Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
Konten dari Pengguna
Sentuhan Nuklir untuk Penyintas Kanker
23 Februari 2021 9:00 WIB
Tulisan dari I Aeni Muharromah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Dari beberapa kegiatan diseminasi kami menjumpai para penyintas kanker dan mendengar langsung bagaimana rasa sakit yang ditimbulkan bikin merinding. Kanker adalah istilah untuk penyakit di mana sel-sel abnormal membelah tanpa kontrol dan dapat menyerang jaringan lain. Sel-sel kanker dapat menyebar ke bagian lain dari tubuh melalui darah dan sistem getah bening. Penyebaran kanker juga disebut 'metastasis' atau 'penyakit metastasis'.
ADVERTISEMENT
Di Indonesia, meskipun jumlah penderita kanker tulang tidak terlalu banyak jika dibandingkan dengan jenis kanker lainnya seperti kanker serviks atau payudara yang menempati urutan teratas, namun tetap harus diberikan perhatian lebih. Bukan tanpa alasan, karena ternyata prevalensi kanker tulang terutama pada anak mengalami peningkatan dilansir dari honesdoc.
Apa saja sih gejala kanker tulang?
Pada dasarnya kanker tulang dibedakan menjadi dua jenis, yakni kanker tulang primer (kanker yang muncul dan berkembang langsung di dalam tulang) dan kanker tulang sekunder (kanker yang berasal dari bagian tubuh lain lalu menyebar ke tulang).
Aspek paling disayangkan dari kanker tulang maupun jenis kanker lainnya adalah dari si penderitanya sendiri yang sering tidak menyadari ada kanker di tubuhnya sampai berubah menjadi stadium akhir. Oleh karena itu, penting untuk tidak mengabaikan gejala kanker tulang dan kanker lainnya, karena pengobatan pada kanker akan lebih efektif jika dilakukan sedini mungkin. Kanker tulang sekunder paling banyak terjadi akhir-akhir ini.
ADVERTISEMENT
Ada banyak gejala kanker tulang yang dapat Anda kenali sedini mungkin, di antaranya: nyeri atau sakit pada tulang, pembengkakan, tulang menjadi rapuh, kehilangan berat badan yang cukup drastis, kelelahan, anemia, susah tidur, kehilangan nafsu makan, rentan terhadap infeksi.
Seseorang yang terindikasi kanker tulang akan merasakan nyeri atau sakit pada area tulang yang diserang. Rasa sakit ini bisa berasal dari dalam tulang itu sendiri, dari tumor yang menekan organ atau saraf terdekat, atau efek dari.
Kabar gembira untuk penyintas kanker menggunakan morfin untuk meredakan nyeri yang telah menyebar hingga ke tulang. Namun kini, Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) menggunakan samarium-153-EDTMP sebagai alternatif pengganti morfin yang potensial untuk meredakan nyeri. Inovasi tersebut dinamakan Samarium untuk Terapi Paliatif Kanker atau SUNTiK seperti dilansir berita satu.com.
ADVERTISEMENT
Teknik nuklir untuk penyintas kanker tulang
Batan melalui pengembangan teknik nuklir dalam mendiagnosa penyakit dengan menggunakan radiofarmaka yang dapat membantu proses diagnosis dan perawatan pasien secara lebih cepat dan akurat. Radiofarmaka adalah produk farmasi yang mengandung radioisotope dalam bentuk injeksi atau diminum. Keuntungan menggunakan teknologi nuklir dalam diagnosa adalah memberikan hasil diagnosa yang tidak bisa diberikan dengan sistem pencitraan yang biasa dilakukan.
