Konten dari Pengguna

Upaya Finlandia Melawan Hoaks: Ajarkan Literasi Media di Kurikulum Sekolah Dasar

Adya Rosyada Yonas
Researcher at European Studies, School of Strategic and Global Studies
14 September 2021 10:20 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Adya Rosyada Yonas tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Finlandia menempati peringkat teratas dalam Media Literacy Index 2021. Di posisi kedua ditempati oleh Denmark, kemudian disusul Estonia, Swedia, dan Irlandia. Negara-negara tersebut memiliki potensi tertinggi dalam menahan dampak negatif dari berita palsu atau hoaks dan informasi yang salah karena kualitas pendidikan mereka.
ADVERTISEMENT
Selain itu juga didukung oleh akses media yang bebas dan kepercayaan yang tinggi terhadap orang lain. Bahkan, Finlandia bukanlah kali pertama menempati posisi teratas dalam indeks tahunan yang dikeluarkan oleh European Policies Initiative (EuPI) of the Open Society Institute-Sofia tersebut. Di tahun-tahun sebelumnya pun Finlandia menempati peringkat pertama di antara 35 negara Eropa yang turut disurvei.
Mengutip dari The Guardian, pada saat demokrasi di seluruh dunia terancam dengan kehadiran berita palsu yang tidak terbendung penyebarannya, Finlandia dinilai sebagai negara paling resisten di Eropa terhadap berita palsu. Berdasarkan survei yang dilakukan oleh Statista pada tahun 2018, Finlandia menjadi negara paling rendah terpapar oleh hoaks di antara negara anggota Uni Eropa.
Foto: K8/Unsplash.com
Media Literacy Index menyatakan bahwa pendidikan berkualitas tinggi dan memiliki lebih banyak orang terdidik menjadi solusi efektif untuk mengatasi efek negatif dari berita palsu di era post-truth. Post-truth didefinisikan sebagai situasi di mana orang lebih cenderung menerima argumen berdasarkan emosi dan keyakinan mereka daripada argumen berdasarkan fakta (Cambridge Dictionary).
ADVERTISEMENT
Di sisi lain, Finlandia juga terkenal sebagai salah satu negara dengan sistem pendidikan terbaik di dunia. Hal ini didukung oleh laporan Education Rankings by Country 2021 oleh World Population Review yang menempatkan Finlandia dalam posisi ketiga negara dengan pendidikan terbaik di dunia. Walaupun Finlandia tidak menempati posisi pertama dalam indeks bergengsi tiga tahunan PISA, tetapi dalam laporan terbaru 2018 Finlandia menjadi satu-satunya negara di mana siswa memiliki kemampuan membaca yang tinggi serta kepuasan hidup yang tinggi.
PISA sendiri merupakan penilaian tingkat dunia yang diselenggarakan tiga tahun sekali untuk menguji performa akademis anak-anak sekolah oleh OECD (Organization for Economic Co-operation and Development). Kualitas pendidikan Finlandia dengan kemampuan literasi siswa yang tinggi telah membawa Finlandia menjadi negara paling resisten terhadap bermacam-macam hoaks.
Foto: Joakim Honkasalo/Unsplash.com
Melatih Keterampilan Literasi Media di Sekolah Dasar
ADVERTISEMENT
Kebijakan untuk memasukkan literasi media di dalam kurikulum sekolah dasar di Finlandia mulai dicetuskan pada tahun 2014. Hal ini didasari peristiwa aneksasi Krimea oleh negara tetangganya, Rusia pada tahun 2014. Setelah aneksasi ilegal Krimea oleh Rusia tersebut, pemerintah Finlandia menilai bahwa aktivitas disinformasi terus meningkat dengan menargetkan Finlandia.
Otoritas kebijakan menyadari perlunya meningkatkan ketahanan masyarakatnya terhadap informasi digital yang salah. Pemerintah kemudian menggunakan pendekatan lintas sektor untuk meningkatkan literasi media dalam masyarakat Finlandia, yaitu dengan fokus pada anak-anak.
Literasi media sudah ditanamkan pada siswa di Finlandia sejak mereka duduk di sekolah dasar. Dengan pembelajaran literasi media di sekolah dasar, para siswa diharapkan terlibat secara kritis dengan media dalam semua aspek kehidupan. Keterampilan literasi media ini juga mencakup kemampuan untuk membedakan fakta dari opini dan analisis, melakukan verifikasi sumber informasi, dan memahami cara kerja media.
