Cuti Ayah: Upaya Meningkatkan Kesetaraan Gender di Tempat Kerja oleh Finlandia

Adya Rosyada Yonas
Researcher at European Studies, School of Strategic and Global Studies
Konten dari Pengguna
1 April 2021 15:45 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Adya Rosyada Yonas tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Dalam upaya meningkatkan kesetaraan gender, pemerintah Finlandia menerapkan cuti ayah. Foto oleh Arttu Päivinen via Unsplash.com
zoom-in-whitePerbesar
Dalam upaya meningkatkan kesetaraan gender, pemerintah Finlandia menerapkan cuti ayah. Foto oleh Arttu Päivinen via Unsplash.com
ADVERTISEMENT
Finlandia dikenal sebagai salah satu negara yang paling menjunjung tinggi kesetaraan gender dalam segala aspek, termasuk tempat kerja. Berbagai strategi pun dilakukan oleh pemerintah Finlandia untuk mewujudkan kesetaraan gender di tempat kerja, salah satunya adalah program cuti yang dikhususkan bagi seorang yang baju saja menjadi ayah.
ADVERTISEMENT
Pada tahun 1970-an, pemerintah menerapkan kebijakan penitipan anak bersubsidi sehingga memungkinkan ibu dari bayi untuk bekerja penuh waktu. Kemudian tahun 1978, pemerintah menerapkan kebijakan cuti ayah yang dapat diambil oleh para ayah. Cuti ini memiliki durasi dua pekan (Eerola, 2019).
Tujuan dibentuknya cuti ayah tidak hanya untuk memberikan kesempatan bagi ayah untuk membangun hubungan lebih intens dengan anaknya yang baru lahir. Namun juga untuk mendukung kehadiran ayah untuk membantu ibu pulih setelah melahirkan.
Perkembangan yang cukup signifikan kemudian terjadi pada tahun 1985. Pemerintah mulai memperkenalkan bagi para pekerja mengenai aturan cuti orang tua. Cuti orang tua juga memberikan kesempatan bagi ayah untuk turut mengurus anaknya yang baru lahir. Cuti ini dapat dibagian antara kedua orang tua dengan mendapatkan kompensasi yang cukup tinggi. Dibentuknya cuti orang tua juga bertujuan untuk mempromosikan kesetaraan gender dalam merawat anak dan mendukung situasi perempuan di pasar tenaga kerja.
ADVERTISEMENT
Pada tahun 1991, cuti orang tua ditambah durasinya menjadi tiga pekan. Cuti ayah dan cuti orang tua memiliki tujuan yang sama, yaitu untuk meningkatkan hubungan ayah dan anak serta kesetaraan gender di dalam keluarga (Haataja, 2009). Kawasan Nordik kemudian menjadi pionir dalam memperkenalkan dan mempromosikan mengenai hak cuti bagi ayah.
Cuti ayah sendiri dapat diambil segera setelah kelahiran bayi dan ketika sang ibu di rumah. Dengan mengambil cuti tersebut, ayah diharapkan dapat membantu ibu bergantian mengurus bayi mereka. Dengan begitu, terjadi kesetaraan peran antara ayah dan ibu dalam hal merawat anak.
Foto oleh Sandy Millar via Unsplash.com
Pada tahun 2009, periode cuti ayah lebih pendek dari cuti itu, yaitu selama dua pekan. Cuti ini dapat diambil ketika ibu juga sedang mengambil cuti hamil atau cuti orang tua. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Haataja (2009), para ayah di Finlandia menggunakan cuti ayah lebih banyak daripada cuti orang tua. Pada saat penelitian itu berlangsung, pembagian cuti orang tua lebih populer di Islandia dan Swedia.
ADVERTISEMENT
Di tahun 2010, jatah cuti ayah meningkat menjadi 4 pekan. Walaupun ini merupakan hak individu ayah untuk mengambil cuti, namun membutuhkan izin dari ibu (Eerola, 2019).
Setelah mengalami beberapa perubahan, pada tahun 2020, pemerintah mengatur periode cuti ayah dengan durasi maksimal 54 hari. Dalam masa pengambilan jatah cuti ini, ayah dapat berada di rumah di waktu yang sama dengan ibu maksimal selama 18 hari kerja atau sekitar tiga pekan. Sama seperti ibu, selama masa cuti, ayah juga akan mendapatkan tunjangan cuti (paternity allowance) (European Commission, 2020).
Penggunaan cuti ayah di Finlandia
Pada awalnya, pemerintah Finlandia mengatur durasi cuti ayah selama dua pekan. Di tahun 1993, durasi cuti ayah ditambah menjadi tiga pekan. Penggunaan cuti ayah dari ke tahun mengalami peningkatan. Popularitas cuti ayah juga meningkat sejak pemerintah menambah jatah cuti menjadi tiga pekan pada tahun 1990-an. Di tahun 2007, 80 dari 100 ayah dengan anak baru lahir mengambil jatah cuti ayah.
ADVERTISEMENT
Pada tahun 2015, persentase ayah yang mengambil cuti ayah ada sebanyak 80% selama 2 hingga 3 pekan saat ibu juga mengambil cuti hamil. Proporsi ini masih berada di level yang sama lebih dari dua dekade. Pola yang berulang ini kemudian menjadi norma untuk ayah di Finlandia (Eerola, 2019).