Samarium menggantikan morfin
Samarium juga menjadi bagian dari rezim pengobatan nyeri (paliatif) untuk pasien kanker tulang primer maupun kanker dengan stadium lanjut misalnya kanker paru, kanker prostat, kanker payudara dan osteosarkoma. Terapi paliatif tersebut menggunakan Samarium-153-ethylene diamine tetramethylene phosphonate (Samarium-153 EDTMP atau Quadramet (merk dagang), yaitu suatu senyawa kompleks radioisotop dari unsur Samarium dengan EDTMP. Pemberian Samarium-153 EDTMP dapat menjadi alternatif untuk menggantikan morfin yang memiliki efek ketergantungan bila digunakan dalam jangka waktu lama.
ADVERTISEMENT
Dengan kata lain Samarium (Sm)-153 untuk mengontrol rasa nyeri pada tulang yang terkena metastasis keganasan kanker. Sm-153 EDTMP mempunyai efek yang baik untuk mengobati pasien dengan metastasis ke tulang. Hampir semua pasien merasakan adanya penurunan rasa nyeri tulang dalam 24 jam sampai 3 hari setelah pemberian Sm-153 EDTMP. (Rohadi,PTLR)
Metode saling melengkapi
Selama ini, medical imaging yang dikenal masyarakat itu seperti X-ray atau Rontgen, USG, CTScan, dan MRI berbasis anatomi tubuh sehingga diagnosisnya akan berdasarkan pada perubahan anatomi tubuh. Sedangkan bila dengan radiofarmaka maka medical image nya akan berbasis pada metabolisme dan fisiologi tubuh. Kedua pencitraan medis ini akan saling melengkapi.
Mengingat bahwa ada beberapa kasus gangguan atau penyakit yang tidak menunjukan perubahan bentuk anatomi. Contohnya Tc-99m-MDP atau Technium 99 Methyl Diphospanate yang digunakan untuk mendeteksi sebaran kanker di tulang. Karena tidak ada perubahan pada tulangnya. Dengan menggunakan radiofarmaka ini maka dokter akan bisa dengan tepat melakukan diagnosis terkait lokasi sebaran kanker di tulang.
ADVERTISEMENT
Kerma PT Kimia Farma dan Batan
Untuk memproduksi dalam skala industri BATAN bekerja sama dengan PT Kimia Farma. Sudah memiliki izin BPOM, BAPETEN dan sertifikat KAN. Produk ini aman, bersertifikat dan telah melakukan berbagai uji. Samarium-153 sebagai produk radiofarmaka ini memenuhi kaidah safety, efficary dan quality. Sm-153 atau Samarium-153 salah satu radiofarmaka yang dapat membantu proses diagnosis dan perawatan pasien secara lebih cepat dan akurat dalam bentuk injeksi.
Negara maju telah menggunakan pencitraan dari kedokteran nuklir untuk diagnosis pasien sebagai salah satu prosedur dalam kegiatan medis. Medical imaging berbasis anatomi dan yang berbasis fisiologi metabolisme akan memberikan hasil yang lebih lengkap sehingga memungkinkan para dokter untuk lebih tepat dan akurat dalam memutuskan langkah pengobatan. Sedangkan pasien juga diuntungkan dengan mendapatkan pengobatan dan perawatan yang lebih tepat dalam waktu yang cepat.
ADVERTISEMENT
Bagaimana memperolehnya?
Bentuknya cair dan disimpan dalam bentuk vial. Kita bisa memperolehnya dengan pengawasan dokter di Rumah Sakit yang memiliki fasilitas kedokteran nuklir atau yang telah memiliki kerja sama seperti RS Dharmais, RSUP Sardjito Yogyakarta, RSUP dr Kariadi Semarang, RS dr Hasan Sadikin Bandung, RSCM Jakarta, RS Siloam Semanggi, RSPAD Gatot Soebroto, dan RS Pusat Pertamina. Untuk RSUD dr Moewardi dalam waktu dekat akan buka. Rumah sakit tersebut telah memiliki dokter spesialis kedokteran nuklir (Sp. KN) yang menjadi pengawas pemanfaatan radioisotope tersebut.