Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Menjelajah Eksotisme Tasmania Tanpa 'Devil'
3 April 2019 13:13 WIB
Tulisan dari Adriani Kusumawardani tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Berkunjung ke Tasmania—sebagai bagian dari wilayah akreditasi Kedutaan Republik Indonesia di Australia mengingatkan pada keindahan Sulawesi Selatan yang tiada tara. Tasmania terletak di pantai selatan Australia dengan luas 68.401 kilometer persegi dan populasi lebih dari 515 ribu penduduk ini memiliki pesona alam, hasil pertanian, dan peternakan yang menjadi produk komoditas unggulan Tasmania.
ADVERTISEMENT
Tasmania yang sering disebut sebagai ‘resemblance of little France’, sangat bergantung dari bisnis pariwisata alam--ekoturisme dan industri akuakulturnya. Mendeklarasikan sebagai destinasi wisata dunia yang mesti dikunjungi, mulai dari petualangan alam di kawasan warisan dunia yang dilindungi Pemerintah Tasmania hingga hidangan laut gastronomi kelas wahid.
Terdapat 19 Taman Nasional di seluruh Tasmania, 7 di antaranya merupakan warisan dunia. Taman-taman ini luasnya mencakup sepertiga dari 90.000 kilometer persegi total wilayah Tasmania dan melingkupi beragam barisan pegunungan, dataran tinggi, hutan hujan, air terjun, dan pantai yang masih perawan.
Namun bila disandingkan dengan keunikan alam Indonesia bagian timur dengan segala kekayaan maritimnya, jelas Tasmania akan sangat mudah untuk diperbandingkan. Ambil contoh di Sulawesi Selatan, Takabonerate--merupakan taman nasional yang memiliki gugusan karang terbaik ketiga di dunia. Di sana, terdapat habitat bagi beragam biota laut yang langka dan dilindungi.
ADVERTISEMENT
Takabonerate adalah surga bagi para penyelam dengan puluhan spot diving. Salah satu pemandangan paling spektakuler dan tidak dapat ditemukan di tempat manapun adalah Sumur Ikan. Di Sumur Ikan terdapat kumpulan ikan dari beragam jenis dan warna. Ikan-ikan tersebut membentuk bundaran dan memanjang ke bawah seperti sumur. Taman Nasional Takabonerate ini ditetapkan sebagai Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN) dan akan menjadi ikon wisata bahari kelas dunia.
Di sini, juga akan diselenggarakan Sail Indonesia atau Sail Takabonerate 2019. Hebatnya Indonesia!
Budidaya Salmon di Tasmania Adalah 'Tren Akuakultur' Dunia: Indonesia?
Kembali ke Tasmania--siapa tak kenal salmon Tasmania? Salmon Atlantik Tasmania adalah produk budidaya perikanan yang bernilai premium baik untuk pasar domestik maupun untuk diekspor. Pemerintah Tasmania jeli membidik peluang ekonomi sekaligus mengkondisikan dirinya sebagai daerah yang sangat menghormati alam dengan kaidah-kaidah lingkungan yang berprinsip mampan (sustainable), organik, dan segar.
ADVERTISEMENT
Industri akuakultur ikan salmon di Tasmania memiliki reputasi kinerja lingkungan yang tinggi dengan standar keamanan pangan, kesehatan, dan sanitasi tingkat internasional, dan ‘kesejahteraan hewan’ (animal welfare) terdepan di dunia.
Mengusung label ‘eco-friendly’--salmon Atlantik Tasmania di-branding melalui ‘nilai lingkungan’ yang tidak mengeksploitasi sumber-sumber daya alam dan bebas terkontaminasi alias organik secara alami. Tasmania menempatkan perairannya sebagai salah satu lingkungan paling murni dan paling jernih di dunia, menjadikannya lokasi yang ideal untuk budidaya ikan salmon.
Beberapa tempat penetasan salmon ‘Tassie’ terletak di dataran tinggi kawasan yang dijaga benar kualitas lingkungannya oleh Pemerintah Tasmania. Hasilnya, ikan salmon yang dibudidayakan berkualitas terbaik, terutama untuk pasar Jepang yang sangat kompetitif dengan ‘sashimi salmon’ nya. Akibatnya, Salmon Atlantik Tasmania mematok harga premium, di atas harga salmon dari tempat lain di Australia.
ADVERTISEMENT
Untuk hal ini, Tasmania telah mampu memposisikan menjadi pemasok kunci produk ‘sea-food’ yang aman, ramah lingkungan, dan berkelanjutan.
