Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Kemampuan Komunikasi jadi Bekal Haji
18 Juli 2021 18:05 WIB
·
waktu baca 5 menitTulisan dari I Aeni Muharromah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Hari Arafah 9 Zulhijah adalah puncak kegiatan haji. Sudah 2 tahun untuk alasan keamanan dan keselamatan jemaah, pemerintah Arab Saudi tidak menerima Jemaah dari negara lain, hanya internal di KSA atau warga asing yang telah bermukim di sana. Prihatin yang mendalam bagi kaum muslimin diluar Arab yang sudah memiliki niat untuk melaksanakan ibadah haji. Namun demikian sesama muslim tetap harus saling mendoakan semoga tahun ini prosesi ibadah haji lancar dengan protokol kesehatan yang ketat dan tahun depan semoga jemaah Indonesia dapat hadir di sana.
ADVERTISEMENT
Masih terbayang perjalanan yang saya tempuh selama 40 hari itu bukan traveling biasa, semua persiapan telah dilakukan baik fisik atau materi. Saya harus mengajukan cuti besar, pekerjaan harus dirampungkan sebelum pergi, urusan administrasi hingga janji atau utang yang belum diwujudkan harus segera diselesaikan terlebih dahulu. Izin atasan, tak lupa memohon maaf pada rekan kerja, tetangga dan sanak saudara. Ada perasaan dan daya ungkit semangat tersendiri dalam mempersiapkan seolah tak ingin ada ganjalan apa pun saat pergi. Dengan niat sebaik mungkin kami memohon maaf dan doa restu pada keluarga besar bahkan harus mengucapkan pesan dan wasiat tertulis bila sesuatu yang buruk terjadi, mungkin saya atau suami tak akan kembali. Itu terjadi begitu saja, tidak membuat berat pikiran karena hati sudah terpatri akan melaksanakan ibadah, rukun islam kelima.
ADVERTISEMENT
Walau bukan pertama kali saya injakkan kaki di negara yang dilingkup gurun dan bebatuan, namun Mekah dan Madinah memiliki kekuatan pesona yang luar biasa. Memang benar banyak orang mengatakan kota di dunia yang memiliki pesona bathin dan medan magnet besar adalah Madinah dan Mekah, 2 kota suci. Kota yang penuh dorongan spiritual dan banyak diidam-idamkan oleh seluruh kaum muslim. Bisa disebut bahwa dua kota suci itu telah menarik orang untuk bisa melakukan ibadah di 2 mesjid yaitu Nabawi di Madinah dan Masjidil Haram di Mekah. Jutaan orang telah mengunjungi, jutaan cerita manis syarat makna bertebaran dan berhamburan dan menghampiri orang yang berdatangan hampir dari seluruh penjuru dunia.
Ketika berkumpul hampir 3 juta orang dalam waktu yang bersamaan, berinteraksi dan saling terhubung ada hal menarik yang ingin saya kemukakan di sini yaitu kemampuan komunikasi interpersonal dan interpersonal. Mengapa menjadi penting? Bisa dipastikan bahwa perhelatan besar dapat berjalan dengan baik karena unsur koordinasi dan komunikasi. Rangkaian komunikasi yang begitu rumit namun mengalir laksana arus sungai. Kanal komunikasi dan jenisnya dipakai disetiap lapisan dan kegiatan. Juga dapat diprediksi bila ada kelalaian, miskomunikasi atau salah paham akan patal akibatnya.
ADVERTISEMENT
Memang jauh-jauh bulan pihak pemerintah telah melakukan koordinasi dan komunikasi dalam berbagai bentuk baik formal, informal bahkan mendirikan posko atau communication centers. Information agent disebar dan dikelola hingga bentuk yang terkecil. Dari kelompok penerbangan hingga ke kelompok regu semua dikondisikan dengan tujuan terselenggaranya pelaksanaan ibadah haji dari step ke stepnya dengan tertib. Salut atas apa yang telah pemerintah lakukan mengurus perjalanan terbesar di dunia.
Komunikasi Intrapersonal dan Interpersonal seperti apa?
Hal yang menarik dari kegiatan sosial yang penuh dengan ritual religi adalah kemampuan komunikasi intrapersonal dan interpersonal. Komunikasi intrapersonal adalah penggunaan bahasa atau pikiran yang terjadi di dalam diri komunikator sendiri. Sedangkan komunikasi interpersonal adalah komunikasi antar orang-orang secara tatap muka, yang memungkinkan setiap peserta menangkap reaksi yang lain secara langsung baik secara verbal maupun nonverbal.