Foto oleh Juliane Liebermann via Unsplash.com
Pengaruh cuti ayah terhadap kesetaraan gender
Berdasarkan European Institute for Gender Equality (EIGE), Finlandia menempati posisi ke-4 dalam Gender Equality Index 2020 dengan skor 74,7 poin (skala 100). Apabila dibandingkan dengan indeks tahun sebelumnya, skor ini mengalami peningkatan, di mana tahun 2019 Finlandia mendapatkan skor sebanyak 73.4 poin. Dengan angka tersebut, skor Finlandia 6,8 poin di atas skor Uni Eropa.
Pada tahun 2010, berdasarkan penelitian terhadap 21 negara di Eropa (Gornick & Schmitt, 2010), Finlandia menempati posisi kedua tertinggi dalam kategori Gender Equality Index yang berkaitan dengan cuti yang diambil oleh ayah. Walaupun begitu, jatah cuti yang diambil oleh ayah rata-rata hanya delapan persen dari keseluruhan cuti. Padahal, ayah dapat mengakses hingga 65% jatah cuti orang tua yang dibagikan oleh ibu.
ADVERTISEMENT
Menurut penelitian mengenai cuti yang diambil oleh ayah di Uni Eropa (Belle, 2015), persentase Finlandia dalam pengambilan cuti ayah masih rendah. Finlandia hanya meraih persentase tidak lebih dari lima persen. Dengan kata lain, adanya cuti ayah ini belum memberikan dampak yang maksimum pada kesetaraan dalam mengurus anak. Banyak dari pasangan yang masih memberikan dominasi cuti orang tua kepada ibu. Hal ini membuktikan bahwa perempuan masih diidentikkan dengan pekerjaan-pekerjaan domestik seperti mengasuh anak.
Tujuan dari regulasi-regulasi cuti ini berkaitan dengan aspek ekonomi, sosial, dan demografi. Misi utama pemerintah Finlandia memberikan jenis cuti ini adalah untuk memfasilitasi pembagian peran gender yang setara dalam rumah tangga, mendukung ibu untuk kembali bekerja, dan untuk menyamaratakan keadaan bagi perempuan maupun laki-laki dalam pasar kerja (European Parliament, 2014). Keterlibatan ayah dalam pengasuhan anak juga dikaitkan dengan keputusan perempuan untuk memiliki anak, yang akhirnya memiliki dampak positif bagi demografis.
ADVERTISEMENT
Hingga saat ini, pemerintah Finlandia masih berusaha melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan minat ayah dalam mengambil cuti ayah agar tujuan penyetaraan gender dalam rumah tangga tercapai.
Mengutip dari Insider, salah satu upaya pemerintah Finlandia untuk mendorong terwujudnya kesetaraan gender dalam pengasuhan anak adalah dengan membentuk regulasi baru yang mengatur mengenai cuti. Sejak terpilih menjadi Perdana Menteri Finlandia, Sanna Marin menempatkan kesetaraan gender menjadi salah satu prioritas utama. Pemerintah berencana untuk menambahkan durasi cuti.
Dalam regulasi baru ini, masing-masing orang tua akan mendapatkan cuti dengan durasi 164 hari kerja. Dengan kata lain, durasi cuti untuk masing-masing orang tua menjadi lebih dari 6,5 bulan. Hal ini berlaku bagi orang tua kandung maupun orang tua asuh.
ADVERTISEMENT
Sementara perempuan dalam masa hamil akan mendapatkan cuti tambahan. Rencananya, regulasi baru ini akan mulai berlaku pada musim gugur 2021 dengan anggaran pemerintah lebih dari 100 juta euro. Adanya regulasi baru ini ditujukan untuk menjadi parameter bagi kesetaraan antara perempuan dan laki-laki sebagai orang tua. Sementara untuk orang tua tunggal, maka akan mendapatkan hak cuti penuh selama 328 hari kerja.
Referensi:
Belle, Janna van. 2015. Paternity and parental leave policies across the European Unio. RAND Europe
Eerola, Petteri. Et al. 2019. Fathers’ Leave Take-Up in Finland: Motivations and Barriers in a Complex Nordic Leave Scheme. Creative Commons CC BY
European Institute for Gender Equality. 2020. Gender Equality Index. Sumber asli : https://eige.europa.eu/gender-equality-index/2020/country/FI diakses 1 April 2021
ADVERTISEMENT
European Union. 2021. Parental Leave. Sumber asli : https://europa.eu/youreurope/business/human-resources/working-hours-holiday-leave/parental-leave/index_en.htm diakses 1 April 2021
Gornick, Janet C. Schmitt, John. 2010. Who cares? assessing generosity and gender equality in parental leave policy designs in 21 countries. Journal of European Social Policy 0958-9287; Vol. 19(5): 196–14; 344247
Haataja, Anita. 2009. Fathers’ Use of Paternity and Parental Leave in the Nordic Countries. Finland: Kela
Ward, Marguerite. 2020. 10 countries that show just how behind the US is in paid parental leave for new mothers and fathers. Sumber asli : https://www.businessinsider.com/countries-with-best-parental-leave-2016-8?r=US&IR=T diakses 1 April 2021