Sedangkan di Indonesia, bisnis akuakultur mulai menggeliat semenjak Presiden Joko Widodo mencanangkan ‘budaya maritim’ dan Indonesia sebagai ‘poros maritim dunia’ lima tahun lalu. Dalam perkembangannya, budidaya perikanan mulai dikelola secara profesional, menggunakan sains dan teknologi serta manajemen yang inovatif, inklusif, dan ramah lingkungan.
Sehingga bukan hanya bakal berkontribusi secara signifikan bagi kemajuan perekonomian nasional dan peningkatan kesejahteraan masyarakat, tetapi juga bisa menjadi salah satu sektor unggulan (leading sector) yang dapat menjadikan Indonesia menjadi negara maritim maju, sejahtera, dan ‘gemah ripah loh jinawi’ dengan hasil lautnya. Pasalnya, sebagai negara kepulauan terbesar di dunia yang tiga perempat wilayahnya berupa laut, Indonesia memiliki potensi produksi akuakultur terbesar di dunia.
ADVERTISEMENT
Sekitar 60 juta ton per tahun perairan Indonesia mampu menghasilkan sumber pangan protein berupa berbagai jenis ikan, kerang (molusca), dan crustacean (udang, lobster, kepiting, rajungan, dan lainnya). Laut Indonesia juga sumber bahan baku bagi industri farmasi, kosmetik, perhiasan (seperti kerang mutiara), cat, film, biofuel, dan ratusan jenis industri lainnya, yang berasal dari micro algae, macro algae, avertebrata, dan biota (organisme) laut lainnya. Luar biasa!
Akuakultur memiliki peran besar dalam upaya memenuhi kebutuhan pangan berkelanjutan. Apalagi saat ini preferensi masyarakat dunia terhadap ikan terus mengalami kenaikan. Berdasarkan data Food and Agriculture Organization (FAO), sampai tahun 2021, diperkirakan tingkat konsumsi ikan dunia per kapita mencapai 19,6 kilogram per tahun dan tahun 2030 diprediksi mencapai 22,5 kilogram per tahun. Nilai ini diperkirakan akan memacu peningkatan produksi perikanan budidaya sebesar 172 juta ton.
ADVERTISEMENT
Di sisi lain, FAO juga memprediksi hingga tahun 2030, kontribusi akuakultur terhadap kebutuhan perikanan dunia diperkirakan mencapai 58 persen. Sementara itu, Pemerintah Indonesia hingga tahun 2019 memproyeksikan tingkat konsumsi ikan Indonesia mencapai lebih dari 50 kilogram per kapita, sehingga dibutuhkan suplai setidaknya 14,6 juta ton ikan konsumsi per tahun.
Artinya, suplai tersebut akan banyak tergantung pada produk ikan hasil budidaya, paling tidak sekitar 60 persen dari total kebutuhan atau setidaknya sebanyak 8,76 juta ton tahun 2019.
Untuk mendorong pemenuhan kebutuhan pangan berkelanjutan, Indonesia terus mendorong berbagai inovasi akuakultur yang berorientasi untuk meningkatkan produktivitas dan berbasis mitigasi, antara lain penerapan Integrated Multi-trophic Aquaculture (IMTA).
Pesan yang perlu didiseminasikan adalah akuakultur menjadi solusi penting untuk mencukupi kebutuhan pangan berbasis ikan secara berkelanjutan; sebagai bagian tanggung jawab Indonesia dalam pencapaian target-target Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals-SDGs) yang berimplikasi pada upaya pengentasan kemiskinan dan kelaparan/malnutrisi yang justru membayangi negara-negara berkembang.
ADVERTISEMENT
Setan Tasmania yang Bukan “Taz”
Beralih ke binatang eksotis Tasmania, yang juga sanggup mencuri ‘keingintahuan’ para wisatawan dunia untuk berkunjung ke Tasmania adalah “tasmanian-devil” alias Setan Tasmania. Tasmanian Devil (Sarcophilus harrisii) yang oleh The International Union for Conservation of Nature (IUCN)— sebuah organisasi internasional yang didedikasikan untuk konservasi sumber daya alam, telah menetapkan Tasmanian Devil masuk dalam status ‘red-list’ spesies langka yang wajib dilindungi, mengingat hanya ada sekitar 10.000 hingga 25.000 setan Tasmania dewasa yang tersisa di dunia.
Setan Tasmania adalah marsupial karnivora dari keluarga Dasyuridae-- binatang ikonik yang menjadi simbol Tasmanian National Parks and Wildlife—yang merupakan cagar nasional warisan dunia terluas di Tasmania.
Tasmanian Devil lebih mudah diasosiasikan dengan karakter kartun Setan Tasmania, atau "Taz". Taz tampil dalam serial kartun Warner Bros dengan serial kartun pendek Looney Tunes dan Merrie Melodies, meskipun karakter itu muncul hanya dalam lima episode sebelum Warner Bros ditutup pada tahun 1964, yang selanjutnya karakter Taz makin popular pada 1990-an.