ADVERTISEMENT
Kebijakan pendidikan literasi media dilaksanakan oleh Institut Audio-Visual dan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yang bekerja sama dengan para profesional pendidikan media. Selain itu, Departemen Pendidikan Media dan Media Audiovisual ditugaskan untuk mempromosikan literasi media untuk membangun lingkungan media yang ramah bagi anak-anak.
Foto: Giovanni Gagliardi/Unsplash.com
Tidak hanya dilakukan oleh pemerintah, World Economic Forum melaporkan, organisasi independen pemeriksa fakta Finlandia, Faktabaari, bertugas menyusun metode pembelajaran literasi media bagi anak-anak. Faktabaari mengadaptasi metode pemeriksaan fakta profesional untuk digunakan di sekolah-sekolah Finlandia. Para siswa dilatih untuk mengidentifikasi hoaks dengan mengasah keterampilan penelitian dan pemikiran kritis mereka. Dalam metode tersebut, siswa diminta untuk mewaspadai tiga poin utama, yaitu misinformasi, disinformasi, dan mal-informasi.
Menurut Council of Europe’s Information Disorder Report 2017, misinformasi, disinformasi, dan mal-informasi merupakan bagian dari fake news atau berita palsu. Misinformasi didefinisikan sebagai informasi yang salah namun tidak dibuat untuk menyebabkan kerugian bagi pihak tertentu. Disinformasi dipahami sebagai informasi yang salah dan sengaja dibuat dengan tujuan merugikan seseorang, kelompok sosial, organisasi, maupun negara. Sementara mal-informasi yaitu informasi berdasarkan fakta namun digunakan untuk merugikan seseorang, organisasi, bahkan negara.
ADVERTISEMENT
Guru mendorong anak-anak untuk mengevaluasi dan memeriksa situs web, meminta anak untuk mencari berita yang meragunakan kemudian menemukan sumbernya. Tidak hanya diterapkan secara eksplisit, literasi media juga diajarkan dalam semua disiplin ilmu. Contoh lain penerapan literasi media dalam pelajaran anak-anak yaitu, dalam pelajaran matematika, anak belajar betapa mudahnya berbohong dengan statistik. Dalam pelajaran seni, mereka dilatih untuk menganalisis bagaimana makna sebuah gambar dapat dimanipulasi. Dalam pelajaran sejarah, mereka menganalisis kampanye propaganda yang terkenal. Sementara dalam pelajaran bahasa, anak-anak dilatih untuk menganalisis bahwa kata-kata dapat digunakan untuk membingungkan, menyesatkan, bahkan menipu.
REFERENSI
Barber, Harriet. (2021). Finland’s secret weapon in the fight against fake news: its kindergarten children. The Telegraph. Diakses dari https://www.telegraph.co.uk/global-health/climate-and-people/finlands-secret-weapon-fight-against-fake-news-kindergarten/ pada 13 September 2021
ADVERTISEMENT
Charlton, Emma. (2019). How Finland is fighting fake news - in the classroom. World Economic Forum. Diakses dari https://www.weforum.org/agenda/2019/05/how-finland-is-fighting-fake-news-in-the-classroom/ pada 13 September 2021
European Policies Initiative (EuPI) of the Open Society Institute – Sofia. (2021). Media Literacy Index 2021. diakses dari https://osis.bg/?p=3750&lang=en pada 13 September 2021
Henley, Jon. (2020). How Finland starts its fight against fake news in primary schools. Diakses dari https://www.theguardian.com/world/2020/jan/28/fact-from-fiction-finlands-new-lessons-in-combating-fake-news pada 13 September 2021
Reporters Without Borders. (2021). 2021 World Freedom Index. diakses dari https://rsf.org/en/ranking/2021 pada 13 September 2021
Statista. How Often You Encounter Fake News? Opinions in Europe 2018 by Country. Diakses dari https://www.statista.com/statistics/1076701/fake-news-frequency-europe/ pada 13 September 2021
Quicke, Audrey. (2020). Media literacy education in Finland. Nordic Policy Centre. Diakses dari https://www.nordicpolicycentre.org.au/media_literacy_education_in_finland pada 13 September 2021
ADVERTISEMENT