teriakan pun muncul dari para mahasiswa sebagai bentuk perlawanan. Suara teriakan pun beradu kencang dengan suara tembakan gas air mata yang meledak di tengah kerumunan.
Aparat mulai maju, mahasiswa mulai mundur. Banyak mahasiswa yang jatuh pingsan tak tahan menahan sesaknya gas air mata. Banyak juga mahasiswa yang terpisah dari rombongannya. Kepanikan sangat terlihat di tengah situasi yang mencekam. Polisi pun semakin represif yang membuat situasi semakin mengerikan. Hari yang mulai gelap menambah rasa mencekam. Sebagian mahasiswa mulai melakukan perlawanan dengan melemparkan batu dan botol. Sebagian lagi mulai mundur sambil mengoleskan pasta gigi untuk meredakan perih di mata. Sebagian lagi mulai berlari untuk menyelamatkan diri.
ADVERTISEMENT
Malam pun datang. Kali itu malam datang bersama kerusuhan dan pengrusakan. Aksi bakar – membakar mulai terjadi. Tak ada yang mengetahui persis siapa dalang kerusuhan, pembakaran, dan pengrusakan. Tidak terasa seperti mahasiswa. Mungkin pihak yang memanfaatkan suasana ?
Penangkapan terhadap mahasiswa pun mulai terjadi. Menimbulkan rasa cemas bagi para mahasiswa yang terjebak tak bisa pulang. Mereka saling menjaga satu sama lain, mencegah penangkapan terjadi pada teman mereka. Tembakan gas air mata masih terdengar. Kerusuhan juga tak kunjung berhenti. Mahasiswa mulai meninggalkan tempat aksi dengan cemas. Juga lemas.
30 September 2019.
Senin, Hari ke 30 di bulan September 2019. Hari ini telah dipilih sebagai hari untuk melakukan aksi lanjutan setelah tanggal 24. Gedung DPR RI masih menjadi target lokasi aksi demonstrasi.
ADVERTISEMENT
Pada siang hari, mulai terlihat para mahasiswa mulai ramai mendatangi lokasi aksi. Kali ini mahasiswa ditemani dengan masa pelajar dan juga aliansi buruh. Mereka juga memiliki aspirasi yang sama. Namun sayang pada kali ini, jumlah masa dari mahasiswa tidak seramai tanggal 23 dan 24. Tidak diketahui mengapa itu terjadi. Spekulasi yang beredar adalah karena tindakan represif dari pihak kampus. Banyak beredar di media sosial, ancaman dari pihak kampus bagi para mahasiswanya yang mengikuti aksi. Ditambah lagi tingginya tingkat kekerasan yang dilakukan pihak keamanan, membuat ketakutan para mahasiswa untuk melakukan aksi lagi di tanggal 30.
Pada aksi sebelumnya, para mahasiswa berada di barisan depan masa, kali ini barisan depan diisi oleh aliansi buruh.
ADVERTISEMENT
Pada saat menjelang malam hari, perwakilan aliansi buruh ingin melakukan konferensi pers di tengah masa. Media yang hadir mulai mendekat. Di tengah – tengah konferensi pers, suara tembakan terdengar yang disusul dengan selongsong peluru gas air mata yang meledak di tengah – tengah masa. Tanpa alasan yang jelas kepolisian menembakkan gas air mata tersebut. Karena tembakan gas air mata yang terus ditembakkan, masa pelan – pelan mulai mundur. Melihat masa yang mulai mundur pihak keamanan malah seperti kesetanan. Banyak masa yang dipukul dan ditendang tanpa alasan yang jelas. Para pelajar yang turun pun merespon tindakan kekerasan dari kepolisian. Mereka melawan.
Para masa lainnya, walaupun sudah mulai mundur, tetap dihujani gas air mata. Korban mulai berjatuhan. Sesak menjadi penyebabnya. Para relawan medis bergerak dengan cepat untuk memberikan pertolongan pertama kepada masa yang terluka dan dengan sigap mengevakuasi korban yang sudah dalam kondisi parah.