ADVERTISEMENT
Kenyataannya, Setan Tasmania adalah binatang berkantung kecil dengan fitur seperti tikus, gigi tajam, dan bulu hitam atau coklat kasar. Meskipun kecil ukurannya, jangan tertipu; makhluk ini memiliki gaya bertarung yang cukup menakutkan. ‘Tasmanian Devil’ alias hewan ‘Setan Tasmania’ sama sekali tidak menyerupai karakter kartun terkenal itu.
Ukurannya pun tidak sama dengan manusia seperti diilustrasikan dalam komiknya. Juga tidak menyerbu seperti angin puting beliung. Setan Tasmania hanya setinggi 51- 79 sentimeter dan beratnya hanya berkisar 4-12 kilogram. Setan Tasmania disebut demikian konon dulunya para pemukim Eropa awal tahun 1800-an yang mendengar geraman misterius dari semak-semak dan menemukan hewan seperti anjing dengan telinga merah, rahang lebar dan gigi tajam besar yang menakutkan.
Bila Tasmania punya Tasmanian Devil, kembali ke Sulawesi Selatan lagi—terdapat binatang unik dan langka dari kelas Primata, yaitu Tarsius (Tarsius tarsier)--sering disebut sebagai monyet terkecil di dunia, meskipun satwa ini bukan monyet. Sedikitnya terdapat 9 jenis Tarsius yang ada di dunia. 2 jenis berada di Filipina sedangkan sisanya terdapat di Sulawesi, Indonesia. Tarsius mampu melompat sejauh 3 meter dan memiliki ekor yang panjang serta memiliki 5 jari pada setiap tangan dan kakinya.
ADVERTISEMENT
Di Taman Nasional Bantimurung-Bulusaraung yang merupakan kawasan karst terbesar ketiga di dunia setelah Tsingy di Madagaskar dan Shilin di Tiongkok; dengan 80 gua dan gua prasejarah yang bertebaran di areal seluas 43.750 hektare, tarsius ini dilindungi dengan sangat baik.
Tarsius—yang lebih dikenal oleh masyarakat setempat dengan sebutan “balao cengke” (bahasa Indonesia: tikus jongkok) menghabiskan sebagian besar hidupnya di atas pohon, bahkan tidur dan melahirkan dengan ‘setia’ bergantung pada batang pohon. Populasi tarsius diperkirakan tersisa kurang dari 2.000 ekor dan terus menurun drastis jika dibandingkan 10 tahun terakhir. Bahkan untuk Tarsius pumilus--jenis tarsius super mini, oleh IUCN dikategorikan sebagai spesies amat langka di dunia.
Indonesia Sangat Bisa
Dari komparasi ‘modal dasar’ yang dimiliki Tasmania, jelas Indonesia dengan eksotisme bagian timurnya, menjanjikan potensi ekoturisme luar biasa yang masih dapat dioptimalkan untuk disematkan menjadi destinasi wisata ‘wajib’ kelas dunia. Wonderful Indonesia--program yang melegasikan ekowisata yang efektif, yang menggabungkan pariwisata dengan budaya dan kekayaan kearifan lokal serta pelestarian lingkungan, sehingga ketiganya saling menguntungkan.
ADVERTISEMENT
Masih terus dapat dieksplorasi dan dikemas dengan mengedepankan nilai-nilai kekhasan, dan keindahan alam bahari beserta budaya maritim masyarakat pesisir dan pantai yang ‘sangat layak’ untuk komoditas pariwisata alam. Super!
Indonesia jelas bisa menjadi ‘world-leading eco-tourism’ dengan memastikan bahwa elemen-elemen pendukung pariwisata seperti penggunaan energi terbarukan, pengurangan emisi karbon, dan pembuangan limbah yang sesuai prosedur pengelolaan lingkungan yang berkelanjutan terus diaplikasikan.
Indonesia perlu terus membangun ‘citra’ ekowisata terdepan dan paling inovatif di dunia dengan misi memberikan pengalaman dan belajar tentang lingkungan alam yang bertata kelola dan berkomitmen untuk memanfaatkan sumber-sumber daya secara bijak, berkontribusi pada konservasi, dan pelestarian lingkungan, serta membantu masyarakat lokal termasuk menciptakan peluang kerja bagi penduduk lokal.
ADVERTISEMENT
Intinya, Indonesia jelas mampu dan bisa menjadi “a bucket list of tourist destination to visit before you die!"—Indonesia jadi tujuan wisata dunia yang harus dikunjungi sebelum Anda mati.
Live Update