Dibalik Tingginya Literasi Media di Nordik: Diterapkan sejak Perang Dunia II

Adya Rosyada Yonas
Researcher at European Studies, School of Strategic and Global Studies
Konten dari Pengguna
19 Maret 2022 21:59 WIB
·
waktu baca 6 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Adya Rosyada Yonas tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Finlandia menempati peringkat pertama, disusul Denmark pada peringkat ke-2. Pada posisi ke-3 ditempati oleh Estonia dan pada posisi ke-4 ditempati oleh Swedia. Sementara itu, Irlandia berada di posisi ke-5. Bahkan, pada laporan tahun-tahun sebelumnya, Finlandia selalu menjadi nomor satu di antara 35 negara Eropa yang disurvei.
ADVERTISEMENT
Di era digital, keterampilan literasi media semakin penting untuk memerangi berita palsu. Penggunaan media sosial untuk pelaporan berita telah meningkatkan risiko eksploitasi digital.
Berdasarkan National Association for Media Literacy Education, keterampilan literasi media dipahami sebagai kemampuan untuk mengakses, menganalisis, mengevaluasi, membuat, dan bertindak menggunakan segala bentuk komunikasi. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Forsman tahun 2020, literasi media diyakini kuat sebagai antidote atau penangkal bahaya media dalam kaitannya dengan generasi muda.
foto: unsplash.com
Negara-negara di kawasan Nordik ini memiliki potensi tertinggi untuk menahan dampak negatif dari misinformasi maupun disinformasi karena kualitas pendidikan yang baik, media yang bebas, dan kepercayaan yang tinggi antar masyarakatnya.
Literasi media di kawasan Nordik sudah ditanamkan sejak di pendidikan dasar. Murid-murid di negara-negara tersebut sudah diajarkan mengenai cara berpikir kritis dalam menyikapi informasi yang disampaikan oleh media.
ADVERTISEMENT
Dengan tertanamnya literasi media pada masyarakat di kawasan Nordik, masyarakat menjadi lebih aware akan informasi atau berita yang mereka konsumsi. Mereka menjadi lebih kritis dalam menerima informasi yang disampaikan oleh media.
Tingkat literasi media yang tinggi di kawasan ini tidaklah didapat secara instan. Butuh waktu yang sangat panjang untuk menciptakan sebuah budaya literasi media. Mengutip dari penelitian Forsman pada tahun 2020, penanaman literasi media di kawasan Nordik bisa dibilang sudah dikembangkan sejak pasca Perang Dunia II.
Pendidikan media ini diawali melalui film. Guru-guru di Denmark mulai mengajarkan filmkundskab (pengetahuan film) pada tahun 1950-an. Film dipelajari sebagai bentuk seni, bahasa, dan teknologi.
Dalam kurun waktu yang berdekatan, Finlandia juga mulai mengajarkan pengetahuan film di sekolah untuk menguatkan identitas nasional pasca Perang Dunia II. Di Swedia, pengetahuan film mulai masuk dalam kurikulum nasional pada tahun 1962, namun baru pada tahun 1980-an pedagogi film menjadi bagian fundamental dari pendidikan media di Nordik.
ADVERTISEMENT
Walaupun ada kesadaran luas di antara peneliti media, guru, dan pihak terkait lain tentang pentingnya pendidikan media, namun istilah literasi media baru masuk ke dalam sistem pendidikan Nordik pada tahun 1990-an. Sebelumnya, mereka menggunakan istilah pendidikan media atau pedagogi media.
foto: Unsplash.com
Literasi media ini juga dihasilkan melalui kolaborasi jangka panjang dari berbagai stakeholder, seperti pemerintah, industri media, lembaga nirlaba, hingga orang tua siswa. Kolaborasi antara sistem pendidikan dan pemangku kepentingan di pasar media sangat penting bagi budaya literasi media Nordik.
Contoh dari pengajaran literasi media yang diterapkan adalah inisiatif pembuatan “koran di sekolah” yang dimulai oleh Finlandia dan Swedia pada tahun 1964. Tidak lama setelah itu disusul oleh Norwegia dan Denmark. Tujuan inisiatif ini adalah untuk merangsang kemampuan membaca siswa dengan menggunakan koran sebagai pelengkap buku sekolah.
ADVERTISEMENT
Layanan publik juga telah menjadi kolaborator penting untuk literasi media di sekolah umum yang dimulai melalui radio dan televisi sekolah. Kurikulum pendidikan media yang didasarkan pada data ilmiah yang mencakup semua bentuk media massa ini dikaitkan dengan perkembangan kognitif, budaya, psikologis, dan sosial siswa.