ADVERTISEMENT
Banyaknya korban, bukan menjadi alasan kepolisian untuk berhenti melakukan tindakan represif justru makin lebih kesetanan. Kekerasan terhadap demonstran tidak berhenti, begitu juga dengan tembakan gas air mata. Tembakan gas air mata yang awalnya diarahkan ke atas masa, kini mulai diarahkan langsung ke arah masa. Entah apa alasan pihak keamanan melakukan tindakan seberbahaya itu.
Masa terus dipaksa mundur. Penangkapan tidak kunjung berhenti. Kerusuhan mulai muncul di beberapa titik. Pembakaran dan pengerusakan. Sebagian masa lainnya masih bertahan dan melawan. Sebagian lainnya pulang dengan susah payah karena beberapa akses jalan yang ditutup oleh pihak keamanan. Sebagian mahasiswa yang mundur menuju beberapa titik. Salah satunya adalah gedung Universitas Atma Jaya. Disana juga menjadi salah satu posko medis.
ADVERTISEMENT
Polisi terus melakukan tindakan represifnya kepada mahasiswa yang berada di dalam Atma jaya. Beberapa gas air mata ditembakkan kedalam gedung yang banyak berisi korban. Sebagian masa berteriak agar jangan ditembakkan gas air mata karena gedung tersebut terdapat korban luka dan pingsan.
Teriakan yang terdengar dari para mahasiswa dengan mengangkat tangan, dengan harapan polisi dapat mendengarkan dan berhenti menembakkan gas air mata. Tapi sayang, mereka tidak didengarkan. Tembakan gas air mata terus ditembakkan.
Satu kata untuk menjelaskan malam itu, mencekam.
Setelah aksi, jadi apa ?
Setelah aksi tersebut hasil yang terasa hanyalah ditundanya RKUHP. Hasil lainnya adalah, terlihatnya tindakan represif yang cukup masif oleh pihak kepolisian. Mulai dari penangkapan tanpa alasan hingga tindakan kekerasan, sehingga menimbulkan banyaknya korban luka, dan penangkapan kepada peserta aksi. Bahkan sampai ada korban meninggal. Tindakan kekerasan bukan hanya menyerang para demonstran, tapi juga menyerang para wartawan. Sebuah tindakan yang melanggar UU no 40 tahun 1999.
ADVERTISEMENT
Hasil lainnya yaitu, terlihatnya framing yang kurang tepat dari media. Banyak media hanya cenderung memberitakan serba – serbi dari masa aksi saja. Bukan substansinya. Tindakan – tindakan damai yang dilakukan mahasiswa cenderung tidak diberitakan. Tindakan rusuh dari mahasiswa baru masif diberitakan, tanpa menjelaskan hal tersebut terjadi karena bagian dari respons kepolisian yang mulai represif. Kekerasan kepolisian yang terjadi disana – sini kurang menjadi sorotan. Tindakan represif dari pihak kampus, apalagi, jarang diberitakan.
Banyaknya laporan kekerasan yang dilakukan oleh kepolisian tidak kunjung di proses. Tindakan kepolisian lainnya yang melanggar hukum pun tidak jelas penyelesaiannya.
Dewasa ini, telah muncul omnibus law yang memiliki kontroversi di sana-sini. Karena banyaknya tentangan dari masyarakat, influencer dipilih sebagai jalan keluarnya. Alih – alih mempengaruhi opini publik agar mendukung rancangan undang – undangnya, kritik deras dari masyarakat yang muncul. Sebagian tuntutan #Reformasidikorupsi juga belum sepenuhnya terwujud, seperti pengesahan RUU PKS, yang bahkan saat ini telah dikeluarkan dari prolegnas, kriminalisasi aktivis yang kian masif, krisis lingkungan yang semakin menjadi – jadi. Pelemahan KPK yang masih terjadi. Lalu, kapan aksi reformasi di korupsi jilid 2?
ADVERTISEMENT