ADVERTISEMENT
Kata ‘intra’ berarti di dalam atau ke dalam. Intrapersonal mengacu pada komunikasi di dalam diri, yang melibatkan proses sosial dan interaksi sosial terkait berpikir dan pemahaman. Komunikasi intrapersonal merupakan salah satu bentuk komunikasi yang bermanfaat dalam membantu setiap orang untuk berkomunikasi dengan dirinya sendiri.
Komunikasi jenis ini setidaknya membantu dalam menjelaskan apa yang dikenal sebagai ‘konsep diri’. Konsep diri merupakan salah satu dari tiga jenis komunikasi intrapersonal, dengan dua lainnya yaitu persepsi dan harapan. Menurut Judy Pearson dan Paul Nelson (2011), Arti komunikasi intrapersonal adalah sebagai proses menggunakan pesan untuk menghasilkan makna di dalam diri. Komunikasi intrapersonal dilakukan dengan diri sendiri, termasuk di dalamnya adalah pemikiran, penilaian, kontemplasi, dan perasaan yang berhubungan dengan komunikasi batin seseorang. Komunikasi intrapersonal merupakan dialog internal yang terjadi secara konstan di dalam pikiran setiap individu. Ini merupakan proses analisis pribadi di mana individu sebagai pengirim dan penerima pesan. Dialog intim ini berdampak pada keyakinan manusia dan, secara langsung, pada keadaan dan sikap emosional.
ADVERTISEMENT
Komunikasi Intrapersonal harus dibangun
Dalam melaksanakan ritual haji komunikasi intrapersonal harus dibangun sedemikian sehingga pemahaman, konsep dan persepsi seluruh esensi kegiatan ritual ibadah dapat dipahami. Ini sangat membantu membangun persamaan persepsi. Ketika pemahaman dan persepsi dibangun untuk mencapai tujuan Bersama, maka konflik dan gesekan selama hidup bersama dalam kloter, rombongan dan kelompok dapat diminimalisir. Bila tetap masih terjadi kalau seseorang sudah menjunjung tinggi hakikat keberadaan mereka di tanah suci semata hanya untuk beribadah makan konflik diri akan teratasi.
Setiap orang memiliki jenis kemampuan komunikasi intrapersonal namun belum semuanya memanfaatkan skill ini untuk mencapai tujuan. Hanya sedikit individu menyadari pentingnya mengasah komunikasi intrapersonal ini. Instrokpeksi diri, pemahaman filosofi dari suatu ritual kegiatan haji harus senantiasa dikaji sehingga rangkaian kegiatan tersebut akan memberikan makna yang sangat dalam kemudian nilai-nilai nya dapat terbawa hingga kembali ke tanah air. Lebih baik lagi bila nilai-nilai yang dipahami dapat diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari. Tanggal 9 Zulhijah ketika berkumpul di Arafah, jemaah lebih banyak berdiam diri, berzikir dan bermuhasabah.
ADVERTISEMENT
Komunikasi interpersonal untuk masyarakat heterogen
Hal lain yang tidak boleh diabaikan adalah keterampilan berkomunikasi antar individu atau disebut dengan komunikasi interpersonal. Kehidupan kita yang tidak mungkin terlepas dari interaksi sosial, dalam berhaji berarti berkumpulnya berbagai lapisan masyarakat heterogen yang memiliki latar pendidikan dan budaya yang beragam. Bahkan dalam komunitas jemaah Indonesia saja ada yang tidak memahami Bahasa Indonesia. Mereka hanya paham Bahasa daerahnya.
Di samping itu budaya antar bangsa juga harus menjadi fokus pembekalan jemaah sebelum diberangkatkan. Cross Culture Understanding juga bagian penting yang harus diketahui. Paling tidak kita memahami budaya Arab baik istilah ataupun bahasa non-verbalnya. Misalnya mengangkat tangan dengan merapatkan jari seperti memegang benda kecil atau menjumput sesuatu artinya kita diminta diam sebentar. Hal ini tidak pernah ditemui di Indonesia. Semoga absennya 2 tahun musim haji ini menjadi bagian pembelajaran yang berarti.
ADVERTISEMENT
I Aeni Muharromah - Humas BATAN