Tujuan dari kurikulum ini tidak hanya untuk menginformasikan siswa tentang media massa, tapi juga untuk melatih mereka dalam menggunakan media massa secara bertanggung jawab dan memahami peran media dalam sistem demokrasi.
Di Finlandia, keterampilan literasi media ini kembali menjadi perhatian pemerintah di awal tahun 2010-an. Pada saat itu, berita palsu yang berfokus pada isu imigran, Uni Eropa, dan keanggotaan NATO mendominasi pemberitaan hingga akhirnya pemerintah Finlandia menyadari perlunya peningkatan ketahanan masyarakat terhadap informasi palsu.
ADVERTISEMENT
Mengutip dari CNN, pemerintah negara dengan tingkat kebebasan media tertinggi tersebut melakukan pendekatan lintas sektor untuk meningkatkan literasi media masyarakatnya. Fokus utama upaya tersebut yaitu pada anak-anak. Menurut otoritas pendidikan Finlandia, garis pertahanan pertama dalam melawan berita palsu yaitu berada pada guru pendidikan dasar.
foto: Unsplash.com
Pemerintah Finlandia juga menugaskan Department for Media Education and Audiovisual Media (MEKU) untuk mempromosikan pendidikan media, keterampilan literasi media bagi anak muda, dan membina lingkungan media yang aman untuk anak-anak.
Selain itu, pemerintah juga menggandeng organisasi nirlaba independen pemeriksa fakta satu-satunya di Finlandia, yaitu Faktabaari untuk menyediakan pengecekan fakta dan materi literasi media untuk sekolah-sekolah.
Salah satu media mainstream terbesar di negara tersebut, Helsingin Sanomat juga turut andil dalam memupuk budaya literasi media bagi anak-anak. Pada tahun 2015, Helsingin Sanomat meluncurkan acara berita TV yang ditujukan untuk anak-anak usia 6 hingga 12 tahun. Hal ini tidak hanya bertujuan untuk membantu anak-anak tetap mendapat informasi, tetapi juga membangun keterampilan literasi media mereka. Program tersebut berhasil mendapatkan antusiasme dari masyarakat.
ADVERTISEMENT
Pada tahun 2019, Helsingin Sanomat mulai menerbitkan surat kabar untuk anak-anak. Banyak orang tua berlangganan surat kabar ini untuk anak-anak. Surat kabar ini kemudian menjadi media untuk menciptakan "momen offline" bagi anak-anak untuk belajar tentang dunia di sekitar mereka.
Siswa juga dilatih untuk membuat pilihan secara aktif dan kritis terkait penggunaan teknologi informasi. Adanya literasi media digital ini bertujuan agar siswa dapat berpartisipasi ke dalam komunitas global dan digital dengan cara yang sehat, kritis, dan etis.
Selain itu, melalui literasi media, siswa juga disiapkan agar mampu mengelola diri di ranah digital. Misalnya, dalam mata pelajaran kewarganegaraan, siswa memperoleh keterampilan (termasuk literasi media) untuk berperilaku yang sesuai dan aman di dunia digital.
ADVERTISEMENT
Referensi:
European Commission. (2020). Youth Wiki: Denmark. Diakses dari https://national-policies.eacea.ec.europa.eu/youthwiki/chapters/denmark/68-media-literacy-and-safe-use-of-new-media pada 19 Maret 2022
Faktabaari. (2022). Welcome to Faktabaari. diakses dari https://faktabaari.fi/inenglish/ pada 18 Maret 2022
Forsman, Michael. (2020). Media Literacy and the Emerging Media Citizen in the Nordic Media Welfare State. Nordic Journal of Media Studies 2(1):59-70
Lessenski, Marin. (2021). Media Literacy Index 2021: Double Trouble: Resilience to Fake News at the Time of Covid-19 Infodemic. Open Society Institute-Sofia. European Policies Initiative
National Audiovisual institute Finland (2016) Finnish Media Education: Promoting Media and Information Literacy in Finland, p 3.
Mackintosh, Eliza. (2019). Finland is winning the war on fake news. What it’s learned may be crucial to Western democracy. CNN Special Report. Diakses dari https://edition.cnn.com/interactive/2019/05/europe/finland-fake-news-intl/ pada 18 Maret 2022
ADVERTISEMENT
Uhls, Yalda T. Robb, Michael B. (2017). How Parents Mediate Children's Media Consumption. Cognitive Development in Digital Contexts: 325-343
Tameez, Hanaa'. (2021). How Finland’s Helsingin Sanomat has built digital success through “diamonds” in the rough. diakses dari https://www.niemanlab.org/2021/10/how-finlands-helsingin-sanomat-has built-digital-success-through-diamonds-in-the-rough/ pada 18 Maret 2022