Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.98.1
Konten dari Pengguna
Artificial Intelligence: Sahabat atau Musuh dalam Selimut?
22 Februari 2025 16:36 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari Adriansyah Admadja tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Memasuki era society 5.0, perkembangan teknologi semakin pesat terjadi dan menciptakan berbagai inovasi dalam sejarah peradaban manusia. Salah satunya ialah munculnya teknologi Artificial Intelligence (AI) atau kecerdasan buatan. Namun, kehadiran kecerdasan buatan tersebut, menghadirkan polemik di tengah masyarakat beberapa tahun terakhir.
ADVERTISEMENT
Mengutip pernyataan Joko Widodo selaku mantan presiden Republik Indonesia (RI), mengungkapkan bahwa pada pertemuan G20 di India, terdapat 6 negara besar yang khusus membahas artificial intellegence sebagai hal yang menakutkan. Serta perkataan Bill Gates selaku pendiri Microsoft, mengatakan ancaman yang ditimbulkan oleh kecerdasan buatan setara dengan risiko dari senjata nuklir dan bio terorisme.
Selanjutnya, merujuk pada laporan DataReportal pada awal tahun 2024 mengungkapkan terdapat 185,3 juta pengguna internet di Indonesia, dengan tingkat penetrasi internet mencapai 66,5 persen dari total populasi penduduk di Indonesia. Serta, Indonesia memiliki 139 juta pengguna media sosial pada Januari 2024. Hal ini menunjukkan besarnya potensi masyarakat dalam mengadopsi teknologi baru, termasuk AI.
Selain itu, berdasarkan survei Ipsos, menunjukkan 78% responden Indonesia menilai bahwa AI membawa lebih banyak manfaat ketimbang kerugian. Hal ini menjadikan Indonesia sebagai negara paling optimis akan teknologi tersebut.
ADVERTISEMENT
AI sebagai kemajuan Bangsa
Kecerdasan buatan telah membawa perubahan besar dalam berbagai aspek kehidupan. Teknologi ini membuka peluang besar bagi inovasi dan kemajuan ekonomi bangsa Indonesia.
Mengutip pernyataan dari Budi Arie Setiadi selaku mantan Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo), menyatakan bahwa artificial intelligence merupakan salah satu teknologi yang dapat dimanfaatkan secara optimal dalam mendorong kemajuan bangsa Indonesia.
Berdasarkan penelitian yang dipublikasikan oleh jurnal nature menunjukkan bahwa algoritma AI dapat mendiagnosis kanker payudara dengan tingkat akurasi yang lebih tinggi daripada dokter manusia, mencapai 94,6% dibanding dokter dengan persentase hanya 88%.
Selanjutnya, menurut Raden Wijaya Kusumawardhana, selaku Staf Ahli Menteri Bidang Sosial, Ekonomi, dan Budaya, mengungkapkan dalam segi ekonomi, penggunaan AI di Indonesia diperkirakan akan memberikan kontribusi sekitar 12 persen terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) nasional, atau setara dengan USD366 miliar pada tahun 2030.
ADVERTISEMENT
Selain itu, melansir dari riset Mckinsey yang rilis pada Juli 2024 menyebutkan bahwa aplikasi AI dapat membuka peluang nilai ekonomi global hingga US$ 11 - 18 triliun per tahun atau setara Rp171,6 - 280,8 kuadriliun (Dalam kurs Rp15.600/US$).
AI dalam tantangan Bangsa
Potensi AI yang siginifikan sebagai alat memajukan bangsa Indonesia. Tentu akan menimbulkan permasalahan baru dan dampak bagi masyarakat umum.
Mengutip pernyataan dari Stella Christie selaku wakil menteri pendidikan tinggi, sains dan teknologi, mengungkapkan bahwa jika seorang manusia tidak takut tergantikan oleh AI, maka itulah yang seharusnya kita takutkan.
Berdasarkan studi yang dipublikasikan oleh US-ASEAN Business Council, memprediksi Indonesia akan menghadapi kekurangan 9 juta pekerja terampil dan semi-terampil pada tahun 2030. Hal ini dikarenakan mayoritas sumber daya manusia di Indonesia belum memiliki kemampuan dalam teknologi digital. Dengan demikian, kondisi ini tentu akan menjadi tantangan tersendiri bagaimana Indonesia mengintegrasikan AI di berbagai sektor.
ADVERTISEMENT
Tak hanya itu, Jokowi selaku mantan presiden Republik Indonesia mengungkapkan bahwa ada 85 juta lapangan pekerjaan yang mungkin hilang pada tahun 2025, imbas dari kehadiran kecerdasan buatan (AI).
Salah satu pekerjaan yang terancam digantikan oleh AI adalah pekerja media seperti iklan, penulis teknis, dan jurnalis. Hal ini disebabkan oleh kemampuan AI dalam membaca, menulis, dan memahami data berbasis teks dengan sangat baik. Bukti nyata, perusahaan media yang telah menerapkan sistem kecerdasan buatan (AI) adalah Cnet yang membuat artikel travel menggunakan teknologi AI.
Pada akhirnya, menghadapi era perkembangan AI merupakan sebuah tantangan dan peluang yang signifikan. Artificial intelligence (AI) merupakan perangkat teknologi yang memiliki kelemahan dan kekuatan.
Kecerdasan buatan bisa menjadi sahabat dalam memajukan bangsa, jika teknologi tersebut dimanfaatkan dengan tepat. Namun AI juga mampu menjadi musuh dalam selimut, apabila kita sebagai manusia terlalu terbuai dalam kemanfaatannya. Sehingga tidak menyadari, bahwa AI merupakan ancaman nyata dalam aspek kehidupan manusia, seperti hilangnya pekerjaan, naluri, dan kemampuan berpikir generasi bangsa.
ADVERTISEMENT
Adriansyah Admadja, Mahasiswa Jurnalistik UIN Raden Fatah Palembang